Emmy Saelan merupakan seorang perawat yang berjuang untuk kepentingan bangsa Indonesia. Ia rela mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemaslahatan rakyat banyak.
Apapun Emmy lakukan untuk menjaga kedaulatan bangsa Indonesia, salah satunya menjadi penyamar dan ikut dengan barisan prajurit berangkat ke medan perang.
Emmy Saelan lahir di Malangke Barat, Sulawesi Selatan tanggal 15 Oktober 1924. Ia lahir dari sepasang suami istri yang sama-sama anti Belanda. Ayahnya bernama Amin Saelan merupakan tokoh pejuang yang bergabung dengan Ki Hadjar Dewantara.
Sedangkan adik Emmy bernama Maulwi Saelan juga sama. Mereka sangat mendukung kemerdekaan Indonesia.
Keluarga Saelan membenci Belanda, mereka penuh dengan semangat Nasionalisme. Bahkan sang adik Emmy kelak menjadi ajudan pribadi orang nomor satu di Indonesia kala itu yakni, Presiden Sukarno.
Baca Juga: Sejarah Masa Bersiap, Belanda Sebut Indonesia Lakukan Genosida
Semangat anti Belanda yang tumbuh subur di dalam hati Emmy tak lepas dari peran keluarga inti. Keluarga Emmy mendoktrin ketat agar semua anggota keluarga harus mandiri agar bisa menentukan sikap yang merdeka. Hal ini tercermin kemudian dalam kiprah Emmy saat revolusi fisik memasuki wilayah Sulawesi.
Emmy Saelan yang kala itu berprofesi sebagai perawat di rumah sakit Stella Maris (1946), menginisiasi pemogokan para pekerja rumah sakit tersebut.
Emmy kemudian bergabung dengan pejuang republik memegang peran sebagai spionase (mata-mata). Namun ia gugur dalam tugas. Konon Emmy tewas akibat ledakan granat dari genggamannya.
Profil Emmy Saelan, Perawat yang Berprestasi
Menurut Agus Salim dalam buku berjudul, “Prasejarah Kemerdekaan di Sulawesi Selatan” (2016), Emmy Saelan adalah sosok perawat yang berprestasi. Tidak saja menonjolkan kesan diri yang berwibawa dan pemberani, tetapi Emmy juga sarat mewakili karakter intelektual wanita.
Semenjak tamat dari SMA Tionghoa di Sulawesi bernama “Tju Gakko” Emmy Saelan terkenal sebagai wanita yang cerdas.
Emmy tersohor sebagai siswi yang pandai dalam bidang kesehatan. Tak heran setelah ia lulus dari sekolah Emmy langsung bekerja menjadi perawat di rumah sakit Katolik bernama Stella Maris.
Seiring dengan berjalannya waktu menjadi seorang perawat di rumah sakit Stella Maris, kepiawaian Emmy dalam bekerja semakin baik. Dari hal ini Emmy langsung mendapatkan tawaran beasiswa dari pemerintah Jepang (1942) belajar di negeri matahari terbit.
Sayang Emmy Saelan tidak berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Sebab belum sampai mempersiapkan keberangkatannya ke Jepang, negeri fasis itu kalah dalam Perang Dunia II. Akibatnya Sekutu masuk kembali dan berusaha untuk menguasai lagi bekas negeri jajahannya (Indonesia).
Baca Juga: Peristiwa Tiga Daerah di Karesidenan Pekalongan, Ada Campur Tangan PKI
Anggota PMI yang Berperan Jadi Mata-Mata Perang
Selain menjadi seorang perawat di rumah sakit Belanda, Emmy Saelan juga terdaftar menjadi anggota PMI. Tugasnya menjadi penolong korban perang, ia dan kawan-kawan PMI lainnya bersikap netral dan menentang aksi peperangan.
Namun siapa sangka ternyata Emmy Saelan menjadi mata-mata perang. Ia memanfaatkan keanggotaan PMI untuk bersembunyi dari musuh. Targetnya jelas tentara Sekutu, Emmy Saelan ada di pihak pejuang republik.
Ia pernah menjalankan salah satu misi yang mengharuskan memasuki markas Sekutu di Makassar. Konon untuk menghindari kecurigaan petugas yang berjaga di markas tersebut Emmy menyamar sebagai rakyat biasa dengan nama Daeng Karo.
Penyamaran ini terjadi pada tanggal 18 Januari 1947. Tugas mata-mata Emmy berhasil, sebagaimana rencana awal –berupaya menguasai markas Sekutu di Makassar, Emmy sukses menguasai kota Makassar pada 20 Januari 1947. Pasukan republik pun menguasai basis militer Sekutu di wilayah berjuluk Kota Daeng tersebut.
Tidak hanya piawai menggunakan alat-alat medis, Emmy si perawat PMI yang nyambi jadi mata-mata perang juga lihai mengoperasikan senjata api laras panjang. Emmy adalah satu-satunya perawat di Indonesia yang berani bertempur langsung di medan perang.
Perawat Emmy Saelan Menghadang Sekutu
Keberanian Emmy di medan tempur juga terlihat dari tindakannya yang nekat menghadang 14 mobil pasukan KNIL (Tentara Belanda yang terkenal kejam).
Padahal tentara KNIL itu bersenjata lengkap, sabotase ini dilakukan Emmy bersama dengan dua kawan lelakinya yaitu, Wolter Monginsidi dan A.A. Maramis.
Baca Juga: Kisah Wanita Pribumi Mata-Mata Belanda dan Awal Terbentuknya Polwan
Dari tanggal 3-4 Januari 1947 Emmy Saelan bersama pasukan republik bergegas mengadakan penyerangan ke markas Sekutu di Makassar dari arah Timur. Mereka melawan Sekutu menggunakan taktik perang gerilya.
Ada kisah yang heroic dalam pertempuran pasukan republik dipimpin Emmy dengan Sekutu di Makassar. Tidak lain adalah peristiwa dimana Emmy rela menjadi tumbal perang. Ia meledakan diri di tengah kerumunan tentara Sekutu yang tengah bersantai di markasnya.
Akibat peristiwa ini 8 serdadu Belanda tewas mengenaskan. Begitupun dengan Emmy Saelan, seorang perawat yang pemberani ini hancur tak bersisa. Menurut Maulwi Saelan dalam buku berjudul, “Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 86” (2008), kendati hancur jasad Emmy masih bisa teridentifikasi melalui bentuk giginya yang terdapat cacat. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)