Sejarah Kamikaze merupakan untaian peristiwa masa lalu yang diperankan oleh tentara Jepang dalam Perang Dunia II. Istilah Kamikaze adalah sebutan untuk tentara Jepang yang rela bunuh diri demi mempertahankan jati diri bangsa dan negaranya.
Pasukan Kamikaze menggunakan pesawat tempur sengaja menabrakan diri ke kapal-kapal perang musuhnya di lautan Australia.
Kala itu musuh utama Jepang adalah Amerika Serikat. Akibat peristiwa ini Amerika kehilangan beberapa kapal perangnya dan tentu saja dengan awak kapal mereka.
Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1944 atau menjelang kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II tahun 1945.
Saat itu Amerika berhasil melumpuhkan dua jantung kota tirai bamboo ini menggunakan bom atom. Peristiwa bom ini terjadi di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6-9 Agustus 1945.
Baca Juga: Kisah Jepang Ekspor Kimia ke Negara Berkembang Asia Pasca Kalah PD II
Walaupun Jepang kalah dan mundur dalam Perang Dunia II, setidaknya pasukan perang mereka berhasil membuat takut tentara Amerika.
Betapa tidak gentarnya tentara negeri Paman Sam sebab salah satu kapal tempur andalannya USS Indiana hancur lebur diserang pasukan Kamikaze.
Sejarah Kamikaze dan Ribuan Pesawat Tempur
Menurut Nando Baskara dalam buku berjudul, “Kamikaze, Aksi Bunuh Diri Terhormat Para Pilot Jepang” (2008), aksi Kamikaze yang dilakukan oleh prajurit Angkatan Udara Jepang telah menghabiskan ribuan pesawat tempur yang dibuat di pulau Jawa.
Pabrik pesawat tempur pasukan Kamikaze di Jawa mengklaim setidaknya ada 2. 525 pesawat tempur yang hancur lebur untuk melakukan aksi bunuh diri tersebut.
Pesawat tempur itu dibuat dengan desain yang sederhana. Tujuannya supaya saat hendak menabrakkan diri pesawat tersebut akan terbang cepat dan tepat sasaran.
Akibat peristiwa tersebut, korban Kamikaze mencapai 1. 387 prajurit perang. Mereka tewas dengan cara mengenaskan, terbakar oleh api yang membumbung tinggi ke langit saat pesawat menabrakan dirinya ke kapal tempur milik Amerika. Jasadnya pun tak ditemukan utuh, terpotong-potong dan menyebar di lautan lepas.
Tindakan berani mati yang dilakukan prajurit Kamikaze berhasil menenggelamkan 81 kapal Amerika Serikat dan 195 kapal khusus penghancur pesawat. Begitupun korban tentara mereka tak jauh dengan pasukan Kamikaze, sebanyak 81 kapal hancur berikut dengan para awaknya.
Sejarah Kamikaze, Pelakunya Mendapat Kehormatan
Selepas perang usai, pemerintah Jepang lantas mendirikan kembali negaranya dengan cepat. Mereka juga segera mencari keluarga pasukan Kamikaze untuk diberikan kehormatan perang.
Baca Juga: Tragedi Ijime di Jepang, Kisah Pilu Anak-Anak Korban Perundungan
Tidak hanya dari pemerintah tetapi penghormatan untuk prajurit Kamikaze juga datang dari rakyat Jepang. Mereka mengumpamakan prajurit Kamikaze sama seperti Bunga Sakura yang jatuh berguguran.
Hal ini melambangkan betapa berharganya prajurit Kamikaze karena telah rela berkorban untuk menjaga martabat bangsa dan negaranya.
Bahkan sebagian rakyat di Jepang memperlakukan prajurit Kamikaze sebagai seorang Dewa atau orang suci seperti Washi-Kami (Dewa Elang) dan Kaminari Kami (Dewa Petir).
Pemerintah Jepang menyamaratakan penghargaan ini ke dalam sebuah gelar Anumerta Tertinggi. Artinya tidak hanya dihargai sebagai abdi negara tetapi juga para pasukan Kamikaze yang gugur dalam perang dihargai sebagai orang yang suci, kelompok manusia yang patut mendapatkan surgawi.
Mental Orang Jepang yang Harus Dijaga
Tradisi Kamikaze merupakan bagian dari mental orang Jepang yang harus tetap dijaga. Melalui budaya ini orang Jepang telah menunjukan jati diri asli sebagai manusia disiplin. Orang Jepang percaya jika bangsanya adalah manusia terkuat di Asia.
Hal ini tercermin dari semangat orang Jepang yang mandiri dan tidak mudah tergantung pada bangsa lain.
Baca Juga: Kedudukan Wanita Jepang Pasca PD II, Bangkit dari Dominasi Patriaki
Oleh sebab itu Kamikaze seperti simbol jati diri seorang pahlawan: jika orang Jepang lebih baik mati daripada mundur dan mengaku kalah dalam perang. Ajaran itu datang dari leluhur orang Jepang berabad-abad yang lalu.
Sifat Jepang sebagai negara terkuat di Asia tercermin dari prinsipnya yang pernah menutup hubungan diplomasi dengan negara luar. Menurut ahli studi Jepang Universitas Indonesia, Dr. Mosadeq Bahri, Jepang memiliki semangat mengejar ketertinggalan.
Artinya orang Jepang justru ingin menciptakan peradaban baru yang berbeda dengan peradaban Barat.
Mereka tidak ingin bergantung pada orang lain, maka dari itu apa-apa harus diciptakan dari dalam negeri. Prinsip keras orang Jepang demikian membuat mereka punya satu pedoman bernama Kamikaze.
Zaman sekarang praktik Kamikaze tidak harus dilakukan dengan cara kekerasan, keadaan Jepang saat ini sudah menjadi negara yang terbuka bagi negara luar. Masyarakat Jepang sudah semakin mentoleransi pertukaran budaya dengan negara asing.
Kendati begitu tetap saja negara tersebut masih terkenal dengan negara yang punya rakyat ketat, keras, dan disiplin. Bagi orang Jepang kedisiplinan merupakan dasar kehidupan yang bisa melahirkan regenerasi lebih baik lagi dari sebelumnya. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)