Pada tanggal 9 Februari 1960 Raja Thailand sambangi Jakarta untuk urusan diplomasi negara antar Asia. Tak disangka respon rakyat Indonesia saat itu positif, mereka membludak ke jalan-jalan raya dan memadati beranda tangga Istana Merdeka demi menyambut tamu asing.
Raja Thailand bernama Bhumibol Adulyandej pertama kali datang ke Jakarta di lapangan terbang Kemayoran. Rombongan Raja dan Permaisuri tiba di Indonesia pada waktu sore hari.
Presiden Sukarno bersama jajarannya di Istana Merdeka bersama-sama menyambut kedatangan Raja dan Permaisuri Thailand di Bandar Udara Kemayoran.
Baca Juga: Sejarah Hotel Inna Garuda Malioboro, Charlie Chaplin Pernah Menginap di Sini
Tujuan kedatangan Raja Thailand ke Indonesia menghadiri undangan kunjungan persahabatan sesama negara di Asia. Rombongan Raja Thailand tinggal 8 hari di Istana Merdeka, Jakarta, mereka menginap dengan tenang, aman, dan nyaman.
Selama 8 hari berada di Istana Merdeka, Jakarta, Raja Bhumibol beserta istrinya merasa betah dan bahagia. Menurut Raja Thailand perjamuan Presiden Sukarno pada rombongannya terbilang istimewa.
Bahkan mereka pun terkesan dengan sambutan rakyat Indonesia yang begitu ramai dan antusias mengantarkan rombongannya dari Kemayoran hingga sampai ke Istana.
Sambangi Jakarta, Raja Thailand Ungkap Kedekatan dengan Indonesia Sudah Sejak Lama
Menurut surat kabar berjudul, “Penerbitan Darurat: Indonesia Merdeka” yang terbit pada tanggal 10 Februari 1960 bertajuk, “Radja Muangthai dan permaisuri tiba di Jakarta disambut dengan dua kali dentuman meriam sebagai penghormatan” hubungan diplomatic Indonesia Thailand-Indonesia sudah lama terjalin.
Lebih tepatnya sejak era kejayaan Nusantara dan Syanka yang berada di Thailand. Dua negara ini memiliki harmoni diplomasi yang kental, mereka mementingkan persatuan bukan monopoli. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Negara Kertagama.
Untuk memperpanjang hubungan diplomatic yang sudah terjalin semenjak zaman kerajaan di Nusantara, penjemputan langsung di bandara Kemayoran oleh Sukarno pada Raja Thailand merupakan simbol setia kawan Indonesia-Thailand sebagai negara Asia.
Raja Thailand, Bhumibol Adulyandej merasa disambut hangat oleh rakyat Indonesia. Rombongan mereka senang dan nyaman selama agenda kunjungannya di Jakarta.
Menurut Bhumibol dan Permaisuri kerendahan hati rakyat Indonesia masih terjaga sejak dulu, mereka tak berubah, Indonesia selalu menjadi negara dengan penduduk yang ramah.
Baca Juga: Sejarah Industri Batik Pekalongan dan Berkembangnya Syarikat Islam
Ribuan Rakyat Indonesia Padati Tangga Istana Merdeka
Karena Presiden Sukarno membebaskan rakyat Jakarta untuk meramaikan kedatangan Raja Thailand, maka pintu Istana Merdeka pun terbuka luas untuk masyarakat umum. Akibatnya terdapat ribuan rakyat yang antusias dengan kedatangan Raja Thailand duduk mengantri di tangga Istana.
Adapun antusias masyarakat Jakarta pada Raja Thailand terjadi karena mereka percaya jika negara tersebut bagian dari negara yang telah berpengalaman menjalin hubungan diplomatik dengan leluhur bangsa Indonesia.
Sebab sejak zaman kejayaan Nusantara, Thailand sudah menjalin kontak kerjasama dalam hal pelayaran dagang ke sesama Asia.
Pada tahun 1960 kedekatan Raja Thailand dan Indonesia kembali terulang. Kali ini Presiden Sukarno yang mewakili penguasa Nusantara.
Rakyat Indonesia berharap keharmonisan dua negara tersebut bisa membawa dampak positif. Terutama untuk bekerjasama menjalin kekuatan ekonomi sesama negara-negara Asia yang lainnya.
Sambutan rakyat Indonesia ketika Raja Thailand datang begitu meriah dan megah. Kemeriahan tersebut sebagaimana tergambar dalam kutipan surat kabar Penerbitan Darurat, Indonesia Merdeka (1960) di bawah ini:
“Raja Bhumibol kemudian berdiri dan melambaikan tangan kearah rakjat ramai memberi sambutan megah. Sorak-sorai dan teriakan “Merdeka” tidak ada taranya lagi ketika sesaat kemudian permaisuri Ratu Sirikit dan Presiden Sukarno turut berdiri pula. Sungguh sambutan jang meriah dari rakjat Indonesia”.
Baca Juga: Sejarah Film Chips Warkop, Jangkrik Bos yang Sarat Kritik
Sama-sama Negara Anti Kolonialisme
Sukarno begitu memihak Thailand, bahkan ia sampai menyambut kedatangan Raja Bhumibol di Bandar Udara Kemayoran, Jakarta secara langsung. Konon ini terjadi karena Thailand dengan Indonesia adalah sama-sama menjadi negara yang anti kolonialisme.
Raja Thailand dalam kunjungannya ke Jakarta selalu mengusung kemerdekaan Indonesia. Begitupun sebaliknya, Presiden Sukarno membela dan mendukung Thailand agar jadi negara yang Berdikari alias Merdeka dan berdiri di kaki sendiri.
Pernyataan ini sebagaimana mengutip surat kabar Penerbitan Darurat, Indonesia Merdeka (1960) berikut: “Dikatakannja waktu itu Thailand bernama Siam. Kini Siam diganti nama dengan Muangthai (Thailand) jang artinya Tanah Orang Merdeka”.
Indonesia di bawah pimpinan Presiden Sukarno berharap bisa bekerjasama dengan Thailand untuk mengajak negara-negara di Asia supaya memutuskan konflik peperangan. Terutama konflik peperangan akibat sistem kolonialisme Barat. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)