Julie Sulianti Saroso merupakan dokter anak yang menyimpan kenang-kenangan heroik di era kemerdekaan Indonesia.
Walaupun ia seorang wanita yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan, wanita pemberani yang kerap disapa Sulianti Saroso ini adalah mantan pejuang kemerdekaan tahun 1946-1949.
Sulianti Saroso pernah membantu kerja-kerja gerilyawan mendapat obat-obatan tatkala perang berkecamuk. Begitu juga dengan bekal logistik seperti kantong-kantong makanan,
Sulianti mengantarkan paket ini untuk pasukan gerilya di beberapa daerah Jawa Tengah seperti, Gresik, Demak, dan Yogyakarta dengan jalan kaki.
Selama menjadi tenaga bantuan perang, Sulianti Saroso mengerjakan tugasnya dengan baik. Walaupun memiliki risiko yang tinggi dengan tugas yang diembannya, Sulianti Saroso tetap yakin dengan pendiriannya sebagai wanita tangguh –membantu perang adalah cara paling mulia dari seorang dokter.
Baca Juga: Ibarruri Putri Alam, Putri Sulung Aidit PKI yang Jadi Dokter di Paris
Sulianti merawat korban perang, bahkan ia sempat mengobati korban perang dari pihak musuh. Bagi seorang dokter siapa pun yang terluka –terlepas dari seorang musuh atau bukan harus mendapatkan perawatan yang sama.
Begitu juga dengan aturan perang, jika pihak lawan sudah angkat tangan minta pengampunan maka yang kuat harus mengalah.
Julie Sulianti Saroso Mantan Pejuang Gerilya: Aktif Berogranisasi
Pasca perang kemerdekaan berlalu, Julie Sulianti Saroso –mantan pejuang gerilya aktif berorganisasi. Selain meneruskan profesinya sebagai dokter anak, Sulianti Saroso juga terbilang vokal dalam organisasi-organisasi wanita seperti KOWANI (Kongres Wanita Indonesia).
Sebelum aktif di KOWANI Julianti juga menjadi salah seorang wanita berpengaruh dalam organisasi Pemuda Putri Indonesia (PPI). Ia sering mengeluarkan gagasan-gagasan penting dalam berorganisasi.
Bahkan sebelum Indonesia memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda tahun 1949, Sulianti Saroso bersama teman-temannya membentuk Wanita Pembantu Perjuangan (WAPP). Tugasnya jelas, membantu para prajurit dan tokoh Nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Bagi Julie Sulianti Saroso organisasi merupakan media perlawanan. Ia memiliki prinsip jika ada orang berilmu tinggi, berwawasan luas, tapi pergaulannya sempit. Maka hidupnya tak akan maju, cita-citanya tak tercapai, dan ilmu serta wawasan luasnya sia-sia belaka.
Dokter Ibu dan Anak Penerima Beasiswa WHO
Menurut Ayu Wulandari dalam Jurnal Pertahanan dan Bela Negara Vol. 10, No. (2) Agustus 2020 berjudul, “Menghadirkan Perempuan dalam Historiografi Pasca Merdeka: Membangun Karakter Bela Negara Melalui Narasi Sejarah”, pasca revolusi kemerdekaan Sulianti Saroso mendapatkan beasiswa dari WHO (World Health Organization) untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di negara-negara Eropa.
Baca Juga: Dokter Achmad Mochtar, Dipancung Jepang karena Vaksin Tetanus
Peristiwa ini merupakan salah satu kejadian paling berharga di mata Sulianti dan keluarga. Sebab pada tahun 1950-an masih jarang sekali wanita penerima beasiswa Internasional seperti dirinya.
Bahkan bisa dikatakan Julie Sulianti Saroso adalah wanita pertama yang datang ke beberapa negara Eropa untuk belajar ilmu kesehatan ibu dan anak dengan biaya penuh dari organisasi kesehatan dunia –WHO.
Pada tahun 1952 Sulianti Saroso pulang ke Tanah Air, ia kemudian mengabdikan ilmunya kepada ibu dan anak di seluruh Indonesia.
Adapun hasil kerja Sulianti selama menjadi dokter di negara tercintanya adalah, terbentuknya program pengendalian angka kelahiran melalui edukasi seks dan kebijakan keluarga berencana (KB).
Program kebijakan keluarga berencana sebelumnya mendapat banyak penolakan dari berbagai kalangan masyarakat di era Presiden Sukarno. Namun ketika zaman Orde Baru, Presiden Soeharto terbilang sukses mempromosikan KB kepada seluruh ibu di Indonesia.
Adapun tujuan KB yang baik menurut Julie Sulianti Saroso yaitu, KB bisa mengontrol kesehatan mental dan fisik seorang ibu.
KB bisa menjadi sarana bahagia kehidupan ibu dan ayah, terutama juga berfungsi menekan angka kelahiran yang tinggi. Dengan begitu negara sangat berterima kasih pada Sulianti Saroso untuk hal ini.
Baca Juga: Dokter Soeharto: Pendamping Sukarno, Pahlawan Nasional 2022
Diangkat Jadi Staf Ahli Kesehatan Zaman Orde Baru
Karena program KB sukses diterapkan di zaman Orde Baru, maka pada tanggal 1 Januari 1979 Sulianti Saroso diangkat Presiden Soeharto menjadi staf ahli kesehatan. Kerjanya tidak lain menjadi peneliti di bidang kesehatan rakyat.
Presiden Soeharto mempercayai Sulianti bisa melakukan tugas ini karena pengalaman akademisnya.
Wanita lulusan lulusan sekolah kedokteran di Amerika, Inggris, dan Skandinavia, ini berhasil memperoleh gelar Master of Public Health dan Tropical Medicine. Gelar tersebut berasal dari Eropa, maka dari itu bidang keilmuan Sulianti sudah paten, dunia medis mempercayainya.
Tak heran kemudian Presiden Soeharto memilihnya menjadi staf ahli bidang kesehatan negara. Harapannya ketika negara terpuruk di bidang kesehatan, maka Presiden tak perlu khawatir berlebih, sebab Julie Sulianti Saroso dengan pengalaman intelektualnya bisa menjadi tombak penyelesaian masalah.
Terbukti pada zaman Orde Baru staf ahli kesehatan negara bertugas dengan baik. Semua masalah kesehatan rakyat stabil. Seluruh masyarakat mendapat hak kesehatan yang sama, tanpa adanya kelas pembeda. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)