Pada tanggal 19 Juli 1949, media-media Nasional Inggris digegerkan dengan pelaku pembunuhan misterius bernama Tuan Haigh, seorang pengikut sekte Drakula. Pria berumur 39 tahun ini diduga telah membunuh puluhan 8 perempuan yang berstatus Janda dengan cara sadis.
Polisi Inggris mendalami kasus ini namun sempat bingung karena terduga pelaku tidak kooperatif. Tuan Haigh tidak blak-blakan mengakui kesalahan-kesalahannya. Seperti ada yang ditutup-tutupi darinya, Tuan Haigh malah jadi orang dengan gangguan jiwa.
Kendati begitu polisi tak mau repot. Interogasi pun dilakukan dengan sadis pula. Hingga pada akhirnya Tuan Haigh mengaku bahwa dia lah yang membunuh 8 janda tersebut. Alasannya karena praktik ilmu hitam: menghamba pada Drakula.
Ketika Tuan Haigh membunuh 8 janda tadi, darah segarlah yang ia cari. Darah segar dari perempuan janda yang baru bercerai dari suaminya. Konon darah mereka bisa membantu kesaktian seseorang yang menghamba pada Drakula semakin bertambah.
Baca Juga: Larangan Berbaju Pendek Bagi Wanita di Tiongkok Selatan Tahun 1934
Peristiwa ini menggemparkan jagad Inggris. Masyarakat di sana khawatir masih ada orang-orang serupa dengan Tuan Haigh.
Mereka takut dengan praktik gelap orang-orang penghamba Drakula mengintai ia dan keluarganya. Maka dari itu masyarakat di Inggris sempat menuntut polisi bisa tuntaskan masalah tersebut.
Tuan Haigh, Pengikut Sekte Drakula di Inggris Minum Darah dan Melempar Korbannya ke Air Keras
Menurut surat kabar Inggris Sedar yang terbit pada tanggal 21 Juli 1949 bertajuk, “Dracula Hidoep Kombali: Ia Iroep Darah Korbannja”, tindakan sadis Tuan Haigh sang pembunuh yang dipercaya pengikut sekte drakula mengaku telah meminum darah dan menerjunkan korbannya ke air keras.
Pernyataan di atas sebagaimana tergambar dalam kutipan surat kabar Sedar (1949) berikut ini:
“Haigh telah mengakoe pada politie jang ia soedah boenoeh Njonja Durand Deacon berikoet delapan prampoean lainnja sembari minoem marika poenja darah sebelon badannja dimoesnahkan dalem aer keras”.
Konon ini dilakukan oleh si pelaku guna menambah kesaktian. Persoalan korban dijebloskan ke dalam air keras tidak lain untuk menghilangkan jejaknya dari intaian aparat.
Sebab air keras bisa memusnahkan badan manusia. Jangankan dimasukan kena cipratannya saja bisa menimbulkan luka bakar yang parah. Apalagi sampai masuk sudah pasti hancur tak bersisa.
Ketika si pelaku -Tuan Haigh tertangkap oleh aparat setempat, ia kemudian diperiksa dengan ketat. Sesekali dilakukan tindakan yang represif supaya ia mengakui kejahatan yang telah diperbuatnya.
Alhasil polisi mendapat jawaban yang kooperatif. Tuan Haigh menjawab seluruh pertanyaan polisi dengan baik dan benar.
Baca Juga: Sejarah Kamikaze, Pasukan Berani Mati Jepang di Udara
Hanya saja polisi masih janggal, apa alasan ilmiah yang mereka tuju sehingga membunuh orang hanya untuk meminum darahnya? Alasan mengikuti sekte Drakula tidak bisa dijadikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Harus ada jawaban lain yang lebih logis dan tidak membuat orang terjebak dalam logika mistikal yang menyesatkan.
Misteri Pembunuhan yang Tak Terungkap
Selain membunuh perempuan yang semuanya berstatus janda, Tuan Haigh si penganut sekte Drakula di Inggris mengaku telah membunuh lebih banyak dari pada sebelumnya. Kepada polisi ia mengaku telah membunuh 5 perempuan muda (lajang alias perawan) dan 4 laki-laki.
Hal ini sebagaimana dilaporkan oleh hakim penuntut umum mengutip suratkabar Sedar (1949):
“Tuan Haigh telah ditoedoeh dan mengakoeinya membunuh 5 perempoean prawan dan 4 lak-laki serta meminoem darahnja dan roesakin badan-badannja dalam aer keras. Hari ini telah dinjataken bersalah dalam hal memboenoeh banjak korban sekte Dracula”.
Mengejutkannya lagi dari peristiwa pembunuhan Drakula Haigh yaitu, kejadian sadis ini sudah dilakukan pelaku sejak tahun 1944.
Artinya kurang lebih sudah 4 tahun pembunuhan untuk ritual Drakula sudah Tuan Haigh lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Bahkan sampai ia lupa kapan dan dimana saja proses pembunuhan ini berlangsung.
Dibela Hakim Pengikut Dracula
Tidak ingin dinyatakan bersalah telak, Tuan Haigh mengajak teman pengikut sekte Dracula untuk jadi hakim pembela. Kebetulan ia adalah pengacara yang sudah malang-melintang di meja hijau pengadilan Inggris.
Baca Juga: Mitologi Perkawinan Sedarah di Irian Barat, Kisah Ibu Mengawini Anaknya
Tujuan Tuan Haigh mengajak temannya itu tidak lain untuk memuluskan proses hukum. Tuan Haigh percaya jika temannya itu bisa meringankan bebas hukumannya. Adapun nama hakim pembela Tuan Haigh yaitu, Sir David Maxwell Fiyfe.
Karena terlihat ada persekongkolan hukum yang kental, jaksa penutut umum keberatan jika Tuan Haigh bebas dari hukuman maksimal seumur hidup.
Nampaknya keberatan ini ditampung oleh hakim bernama Humpries. Pria berusia 81 tahun ini jauh dari prediksi siapapun. Ia menjatuhkan hukuman mati pada pelaku drakula, Tuan Haigh.
Hukuman mati ini ditetapkan pada Tuan Haigh karena pembunuhan yang terjadi pada puluhan orang Inggris dilakukan dengan sadar. Pernyataan di atas sebagaimana mengutip Sedar (1949) berikut ini:
“Hakim Humpries jang beroesia 81 taoen telah djatoehken hoekoeman mati padanja. Procureur General Sir Hartley Shawerose, menetapken bahoea Tuan Haigh poenja otak tida terganggoe dan koetika ia lakoekan itoe kedjahatan ia bisa bedaken apa jang bener dan apa jang salah”. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)
