Rabu, April 16, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Masa Bersiap, Belanda Sebut Indonesia Lakukan Genosida

Sejarah Masa Bersiap, Belanda Sebut Indonesia Lakukan Genosida

Sejarah masa bersiap merupakan narasi masa lalu yang berbentuk perumpamaan dari dampak euforia rakyat Indonesia merayakan kemerdekaan. Saat merdeka dari kekuasaan kolonial, banyak rakyat Indonesia yang melakukan kekerasan pada orang Belanda di berbagai daerah.

Peristiwa ini terjadi dari tahun 1946-1947, atau tepatnya pada saat Belanda melakukan agresi militer yang pertama. Operasi militer Belanda yang diboncengi oleh tentara NICA (Nederlandsch Indische Civiele Administratie) disambut kekerasan oleh rakyat Indonesia.

Rakyat melakukan perlawanan pada Belanda dengan tidak memandang profesi, asalkan Belanda –mau ia baik atau tidak pasti mereka sikat.

Sentimen yang berangkat dari kekecewaan rakyat akan kemerdekaan dari Belanda membuat rakyat Indonesia berperilaku kejam terhadap orang Belanda.

Sampai saat ini orang Belanda masih menyebut peristiwa tersebut dengan istilah masa bersiap. Sedangkan menurut sejarawan Bonnie Triyana, istilah itu tidak tepat. Sebab masa bersiap mengandung konotasi yang rasis. Belanda menyebut rakyat Indonesia telah melakukan genosida pada seluruh orang asing di negerinya.

Baca Juga: Peristiwa Tiga Daerah di Karesidenan Pekalongan, Ada Campur Tangan PKI

Tidak hanya orang Eropa; Belanda saja, tetapi Belanda mengklaim juga ada orang Tionghoa yang menjadi korban keganasan rakyat Indonesia pasca kemerdekaan berlangsung.

Entah pendapat siapa yang benar dan salah, terlepas dari itu semua, secara garis besar perumpamaan masa bersiap memang masih relevan dengan penulisan sejarah Indonesia oleh Belanda hingga detik ini.

Sejarah Masa Bersiap, Teror Pribumi pada Belanda (1945-1947)

Pasca Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda kembali menggugat kedaulatan republik baru ini dengan mengirim beberapa pasukan perangnya.

Alasan Belanda menerjunkan prajurit perang di Indonesia adalah untuk melakukan aksi polisionil (pengamanan) daerah yang berstatus milik mereka (negara jajahan).

Mendengar alasan ini rakyat Indonesia jadi geram. Mereka yang masih memiliki sentimen terhadap Belanda di masa lalu tak ambil pusing melabrak langsung kekuatan penjajah dengan senjata seadanya. Rakyat republik saat itu melawan Belanda menggunakan bambu runcing.

Mereka tak terima dengan penjelasan Belanda yang ingin kembali menguasai daerah jajahannya. Indonesia sudah merdeka dan Belanda tidak berhak menguasai lagi birokrasinya dulu.

Belanda sudah kalah oleh Jepang dan negara matahari terbit itu telah menyerahkan kemerdekaan Indonesia pada para tokoh Nasional bangsa.

Kendati begitu bukan berarti kemerdekaan Indonesia adalah kemerdekaan hadiah dari Jepang. Sebab lebih tepatnya Jepang mengakui kekalahannya pada Perang Dunia II dan memberikan daerah jajahan ini kepada Sukarno-Hatta.

Baca Juga: Maria Dermout, Pendongeng Belanda yang Indonesianis 1888-1962

Akibat ini rakyat Indonesia tidak terima jika Belanda ingin kembali menguasai lagi mantan negara jajahannya.

Untuk melawan Belanda yang sewenang-wenang di negeri orang, gerakan rakyat di beberapa daerah sering melakukan teror di kediaman orang Belanda. Tujuannya membuat mereka tidak betah tinggal di Indonesia.

Tak jarang rakyat yang radikal melakukan penjarahan rumah orang Belanda. Mereka membunuh penghuninya dan mengambil habis seluruh harta di rumah tersebut.

Keadaan ini mencekam, Belanda ikut naik pitam. Prajurit perang mereka mencari para pelaku kerusuhan, mereka tak segan akan melakukan hal yang sama terhadap pelaku kerusuhan yang telah membuat nyawa keluarga Belanda melayang.

Kerusuhan mulai tak tercegah setelah kedua belah pihak saling mengetahui siapa pelaku dan pengejarnya. Akibat ini mereka saling berperang, para penjarah rumah Belanda bergabung bersama laskar-laskar pejuang. Mereka dipersenjatai dan melawan Belanda dengan cara perang gerilya.

Belanda Menuduh Pemerintah Republik Melakukan Genosida

Menurut Ireen G. Oostindie dalam buku berjudul, “Serdadu Belanda di Indonesia 1945-1950” (2016), Belanda menuduh pemerintah republik telah melakukan kekerasan massal atau genosida.

Tuduhan ini terjadi karena jumlah korban yang ditimbulkan oleh rakyat Indonesia yang ada dalam peristiwa masa bersiap diperkirakan berjumlah 3.500-20.000 korban jiwa. Mereka terdiri dari orang asing dan Eropa; Belanda.

Pemerintah Belanda menyebut pemerintah republik telah membiarkan peristiwa ini terjadi. Mereka sengaja membunuh warga Belanda untuk membuat suasana tidak nyaman, ketika itu terjadi maka secara sendirinya Belanda akan pulang ke negeri asalnya.

Karena tak ada yang memberhentikan peristiwa ini, pemerintah Belanda menerjunkan NICA untuk membalaskan dendam akibat aksi kekerasan pada periode masa bersiap.

Mereka bertindak represif terhadap rakyat Indonesia, mau tua, muda, dan anak-anak, jika NICA rasa ia membangkang, nyawanya akan melayang. Nica juga membunuhnya tanpa ampun.

Belanda benar-benar balas dendam. Mereka bahkan berlaku lebih kejam dari rakyat Indonesia periode masa bersiap. Salah satu pelaku paling kejam dari tentara Belanda antara lain adalah pasukan Batalyon X bernama Pasukan Andjing Merah.

Baca Juga: Sejarah Hari Raya Lebaran Zaman Belanda, Dianggap Ajang Pemborosan

Rakyat Pribumi Menyerang Gudang Pangan Belanda

Kendati peperangan sudah dimulai dengan tentara NICA, para pejuang republik yang terdiri dari rakyat pribumi kerap melakukan penyerangan ke gudang-gudang pangan milik Belanda.

Lebih tepatnya gudang logistik –persediaan beras untuk kebutuhan pangan prajurit perang Belanda. Rakyat menyerbu dan juga mengambil berkarung-karung beras, mereka lakukan untuk kebutuhan pangan para pejuang yang sedang bergerilya di hutan-hutan Jawa.

Para pelaku penyerangan gudang pangan milik Belanda antara lain diketahui berasal dari orang-orang gelandangan. Rakyat pribumi yang tak punya harta kekayaan, untuk makan pun mereka biasa mengambil sisa-sisa di tempat sampah.

Ketika zaman revolusi para gelandangan direkrut menjadi mata-mata dan bertugas menyelundupkan beras dari gudang logistik milik Belanda.

Mereka juga dibekali senjata api, konon para gelandangan ini paling tega dan berani membunuh musuh. Siapapun itu yang kira-kira menghalang-halangi jalannya akan dijadikan mangsa. Semua gelandangan yang jadi gerilyawan bertindak brutal. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Pelajar Korban Ledakan Petasan

Pelajar Korban Ledakan Petasan di Kota Banjar Dapat Bantuan untuk Pengobatan dari Pemkot

harapanrakyat.com,- Wakil Wali Kota Banjar, Jawa Barat, Supriana, memberikan bantuan kepada pelajar korban ledakan petasan. Pelajar berinisial RR (10) itu mengalami luka berat pada...
Pacar Baru Vicky Prasetyo Buat Penasaran, Pilih Jaga Privasi

Pacar Baru Vicky Prasetyo Buat Penasaran, Pilih Jaga Privasi

Pacar baru Vicky Prasetyo kembali menuai atensi netizen. Ya, Vicky Prasetyo kembali mencuri perhatian publik, kali ini karena kehadiran kekasih barunya. Sosok artis yang...
Analisis Gaya Bermain Timnas Indonesia U-17 Lawan Korea Utara, Media Asing Sebut Wajar Kalah

Analisis Gaya Bermain Timnas Indonesia U-17 Lawan Korea Utara, Media Asing Sebut Wajar Kalah

Gaya bermain Timnas Indonesia U-17 melawan Korea Utara (Korut) ramai jadi sorotan media asing. Pasalnya tim anak asuhan Nova Arianto dibantai habis-habisan pada laga...
Orang Tua Siswa SMPN 1 Kawali Ciamis Dukung Aturan Larangan Bawa Kendaraan ke Sekolah

Orang Tua Siswa SMPN 1 Kawali Ciamis Dukung Aturan Larangan Bawa Kendaraan ke Sekolah

harapanrakyat.com,- Sejumlah orang tua siswa SMPN 1 Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mendukung larangan pelajar SD dan SMP membawa kendaraan bermotor roda dua maupun...
Jukir Liar Kena Sweeping Saber Pungli Kota Banjar 

Jukir Liar Kena Sweeping Saber Pungli Kota Banjar, Langsung Diberi Pembinaan 

harapanrakyat.com,- Sejumlah juru parkir (jukir) liar yang biasa memungut parkir di kawasan minimarket dan perbankan di wilayah Langensari kena sweeping tim Sapu Bersih Pungutan...
Cara Bapenda Ciamis Genjot Penerimaan PAD agar Capai Target

Cara Bapenda Ciamis Genjot Penerimaan PAD agar Target Tercapai

harapanrakyat.com,- Pemerintah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, melalui Badan Pendapatan Daerah (Bapenda), terus berupaya menggenjot penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebab, dengan penerimaan PAD yang...