Nyonya Ong Thay Hoo adalah wanita Tionghoa kaya yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Wanita yang hobi berkalung emas dan sering bergaul di tempat-tempat mahal kolonial ini hidup pada tahun 1926.
Adapun kisah menarik dari Nyonya Ong yaitu ketika dirinya menjadi korban perampokan. Semua harta berharga yang menempel di badan ludes dijambret penjahat. Nyonya Ong Thay menangis mencari pertolongan dan mengadukannya ke polisi kolonial.
Karena berasal dari kalangan elit terpandang, berita perampokan yang menimpa Nyonya Ong sampai di meja-meja redaksi surat kabar Nasional. Akibatnya kantor-kantor penerbitan menyebarluaskan berita ini hingga ke berbagai daerah di Hindia Belanda.
Lantas apa saja benda berharga milik Nyonya Ong yang dirampok? Bagaimana kemudian keluarga wanita Tionghoa kaya itu menyikapi peristiwa ini?
Baca Juga: Chung Hwa Hui, Organisasi Tionghoa Tertua di Indonesia
Nyonya Ong Thay Hoo Kehilangan Tusuk Konde Emas
Menurut surat kabar Sin Jit Po yang terbit pada tanggal 19 April 1926 bertajuk, “Diserang dan Dirampas”, Nyonya Ong Thay Hoo telah jadi korban perampokan dengan kehilangan sejumlah benda berharga yang sedang dipakainya. Salah satu benda berharga tersebut adalah tusuk konde emas.
Tusuk konde emas yang dipakai oleh Nyonya Ong memiliki nilai jual yang mahal, sebab selain berbahan dasar emas murni tusuk konde miliknya juga ditaburi dengan 50 butir berlian mahal.
Jika ditotal harga tusuk konde emas milik Nyonya Ong Thay Hoo bisa mencapai f. 800,- atau ratusan juta rupiah saat ini.
Konon Nyonya Ong sangat sedih sekali saat kehilangan tusuk konde emasnya. Sebab benda berharga itu berasal dari pemberian orang tuanya. Ibu dan ayah Nyonya Ong sengaja memberikan ini sebagai warisan terakhir keluarga.
Maka dari itu ia menganggap tusuk konde emas sebagai kenang-kenangan yang tak ternilai harganya.
Sebetulnya Nyonya Ong sempat melakukan perlawanan saat perampok itu menjambret emas yang dipakainya. Namun karena perampoknya berjumlah 2 orang, maka kekuatan Nyonya Ong kalah. Para perampok itu melarikan diri ke arah jalan yang gelap tak berlampu. Lolos.
Nyonya Ong hanya bisa nangis di pinggiran jalan, hingga datang seorang bumiputera dan menolongnya. Ia mengantar Nyonya Ong pulang sampai rumah. Sesampainya di rumah keluarganya panik dan bertanya ada apa. Tak lama kemudian mereka langsung melapor ke kantor opas.
Baca Juga: Ada Tiongkok Kecil di Lasem tapi Dijuluki Kota Santri
Peristiwa Perampokan Terjadi di Boengsoeweg
Dalam surat kabar Sin Jit Po (1926) peristiwa perampokan yang menimpa Nyonya Ong Thay Hoo terjadi di Boengsoeweg pada tanggal 12 April 1926. Kejadian perampokan pada pukul 19.00 malam hari.
Awalnya Nyonya Ong pulang dari menonton pertunjukan Komedie Stamboel di gang Tamin pada sore hari. Selepas pertunjukan selesai Nyonya Ong pulang sendirian, di tengah jalan gelap Nyonya Ong dihadang oleh dua lelaki bertopeng.
Dua lelaki misterius ini kemudian menjambret seluruh benda berharga yang menempel di badannya. Salah satunya yang paling berharga di antara kalung, gelang, dan anting-anting adalah konde emas bertabur 50 berlian asli.
Selain itu Nyonya Ong baru sadar jika tasnya ikut jadi korban jambret. Para perampok itu berhasil membawa tas berisi uang sejumlah f. 12, atau jika dirupiahkan saat ini mencapai jutaan rupiah.
Karena tas berisi uang hilang dijambret oleh perampok tadi, Nyonya Ong sempat kesulitan pulang karena tak punya ongkos untuk naik kendaraan umum; becak. Hingga pada akhirnya ada orang bumiputera yang mengantar pulang menggunakan pedati sapi.
Baca Juga: Kwee Tjing Kiet, Jagoan Tionghoa Depok yang Punya Ilmu Kebal
Polisi Kolonial Bergerak Memburu Pelaku Perampokan
Sesudah sampai di rumah dan keluarga besar Nyonya Ong Thay Hoo mengadukan peristiwa ini pada kantor opas terdekat, maka reaksi polisi kolonial langsung bergerak memburu pelaku perampokan.
Mereka mendalami siapa pelaku yang melakukan perampokan. Untuk menunjukan keseriusan pendalaman kasus, polisi kolonial sampai menerjunkan intel bagian spionase kriminal untuk memata-matai pelaku perampokan.
Karena pelaku rampok yang tak mudah ditangkap, polisi kolonial sempat kehilangan jejak untuk menangkapnya. Bahkan hingga tanggal 19 April 1926 belum juga diketahui siapa pelakunya. Hal ini sebagaimana berita dalam surat kabar Sin Jit Po (1926) berikut:
“Siapa adanja itoe doewa orang jang koerang adjar sampe sekarang belon didapetken. Keterangan dari politie masi teroes bikin penjelidikan”.
Karena dua perampok misterius itu belum tertangkap, pihak polisi kolonial menghimbau agar masyarakat berhati-hati saat bepergian pada malam hari. Sebab besar kemungkinan komplotan penjahat tersebut masih berkeliaran dan menunggu mangsa berikutnya setelah berhasil merampok Nyonya Ong Thay Hoo. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)