Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), L.B. Moerdani dan Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam, pada bulan Mei 1984 gencar mempropagandakan bahaya laten komunis ke seluruh pelosok NKRI.
Menurut kacamata dua tokoh penting di atas, meskipun Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah dilarang oleh TAP No. XXV/MPRS/1966, konon organisasi afiliasi PKI masih ada dan bergerak di bawah tanah hingga tahun 1984.
L.B. Moerdani curiga jika PKI yang bergerak di bawah tanah menyasar masyarakat miskin untuk kembali mendalami ajaran komunisme.
Mereka sengaja tidak menempelkan atribut PKI karena sedang dalam tugas rahasia. Oleh sebab itu karena hal inilah kemudian L.B. Moerdani dan Soepardjo Rustam menyebut gerakan tersebut dengan istilah OTB yaitu, Organisasi Tanpa Bentuk.
Keberadaan OTB beresiko mengganggu stabilitas politik di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah akan menindak tegas siapapun yang terindikasi masuk ke dalam OTB.
Baca Juga: Percobaan Pembunuhan Ketua Pemuda Ansor Jawa Timur 1965, Ada Campur Tangan PKI?
ABRI sudah bersiaga dan siap membasmi mereka sebagaimana peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965.
Propaganda Bahaya Laten Komunis 1984, Gerakan PKI Bawah Tanah: Strategi Utama Orang Komunis Pertahankan Partai dari Kehancuran
Menurut surat kabar Suara Karya yang terbit pada tanggal 28 Mei 1984 bertajuk, “Bahaya Laten Komunis: Apakah Itu?”, gerakan PKI di bawah tanah merupakan strategi lama orang-orang komunis mempertahankan partai dari kehancuran. Dengan kata lain merupakan cara orang-orang PKI menyelamatkan wadah perjuangannya.
Oleh karena itulah maka setelah peristiwa Madin, 19 September 1948, PKI mampu mengkonsolidasi partainya sehingga dalam Pemilihan Umum tahun 1955, PKI berhasil menempatkan dirinya ke dalam kelompok 4 besar partai yang menang.
Konon gerakan khas yang sering dilakukan oleh PKI untuk mempertahankan kekuatan partainya berasal dari kader-kader militan lamanya yang berhasil lolos dari skrening militer.
Mereka kabur dan menyamar sebagai orang baru di Indonesia. Setelah keadaan politik mendingin baru ia muncul dan kembali mengatur strategi mengembang ulangkan PKI.
Kelompok kader PKI yang menerapkan strategi gerakan bawah tanah sudah berpengalaman. Oleh sebab itu tak mudah menemukan tempat persembunyian mereka. L.B. Moerdani mengaku masih melakukan penyelidikan. Gerakan mereka cenderung massif dan terstrukur, maka dari itu susah untuk dilacak keberadaannya.
Baca Juga: Kisah Semaun Semprot Pejabat Kolonial Belanda yang Hobi Flexing
Mencurigai PKI Ada di Dalam Kursi Pemerintahan
Selain mencurigai adanya tokoh-tokoh politik negeri yang masih terkontaminasi ajaran komunisme, L. B. Moerdani juga mencurigai PKI ada di dalam kursi pemerintahan Orde Baru.
Mereka yang dicurigai oleh L. B. Moerdani adalah orang-orang yang berada di instansi-instansi negara daerah, memang tidak secara langsung terlibat dengan politik praktis PKI.
Akan tetapi mereka pernah dibina oleh PKI dan organisasi-organisasi pendukungnya. Dengan begitu secara tidak langsung pemikiran mereka selalu kiri.
Pembersihan orang-orang PKI dalam pemerintahan cenderung susah. Apalagi jika yang bersangkutan memiliki relasi yang kuat dengan atasan.
Sistem skrening juga belum menjamin secara pasti seseorang itu terbebas dari anggota/simpatisan PKI. Yang jelas pemerintah harus lebih jeli lagi mengawasi kejadian tersebut.
Jika ini tetap dibiarkan maka akan berdampak pada keadaan birokrasi. Besar kemungkinan birokrasi akan tak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, sebab banyak pegawai pemerintah yang terlanjur dicekoki dengan ideologi komunisme. Mereka lolos dan bisa menyebarluaskan ini ke beberapa kolega kerjanya.
Mereka melebur dalam masyarakat dengan cara mencari serta menyesuaikan diri dengan lingkungan menurut profesi masing-masing.
Jadi jika para pelaku komunis yang ada di pemerintahan bekerja untuk kemajuan petani maka yang disasar adalah petani, begitu pun seterusnya dengan buruh, dan pedagang.
Janji-janji Manis OTB pada Buruh, Petani, dan Pedagang
Kader PKI yang tak terjaring oleh sekrening penangkapan telah membentuk organisasi bayangan. Mereka bekerja di bawah tanah, menularkan nilai-nilai komunis hingga ke akar rumput. Tujuannya untuk menarik massa untuk ikut bergabung kembali membesarkan PKI.
Organisasi tersebut dinamakan oleh L.B. Moerdani dengan istilah Organisasi Tanpa Bentuk alias OTB. Melalui OTB para simpatisan komunis menjanjikan pada petani, buruh, dan pedagang harapan baik dan indah. Salah satu di antaranya akan mendapat tanah dan modal usaha untuk kehidupan yang lebih layak lagi.
Baca Juga: Sejarah Partai Murba, Perkumpulan Penganut Politik Radikal di Indonesia
Begitu pun dengan buruh, para simpatisan kiri yang tergabung dengan OTB kerap mengompori kelompok buruh melakukan aksi demonstrasi. Mereka berjanji jika demonstrasi selesai buruh akan mendapatkan imbalan. Imbalan apa? Yang jelas imbalan hidup sama rata dan sama rasa.
Pada puncak programnya, OTB selalu menempatkan dirinya sebagai pembela kepentingan orang-orang kecil. Tentu melalui janji-janji kosongnya.
Pada periode tahun 90-an awal OTB semakin merajalela, peristiwa ini membuat Presiden Suharto geram. Tak lama setelah itu ABRI menelusuri tempat OTB itu berasal. Mereka pun hilang.
Apakah bahaya laten komunis OTB yang berasal dari gerakan PKI bawah tanah itu benar-benar ada ataukah hanya propaganda panglima L.B Moerdani? (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)