Pada tanggal 15 Februari 1922 surat kabar kolonial memberitakan di Kampung Kwitang Weltevreden, Batavia seorang wanita Tionghoa bernama Thian Hok Tjian menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang membuatnya tewas menenggak racun serangga.
Berita ini menggegerkan pembaca di Batavia karena KDRT yang dilakukan si suami dari istri beretnis Tionghoa itu membuat korbannya sampai meninggal dunia.
Tewasnya Thian Hok Tjian bukan karena pukulan atau siksaan fisik melainkan karena tekanan batin dari si suami.
Namun menurut keterangan tetangga dekatnya, Thian Hok Tjian bercerita telah dipukuli sampai berdarah oleh suaminya. Karena peristiwa ini maka muncul dugaan jika tewasnya Thian Hok Tjian dengan cara bunuh diri akibat dari tekanan tersebut.
Sebagaimana berita yang tersebar di koran-koran Batavia, Thian Hok Tjian tewas dengan cara yang mengenaskan. Mulutnya berbusa dengan lidah yang setengah tergigit.
Menurut visum dokter Thian Hok Tjian nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menenggak cairan sublimaat Pestiles –semacam racun serangga.
Baca Juga: Sejarah Kekerasan Etnis Tionghoa di Malang 1945-1947
Wanita Korban KDRT Sering Bertengkar dengan Suami di Tengah Malam
Menurut surat kabar Sin Po yang terbit pada tanggal 16 Februari 1922 bertajuk, “Kabar Kota: Makan Ratjoen”, Thian Hok Tjian sering bertengkar dengan suaminya di waktu tengah malam. Kira-kira pukul 00.oo hingga larut pagi, tetangga sekitar baru bisa mendengar tangisan dan teriakan berhenti pukul 03.00 dini hari.
Adapun pernyataan yang menggambarkan betapa seringnya Thian Hok Tjian bertengkar dengan suami tersampaikan melalui kutipan Sin Po (1922) berikut ini:
“Menoeroet tjerita loearan ini hoedjin (pasangan suami-istri) tiada bisa idoep akoer sama soeaminja. Dan saban hari orang dapatken marika riboet moeloet sadja, malah satoe hari sebelonnja ini hoedjin ambil itoe poetoesan nekat. Terlebih doloe ia soeda bertjektjok sengit jang akhirnja telah dappet beberapa geboekan dari soeaminja hingga dapet loeka didjidatnja”.
Konon karena luka di jidat itu, wanita Tionghoa korban KDRT tersebut lupa dengan apa yang telah dilaluinya selama hidup.
Memori dalam otak Thian Hok Tjien terganggu, karena benturan benda tumpul yang dilakukan oleh si suami membuatnya lupa ingatan.
Pertengkaran hebat juga pernah terjadi beberapa waktu sebelum tewasnya Thian Hok Tjien. Menurut pendapat tetangga di sekitar rumahnya, Thian Hok Tjien sampai dicekik hingga sulit bernafas oleh suaminya. Untung saja ada tetangga yang lewat dan segera melerai pertikaian rumah tangga mereka.
Baca Juga: Kecelakaan Maut di Surabaya Tahun 1937, Wanita Tionghoa Terlindas Truk
Jika tidak mungkin nyawa Thian Hok Tjien sudah menghilang detik itu. Namun karena takdir tidak menyuruh si suami yang membunuhnya, maka Thian Hok Tjien selamat.
Ia justru tewas akibat polahnya sendiri, Thian Hok Tjien, wanita korban KDRT itu mendahului takdir dengan mengakhiri hidupnya sendiri.
Suami yang Jahat Membuat Thian Hok Tjien Nekat
Karena suami yang sering berbuat jahat pada si istri, polisi kolonial menduga kematian Thian Hok Tjien akibat terkena tekanan kepala rumah tangga. Thian Hok Tjien mati dengan cara menenggak racun serangga milik suaminya.
Konon racun yang ditinggal Thian berada di atas loster (ventilasi rumah) yang persis sejajar dengan pintu kamar tidurnya. Entah ada bisikan setan apa tiba-tiba mata Thian tertuju langsung pada kaleng racun serangga.
Kebetulan kaleng racun tersebut sudah setengah terpakai dan tutupnya terbuka sehingga membuat Thian tak kesulitan menenggaknya.
Dengan pikiran yang serba hitam di kepalanya, ditambah dengan pengalaman-pengalaman pahit dari sang suami kepadanya, Thian Hok Tjien menyambut kematian dengan bahagia.
Menurut orang-orang yang mengevakuasi jasad Thian Hok Tjien konon walaupun mukanya berbusa dan membiru, tetapi bentuk bibirnya tersenyum mencerminkan kebahagiaan.
Bisa jadi wanita Tionghoa korban KDRT tersebut tersenyum karena kematianlah yang bisa membebaskan dirinya dari tekanan suami jahat.
Baca Juga: Nyonya Ong Thay Hoo, Tionghoa Kaya Asal Bandung Jadi Korban Perampokan 1926
Jasad Thian Hok Tjien Dikremasi Keluarga
Ketika pihak keluarga Thian dikabari jika putri sulungnya tewas, sang ayah mengamuk tak bisa ditenangkan. Ia bergegas menemui suami anak tersayangnya dan menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi.
Namun si suami diam membisu tak menjawab sedikitpun. Ia menangis di depan ayah Thian Hok Tjien, sedangkan ayah Thian emosi dan tiga kali menampar kuat muka suaminya.
Namun seiring dengan wejangan sesepuh Tionghoa di sekitarnya, ayah Thian sadar dan bergegas mengurus upacara kematian berdasarkan adat dan tradisi konghucu.
Thian Hok Tjien si wanita malang korban KDRT itu akhirnya dikremasi di sebuah kuil yang dekat dari tempat tinggalnya.
Sebagaimana kebiasaan orang-orang Tionghoa jaman itu, setelah Thian Hok Tjien dikremasi, abu dan tulang belulang yang masih tersisa dilarung ke tengah laut. Konon tradisi ini dipercaya bisa menenangkan arwahnya di alam baka. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)