Rabu, April 16, 2025
BerandaBerita TerbaruToean Ch G Cramer, Pejabat Kolonial yang Kirim Pengangguran dari Belanda ke...

Toean Ch G Cramer, Pejabat Kolonial yang Kirim Pengangguran dari Belanda ke Jawa

Toean Ch G Cramer merupakan mantan pejabat kolonial yang menghabiskan sisa umurnya menjadi peneliti sosial di Belanda.

Sesudah ia pensiun dari jabatannya sebagai salah satu administratur pemerintah Hindia Belanda di Jawa, Ch G Cramer kembali ke negeri induk dan berkumpul bersama keluarga.

Namun kebiasaan bekerja membuat pensiun Cramer tidak nyaman. Ia yang terbiasa berkegiatan setiap hari terpaksa diam dan membuat stress akibat masa purna tugas.

Ini menjadi persoalan yang mengganggu baginya. Hingga pada bulan Oktober 1937, Cramer memutuskan untuk menjadi peneliti sosial dan berangkat menuju Hindia Belanda, tempat tugas yang sudah ditinggalkannya selama 14 tahun yang lalu.

Mengapa harus ke Hindia Belanda? Konon Cramer ingin menikmati penelitian di sana sekaligus mengenang masa lalunya dengan negeri indah dan nyaman tersebut. Ia ingin melihat lagi kantor, penduduk desa, dan kehidupan lestari di pulau Jawa.

Baca Juga: Sejarah Gedung Jasindo Kota Tua, Warisan Kolonial Belanda

Sesampainya di Jawa Cramer semakin tertantang untuk melakukan penelitian wilayah kolonisasi dan irigasi ke seluruh daerah milik Hindia Belanda. Salah satu yang paling jarang diminati peneliti lain yaitu: Cramer ingin mengunjungi Papua New Guinea.

Proses Toean Ch G Cramer Melakukan Perjalanan Riset

Menurut surat kabar Pemandangan yang terbit pada hari Sabtu, 2 Oktober 1937 bertajuk, “Toean Ch G Cramer Datang di Indonesia”, begitu sampai ke Jawa –negeri yang pernah ia sambangi 14 tahun yang lalu dari 1937, Cramer langsung tertuju pada ketertarikannya melihat lebih dalam dinamika aktivitas sosial orang Jawa. Apakah ada perubahan?

Hal ini selaras dengan tujuan awal Toean Cramer datang ke Indonesia (Hindia Belanda) untuk melakukan riset sosial. Ia ingin mempertajam analisisnya mengenai perubahan tingkat SDM (Sumber Daya Manusia) dari tahun ke tahun, apakah mengalami peningkatan?

Nantinya hasil riset Cramer akan menjadi rujukan utama para peneliti lain guna melihat SDM orang Jawa. Dengan begitu akan memudahkan pemerintah kolonial untuk mengelompokan masyarakat pribumi di Jawa dalam memperoleh pekerjaan.

Riset Tuan Cramer membantu pula tingkat keinginan masyarakat Jawa untuk memperoleh pendidikan tinggi. Keinginan tersebut seiring dengan kesadaran memperbaiki taraf hidup: sosial, ekonomi, (finansial rumah tangga).

Proses perjalanan Cramer meneliti dinamika sosial masyarakat Jawa membuat perubahan yang signifikan bagi kedua belah pihak (Pemerintah Kolonial dan Intelektual Bumiputera).

Maka dari itu tampaknya masa pensiun Cramer dianggap oleh sebagian peneliti Belanda menjadi waktu yang produktif –mengobati stressnya menjalani masa purna tugas.

Baca Juga: Sejarah Museum Fatahillah, Eks Balai Kota Batavia

Terhambat Pergi ke Papua New Guinea

Kendati menghasilkan riset mengenai kondisi sosial masyarakat pribumi di Jawa yang luar biasa bermanfaat, ada satu hal yang dirasakan oleh Tuan Cramer belum tuntas. Rasa penasaran yang tak terbayarkan itu adalah mengunjungi tempat riset lain di Papua New Guinea.

Pemerintah kolonial sengaja menghambat Cramer pergi ke Papua New Guniea. Bukan disebabkan oleh persoalan politik atau lain hal yang erat dengan kepentingan kolonial, akan tetapi hambatan ini disebabkan oleh karena akses menuju tempat itu sulit.

Papua New Guinea pada tahun 1937 masih terbilang hutan belantara. Wilayah bagian Timur Hindia Belanda ini sulit diakses oleh kendaraan bermotor. Paling tidak menggunakan perahu pun sulit untuk menjelajah hingga ke pedalamannya.

Apalagi melihat kondisi sosial masyarakat di sana yang cenderung masih tertutup dengan bangsa asing. Adapun pernyataan sulitnya mengakses jalan ke pedalam Papua New Guinea antara lain disampaikan oleh suratkabar Pemandangan (1937) sebagai berikut:

“Pemerintah kolonial: Toean Cramer telah menjatakan terhadap keinginannja berada di New Guinea, namun bahwa pemerintah haroes mendjalankan penyelidikannja pada terlebih dahoelo ke tempat-tempat jg boleh dipergoenakan”.

Namun sampai risetnya selesai di Jawa dan beberapa daerah lain dari kekuasaan kolonial Hindia Belanda, Papua New Guinea tak pernah tergapai olehnya.

Pemerintah melarang Cramer menyambangi Papua New Guinea. Riset kondisi sosial Papua tahun 1937 gagal, hingga wafatnya Cramer kecewa berat.

Mengirim Pengangguran dari Belanda ke Jawa

Setelah riset yang ia kerjakan di Jawa selesai, maka jatuhlah pada kesimpulan jika ternyata keadaan sosial masyarakat Jawa sejak tahun 1920-1937-an tidak banyak mengalami peningkatan. Cenderung stagnan bahkan mengalami kemunduran.

Baca Juga: Pameran Pasar Gambir Tahun 1933, Cikal Bakal Jakarta Fair

Hal ini terjadi karena aturan-aturan kolonial yang mengkotak-kotakan sosial masyarakat di Hindia Belanda menggunakan sistem stratifikasi sosial: Eropa, Timur Asing, dan Inlanders.

Akibatnya orang pribumi (orang Jawa) tidak bisa survive mengejar ketertinggalan dalam berbagai hal dengan dua golongan sosial di atasnya. Maka dari itu Cramer berpendapat, untuk mengembangkan Jawa dibutuhkan tenaga profesional yang cukup.

Ia kemudian melihat bagaimana di Belanda terdapat pengangguran-pengangguran yang kompeten. Biasanya ia menjadi jobless karena melanggar aturan seperti, korupsi, melawan atasan, memimpin pemberontakan, dan lain sebagainya.

Orang-orang seperti ini terkenal dengan sebutan Misdadig. Cramer berencana mengirim mereka ke Jawa untuk menjadi tenaga profesional yang murah. Pemerintah kolonial bisa menggunakan para Misdadig untuk pekerjaan yang tak bisa dikerjakan oleh pekerja pribumi.

Selain di Jawa, para Misdadig lain juga akan disebarkan ke berbagai wilayah lain di Hindia Belanda. Paling senang bagi Cramer adalah, pemerintah Hindia Belanda menyetujui Misdadig akan menjadi penghuni Papua New Guinea.

Sebagaimana manusia buangan Misdadig akan dibiarkan bertahan di sana: membuka lahan, bertani, dan berkeluarga sendiri. Tanpa bantuan pemerintah kolonial. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Persib Diakui Sebagai Klub Paling Profesional di Indonesia dari FIFA

Selamat! Persib Diakui Sebagai Klub Paling Profesional di Indonesia dari FIFA

Klub sepak bola lokal Indonesia, Persib Bandung, baru saja mendapat prestasi yang membanggakan. Persib mendapat pengakuan sebagai klub dengan pengelolaan paling profesional di Indonesia.  Baca...
Petani di Kutawaringin Ciamis Bingung, Sulitnya Cari Buruh Tani untuk Panen

Petani di Kutawaringin Ciamis Bingung, Sulitnya Cari Buruh Tani untuk Panen

harapanrakyat.com,- Sulitnya mencari buruh tani menjadi kendala para petani di Dusun Buniasih, Desa Kutawaringin, Kecamatan Purwadadi, Ciamis, Jawa Barat. Padahal saat ini di daerah...
Pesta ulang tahun kucing di Banyuwangi dirayakan mewah

Ulang Tahun Kucing di Banyuwangi Dirayakan Mewah, Biduan dan Orkes Ramaikan Pesta

harapanrakyat.com,- Sebuah pesta ulang tahun kucing sukses mencuri perhatian warganet. Bukan tanpa alasan, pasangan suami-istri di Banyuwangi, Jawa Timur, merayakan ulang tahun tiga ekor...
Misteri Mayat Mengapung di Sungai Cipeles Sumedang Terungkap, Ini Identitas Korban

Misteri Mayat Mengapung di Sungai Cipeles Sumedang Terungkap, Ini Identitas Korban

harapanrakyat.com,- Identitas mayat yang mengapung di aliran Sungai Cipeles, kawasan Bendung Rengrang, Desa Cijambe, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, akhirnya terungkap. Korban ternyata...
Masa Pakai Shockbreaker Mobil, Tahu Kapan Harus Ganti

Masa Pakai Shockbreaker Mobil, Tahu Kapan Harus Ganti

Shockbreaker punya tugas besar, seperti dapat meredam setiap guncangan dari jalan supaya mobil tetap stabil. Tapi, seperti manusia, ini juga punya umur. Kalau sudah...
dokter kandungan yang diduga lecehkan ibu hamil di Garut

Dokter Kandungan Lecehkan Ibu Hamil di Garut Viral, Mantan Istri Buka Suara

harapanrakyat.com,- Dokter kandungan inisial MSF asal Kabupaten Garut, Jawa Barat diduga lecehkan ibu hamil hingga viral di media sosial. Saking viralnya, mantan istri MSF...