Rabu, April 16, 2025
BerandaBerita TerbaruKetika Pakubuwono X Berlibur ke Magetan 1922, Rakyat Jatim Menanti Hadiah

Ketika Pakubuwono X Berlibur ke Magetan 1922, Rakyat Jatim Menanti Hadiah

Pada tanggal 10 Januari 1922, tajuk berita Hindia Timoer: Mengiboerkan Soengkawa mewartakan Pakubuwono X yang hendak berlibur ke sebuah desa Onderdistrict Afdeling Magetan bernama desa Plaosan.

Perjalanan vakansi yang dilakukan oleh raja Kasunanan Surakarta ke-10 kali ini berjalan sembari memenuhi kunjungan dinas kerajaan. Sembari mengunjungi daerah-daerah kekuasaan Surakarta di Jawa Timur, Pakubuwono X menunjuk beberapa orang kulit putih untuk menjadi pengurus daerah miliknya di Magetan.

Menariknya perjalanan ini Pakubuwono X lakukan juga dengan pemberian hadiah pada rakyat sekitar. Kebiasaan ini sudah dilakukan Pakubuwono X semenjak dulu, bahkan ketika ia baru kali pertama menjadi pemimpin kerajaan Mataram di Surakarta.

Maka dari itu banyak rakyat yang tahu dan menanti kedatangannya ke daerah-daerah kekuasaan Surakarta di luar Jawa Tengah. Salah satunya di Magetan dan Madiun Jawa Timur. Rakyat disana selalu menunggu Pakubuwono X lewat, konon orang dulu menyebutnya dengan istilah ngalap berkah.

Baca Juga: Tetamoe Malem di Surabaya, Kisah Maling Tak Kasat Mata Tahun 1920-an

Pertanyaannya mengapa tradisi pemberian hadiah pada rakyat seperti ini dilakukan oleh Pakubuwono X. Apakah ia memberikan ini secara cuma-cuma, atau ada tujuan lain di belakangnya. Berikut ulasannya.

Pakubuwono X Berlibur ke Magetan, Membagi-bagi Hadiah untuk Menarik Hati Rakyat

Menurut surat kabar Otoesan-Hindia yang terbit pada hari Selasa, 10 Januari 1922 bertajuk, “Sri Soesoehoenan Akan Bertamasja ke Plaosan”, sikap kedermawanan Pakubuwono X terhadap rakyat (seperti membagi-bagikan hadiah di tengah kunjungan tamsya) memiliki tujuan politik, yakni menarik hati rakyat.

Ketika hati rakyat sudah didapat, maka apapun yang diperintahkan oleh Pakubuwono X akan terlaksana tanpa interupsi. Bahkan ada kepercayaan ekstrim, jika raja berkelakuan dermawan maka perintahnya sama seperti titah dewa. Dalam bahasa Jawa Kuno hal ini terkenal dengan istilah Pandhitaraja.

Untuk menciptakan Pandhitaraja, Pakubuwono tidak hanya membagi-bagikan hadiah demi memperoleh kepercayaan rakyat di daerah Magetan saja, tetapi juga sampai ke daerah Madiun.

Di Madiun, Pakubuwono X memberikan berbagai hadiah yang tak terduga pada rakyat di sana. Peristiwa ini tergambarkan dalam kutipan surat kabar Otoesan-Hindia (1922) sebagai berikut:

“Kita ingat dahoeloe ketika Sri Soesoehoenan (Pakubuwono X) itoe bertamasja di kota Madioen, sebagai kerap kali kejadian di mana-mana termpat maka Sri Soesoehoenan itoe mengandjarkan hadiah roepa-roepa barang tak terdoega”.

Tak hanya rakyat biasa yang mendapat hadiah, tetapi sebagian juga terdapat anak-anak bangsawan di Madiun yang mendapatkan hadiah juga darinya. Konon Pakubuwono X memberi hadiah untuk menarik perhatian bangsawan sekitar agar mendukung negeri Surakarta.

Cara diplomasi gelap ini Pakubuwono X lakukan dengan memberikan satu tongkat bertabur berlian yang harganya mahal. Hal ini bertujuan untuk melegitimasi kekuasaan mereka yang berasal dari leluhur Mataram.

Baca Juga: Pertempuran Mranggen 1945 Rebut Kota Semarang, Ada Jasa Tukang Listrik

Namun berdasarkan sejarah feodalisme di Nusantara struktur ini merupakan bagian dari strategi raja mempertahankan/menjaga stabilitas politik wilayah kekuasaannya.

Pemberian Benda Berharga yang Maknanya Tak Terduga

Konon pemberian hadiah berupa benda berharga dari Pakubuwono X, seperti yang dialami oleh anak-anak bangsawan di Madiun, terkadang menyimpan makna yang tak terduga.

Pernah suatu ketika Pakubuwono X akan memberikan benda berharga pada salah seorang anak pembesar di Karesidenan Madiun. Namun anak tersebut sedang tak ada di tempat, niat Pakubuwono X memberikan hadiah itu pun gagal.

Pakubuwono X sempat kecewa akan hal tersebut. Sebab ternyata pemberian itu merupakan simbol darinya untuk mendaulat seorang anak bangsawan tersebut menjadi Regent atau Bupati di daerah kekuasaan Surakarta yang ada di Madiun.

Karena kejadian ini banyak anak-anak bangsawan di Madiun menunggu-nunggu kedatangan Pakubuwono ke daerahnya. Mereka ingin mendapatkan hadiah kejutan, hadiah yang tak terduga-duga sebelumnya.

Pemberian hadiah tak terduga semacam ini ternyata bagian dari strategi penguasa Surakarta dalam menjaga stabilitas politik di negerinya.

Jika sebelumnya Belanda tahu kalau Pakubuwono X akan memberikan jabatan pada seseorang, maka jabatan itu bisa jadi tidak sampai dan sesuai dengan khendak Pakubuwono X. Biasanya Belanda akan ikut campur mepolitisir wewenang sang raja.

Menurut kepercayaan Mataram memberikan seseorang jabatan secara sembunyi-sembunyi merupakan bagian dari tradisi leluhur orang Jawa untuk menentukan seorang pemimpin yang amanah.

Liburan yang Sarat Intrik Politik

Liburan Pakubuwono X ke desa Plaosan, Magetan dan Madiun Jawa Timur ternyata sarat akan intrik politik. Ia menyambangi daerah kekuasaan Surakarta di Jawa Timur tersebut tidak semata-mata untuk liburan, akan tetapi juga untuk mengetahui kondisi sosial, politik, dan budaya penduduk sekitar.

Baca Juga: Kisah Belanda Wajibkan Siswa Belajar Sejarah Jawa Tahun 1921

Tujuan Pakubuwono X adalah untuk menjaga rakyat di sana agar aman terkendali, sehingga dengan demikian akan kecil kemungkinan rakyat yang menempati wilayah Surakarta di Jawa Timur membangkang pada pemerintahan Pakubuwono X.

Adapun kunjungan Pakubuwono X beserta gelagatnya yang dermawan tidak lain juga memiliki fungsi yang bersifat politis.

Kunjungan tersebut tercipta untuk memunculkan figur penguasa Surakarta sebagai orang yang bisa menyenangkan hati rakyat. Rakyat pun selalu menyukainya, mereka simpati pada Pakubuwono X.

Padahal di balik itu semua Pakubuwono X telah bertindak sebagai pemimpin yang sedang bersusah payah menjaga api kekuasaan. Ia tak ingin jabatannya terancam karena lahir beberapa pembangkang dari daerah kekuasaan yang tak terkontrol.

Dengan katalain kunjungan berkedok liburan tapi sarat akan intrik politik bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan Pakubuwono X. Supaya masa kepemimpinannya utuh sampai akhir hayat menjemputnya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

mobil wisata desa

SMPN 1 Sukamantri Ciamis Gunakan Mobil Wisata Desa untuk Antar Jemput Siswa, Ini Alasannya

harapanrakyat.com,- SMPN 1 Sukamantri Ciamis gunakan angkutan wisata desa untuk antar jemput siswa. Hal itu seiring adanya larangan siswa menggunakan kendaraan bermotor dari Pemkab...
Cara Menghilangkan Nama Aplikasi di HP Android dan iPhone

Cara Menghilangkan Nama Aplikasi di HP Android dan iPhone

Cara menghilangkan nama aplikasi di HP bisa diterapkan untuk menjaga privasi. Sebagaimana yang kita tahu, saat mengoperasikan ponsel dan membuka aplikasi tertentu, pasti ada...
Asal Kura Kura Galapagos, Keajaiban Alam yang Jadi Simbol Keberlanjutan Ekosistem

Asal Kura Kura Galapagos, Keajaiban Alam yang Jadi Simbol Keberlanjutan Ekosistem

Kepulauan Galapagos yang terletak di Samudra Pasifik, merupakan rumah bagi salah satu spesies yang paling ikonik di dunia, yakni kura-kura Galapagos. Kepulauan ini terkenal...
Laptop HP OmniBook 5 dengan Fitur AI Canggih dan Copilot+

Laptop HP OmniBook 5 dengan Fitur AI Canggih dan Copilot+

HP baru-baru ini resmi meluncurkan seri laptop HP OmniBook 5 di pasar India. Laptop ini hadir dengan dua pilihan prosesor AMD Ryzen AI 300...
Sejarah Babad Dermayu yang Menceritakan Kisah Terbentuknya Kabupaten Indramayu

Sejarah Babad Dermayu yang Menceritakan Kisah Terbentuknya Kabupaten Indramayu

Pembahasan mengenai terbentuknya Kabupaten Indramayu memang tidak dapat terlepas dari kisah sejarah Babad Dermayu. Nama "Dermayu" sendiri merupakan sebutan lain dari Indramayu. Konon dalam...
Dokter kandungan di Garut Viral

Kurang dari 24 Jam, Oknum Dokter yang Diduga Lecehkan Pasien di Garut Diamankan Polisi

harapanrakyat.com,- Polres Garut akhirnya berhasil mengamankan oknum dokter yang diduga melakukan pelecehan terhadap seorang pasien ibu hamil. Bahkan, penangkapan tersebut kurang dari 24 jam...