Kisah Khalifah Al-Makmun yang sangat cinta ilmu. Khalifah Al-Makmun memiliki kisah tersendiri. Masa pemerintahannya memberi kemajuan intelektual untuk dunia dan sejarah Islam. Ia adalah khalifah dari Bani Abbasiyah yang ke tujuh. Berkuasa sekitar 20 tahun pada tahun 813 hingga 833 M.
Baca Juga: Masa Keemasan Khalifah Umar RA, Pemimpin Adil dan Bijaksana!
Kepopuleran Khalifah ini sebagai pemimpin yang cerdas serta ulet saat mempelajari ilmu pengetahuan. Bahkan, pada masa pemerintahannya juga menjadi puncak kejayaan Bani Abbasiyah.
Kisah Khalifah Al-Makmun yang Mencintai Ilmu Pengetahuan
Khalifah Al Makmun adalah putra dari seorang Khalifah Harun Ar Rasyid. Ia yang terlahir pada tanggal 15 Rabiul Awal 170 H / 786 M. Al Makmun termasuk seorang anak yang cerdas.
Sejak kecil sudah belajar ilmu agama serta membaca Al-Qur’an. Ia belajar bersama dua orang ahli terkenal yakni Kasai Nahvi dan Yazidi.
Al-Makmun memang memiliki banyak prestasi saat memimpin. Sehingga banyak yang mengenalnya sebagai khalifah yang cinta ilmu. Ia membawa berbagai ilmu pengetahuan dari Yunani serta Persia dalam dunia Islam. Dengan adanya gerakan penerjemahan beberapa buku.
Khalifah Al-Makmun yang sangat cinta dengan ilmu pengetahuan. Bahkan, pada masa tersebut menghadiahkan penerjemah buku asing menggunakan bayaran emas.
Tak hanya ilmu pengetahuan sebagai puncak akan perkembangan pada masa pemerintahannya. Al Makmun turut mengeksplorasi berbagai bidang yang lainnya.
Pada bidang sektor pertanian seperti aspek buah-buahan maupun bunga-bungaan. Menjadikan beberapa wilayah Abbasiyah pusat perdagangan.
Bahkan keamanan yang terjamin baik bagi setiap warga dan pendatang. Puncak kejayaannya tentu didasarkan pada beberapa faktor. Salah satunya kisah dari Khalifah Al-Makmun selama hidup tersebut.
Ilmu Pengetahuan Dikembangkan Al-Makmun
Sejak kecil Al-Makmun mendapat didikan berbagai ilmu agama. Namun Al Makmun justru memilih fokus dengan ilmu Hadits.
Ayahnya mengirim Al-Makmun bersama saudaranya, Al Amin ke Madinah agar belajar dengan Imam Malik. Ia belajar kitab karangan dari Imam Malik yakni Al Muwattha.
Baca Juga: Utsman bin Affan, Khalifah Terlama Berjuluk Dzun Nurain
Pada masa pemerintahannya mencoba untuk bisa mengembangkan ilmu pengetahuan. Al Makmun juga menyiapkan dana besar dalam upaya mendorong gerakan penerjemahan.
Baik itu dari beberapa karya kuno Yunani dan Syria dalam bahasa Arab. Seperti halnya ilmu kedokteran, astronomi, matematika, hingga filsafat.
Kecintaan Al-Makmun akan ilmu pengetahuan turut berdampak baik terhadap perkembangan kerajaan serta peradaban Islam. Setiap membuat kebijakan juga mengutamakan ilmu pengetahuan daripada yang lainnya.
Pada tahun 830 M Al-Makmun membangun sebuah perpustakaan dengan nama Baitul Hikmah. Baitul Hikmah merupakan suatu perpustakaan yang terbesar. Bahkan juga menjadi tempat dalam melakukan penelitian serta balai penerjemahan.
Kisah Khalifah Al-Makmun Membayar Emas Seberat Buku
Pada masa pemerintahannya, gencar melakukan gerakan penerjemahan beberapa buku asing. Bahkan Al-Makmun turut mendukung alokasi dana cukup besar dalam melancarkan agendanya.
Al-Makmun memberi sebuah hadiah bagi para penerjemah buku asing berupa emas. Pemberian emas tersebut memiliki berat sama dengan jumlah lembaran kertas hasil terjemahan.
Hal tersebut memperlihatkan betapa seriusnya Al-Makmun dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan kala itu.
Akhir Masa Kekhalifahan Al Makmun
Pada masa kekhalifahan Al Makmun, Dinasti Abbasiyah berubah menjadi negara adikuasa yang cukup disegani. Wilayah kekuasaannya yang terbentang dari Pantai Atlantik Barat hingga mencapai Tembok Besar China di Timur.
Bukan hanya peristiwa perluasan wilayah, namun pada masa kekhalifahan Al Makmun juga terjadi pemberontakan. Hal ini karena terdapat keinginan Al Makmun untuk bisa mewariskan kekhalifahannya pada orang dengan paham Syi’ah.
Kisah akhir pemerintahan Khalifah Al-Makmun, wilayah Islam memperoleh serangan dari Imperium Bizantium, Romawi. Berhasil menduduki pada dua wilayah yakni Kilikia dan Lidia.
Namun, sebelum kembali mengalahkan Bizantium, Al-Makmun meninggal dunia. Kemudian saudaranya, Al-Mu’tashim yang melanjutkan perjuangannya. Peristiwa tersebut terjadi yang pada tahun 218 H / 833 M.
Terlepas dari pemberontakan yang Al-Makmun lakukan, umat muslim perlu mengapresiasi dedikasinya untuk ilmu pengetahuan. Pada ambisi intelektualnya, Al-Makmun melakukan berbagai terobosan.
Baca Juga: Taman Saqifah Bani Saidah, Saksi Terpilihnya Khalifah Abu Bakar
Al-Makmun melakukan upaya baik dengan membangun pusat penelitian, mempekerjakan para ilmuwan dari lintas bidang. Bahkan juga membiayai riset serta menggaji peneliti dengan menyiapkan dana cukup tinggi. Banyak sikap teladan yang bisa umat muslim pelajari dari kisah Khalifah Al-Makmun. Mulai dengan sikap baik pada dirinya serta perjuangannya untuk perkembangan peradaban. (R10/HR-Online)