Sekitar awal abad ke-19 masehi, Bupati Trenggalek Adipati Bratakusuma sering dihadapkan dengan kejahatan-kejahatan yang menerornya. Salah satu bentuk kriminalitas yang sering terjadi di tempatnya waktu itu antara lain adalah perampokan yang dilakukan gerombolan warok.
Konon pelaku kejahatan yang sering terjadi di Trenggalek berasal dari gerombolan Warok Secadarma. Warok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pendekar atau jagoan yang disegani di daerah Ponorogo dan sekitarnya.
Warok Secadarma terkenal sebagai pendekar paling sakti se-Trenggalek. Hal ini membuat Adipati Bratakusuma segan untuk menumpasnya.
Di tengah kegundahan itu paman Adipati Bratakusuma menyarankan supaya anak laki-lakinya menikah dengan gadis Warok Secadarma.
Baca Juga: Kisah Pensiunan Pegawai Negeri Kota Banjar Dipasung Anak Tiri
Tujuan perkawinan ini tidak lain untuk menciptakan perdamaian. Ketika ini terlaksana dengan baik maka Warok Secadarma dan Adipati Bratakusuma akan menjadi besan.
Mustahil ketika ini sudah terjadi Warok Secadarma tidak akan melakukan kejahatan kembali. Trenggalek akan aman dari teror bandit anak buah Warok Secadarma.
Bupati Trenggalek Adipati Bratakusuma Kirim Lamaran, Warok Secadarma Melarang Anak Buahnya Berbuat Jahat
Dalam film yang disutradarai oleh Nawi Ismail –sutradara senior di sejarah film Indonesia, berjudul “Warok Singo Kobra” (1982), tergambar jelas bagaimana Bupati Trenggalek mengirimkan utusannya kepada Warok Secadarma untuk menyampaikan surat lamaran anak laki-lakinya.
Konon surat ini disampaikan langsung ke tangan Warok Secadarma, sambutan mereka pun baik. Warok Secadarma sangat bahagia mendengar kabar ini sehingga ia lupa dengan pekerjaannya sebagai ketua bandit di Trenggalek.
Warok Secadarma melarang seluruh anak buahnya berbuat jahat, semua antek-antek Warok Secadarma harus menuruti perintah Bupati Trenggalek Adipati Bratakusuma. Sebab apapun titah Bupati Trenggalek berarti perkataan sesepuhnya, Warok Secadarma.
Namun ada satu antek Warok Secadarma yang bernama Gentho mangkir dari perintahnya. Ia malah membuat kegaduhan di Trenggalek bahkan sampai menghajar anak Adipati Bratakusuma yaitu Raden Mas Subrata.
Karena perkelahian ini Raden Mas Subrata bertemu dengan perempuan bernama Warsiyah. Ia adalah gadis dari seorang Warok yang baik bernama Warok Suromenggolo.
Akibat pertemuan ini Raden Mas Subrata tidak jadi menikahi anak Warok Secadarma. Gadis yang gagal dinikahi itu pun menjadi stres, ia bernama Suminten.
Anak Bupati Trenggalek Kabur dan Menolak Perkawinan
Menurut tim penulis naskah ketoprak berjudul, “Suminten Edan, Pentas Drama Ketophrak Karang Taruna Mojokatren” (2018), setelah Raden Mas Subrata mengenal Warsiyah, ia kabur dari pendopo kabupaten.
Ayahnya Adipati Bratakusuma khawatir dengan anak semata wayangnya yang hilang mendadak. Demi anaknya kembali ia pun mengirim utusan kembali ke rumah Warok Secadarma agar membatalkan perkawinan anaknya tersebut.
Penyebab Raden Mas Subrata kabur dari pendopo kabupaten tidak lain karena menolak dijodohkan dengan gadis Warok Secadarma. Ia memilih mengawini perempuan dari anak Warok baik bernama Suromenggolo.
Akibatnya Warok Secadarma mengamuk, ia kembali mendukung anak buahnya berbuat jahat di Trenggalek, Warok Seca juga menyuruh seluruh anak buahnya membumihanguskan kota ini, sedang sasaran utamanya bupati Trenggalek beserta keluarganya.
Warok Secadarma diam-diam menggunakan jurus halimunan pergi ke pendopo kabupaten. Ia menemui Warsiyah yang sedang tertidur di kamar tamu. Tanpa tedeng aling-aling wanita yang dianggap telah merebut Raden Mas Subrata dari hati Suminten ditebas lehernya hingga putus.
Namun berkat pertolongan ayahnya –Warok Suromenggolo yang sakti, Warsiyah pun dibangkitkan kembali menjadi manusia “utuh”. Lehernya yang sapat kembali menyatu dengan badan. Warsiyah kembali hidup seperti manusia yang bernyawa.
Warok Suromenggolo Memberantas Kejahatan di Trenggalek
Sebelum pernikahan antara Raden Mas Subrata dengan Warsiyah dilakukan, Bupati Trenggalek –Adipati Bratakusuma menjalin kerjasama dengan calon besannya –Warok Suromenggolo untuk memberantas seluruh kejahatan di Trenggalek.
Peristiwa ini terjadi ketika Warok Suromenggolo menemui anaknya yang tewas ditebas oleh Warok Secadarma. Selepas kejadian ini terjadi Warok Suromenggolo pun mencari keberadaan Warok Seca. Ketika bertemu di suatu hutan belantara, mereka berdua beradu ilmu.
Akibat ilmu Warok Suromenggolo lebih tinggi dari Warok Seca, maka ayah si Suminten itu kalah. Namun ia tak mau berakhir dengan kekalahan, Warok Seca menjanjikan kembali satu bulan setelah pertapaannya selesai pada Warok Suromenggolo. Usulan itu pun disepakati bersama hingga tiba waktu mereka berkelahi.
Warok Seca mendapatkan ilmu dari racun ular, sedangkan Warok Suromenggolo mendapatkan pecut sakti dari pantai Selatan.
Perkelahian pun dimulai, awalnya Warok Suromenggolo kalah karena racun ular Warok Seca begitu kuat. Namun setelah seluruh kekuatan Warok Suromenggolo terkumpul pecut tadi mencekik Warok Seca.
Cekikan itu membuat Warok Seca tak bisa bernafas. Selain karena sakti dan pemberian dari Ratu Pantai Selatan, pecut itu konon adalah takdir Warok Seca.
Ia pun tewas terbelit pecut sakti, Warok Suromenggolo memenangkan perkelahian. Setelah Warok Seca tewas, seluruh budak pengikutnya berhenti melakukan praktik perbanditan. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)