Siang dan malam di luar angkasa masih menjadi misteri karena sulit terdeteksi. Berbeda dengan Bumi, di luar angkasa akan sulit mengenali kapan siang dan malam hari. Hal ini karena kondisi lingkungan di luar angkasa yang senantiasa gelap.
Baca Juga: Fakta Luar Angkasa yang Menakjubkan Serta Misteri di Dalamnya!
Misteri Siang dan Malam di Luar Angkasa
Kita yang tinggal di planet Bumi merasa mudah membedakan kapan siang dan malam hari tiba. Namun berbeda saat berada di luar angkasa. Hal inilah yang selama ini para astronot rasakan ketika berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Saat berada di ISS, astronot hanya melihat warna hitam dan gelap di sekelilingnya. Bahkan bukan hanya saat berada di stasiun tersebut saja, melainkan juga ketika melakukan pendaratan di bulan.
Kondisi tersebutlah yang membuat astronot kehilangan arah dalam beraktivitas. Bisa kita bilang bahwa astronot mengalami jet lag karena kondisi gelap gulita di luar angkasa.
Alasan Kenapa Luar Angkasa Gelap
Di Bumi, kita bisa melihat cahaya karena terdapat sinar matahari sebagai bintang Tata Surya. Namun bukan berarti luar angkasa tak memiliki matahari sama sekali. Sebenarnya ada bintang di luar angkasa.
Bahkan jumlah bintangnya sangat melimpah. Akan tetapi, tak ada molekul atmosfer yang bisa membuat sinar bintang tersebut menyebar. Selain itu, jumlah bintang juga lebih sedikit daripada luas ruang angkasa.
Baca Juga: Ukuran Asli Matahari, Bintang di Pusat Tata Surya
Alasan lainnya yakni ruang angkasa termasuk hampa udara. Ruangan kosong tersebut membuat cahaya bintang tak bisa memantulkan warna-warna ke mata manusia. Karena hal tersebut, astronot hanya memandang sisi gelap saat di luar angkasa.
Cepatnya Pergantian Siang dan Malam
Meski terlihat hitam dan gelap, namun bukan berarti luar angkasa tidak mengalami pergantian siang dan malam. Para astronot yang ada di Stasiun Luar Angkasa Internasional mengalami pergantian siang selama 45 menit. Lalu malam harinya dengan waktu yang sama pula.
Pergantian siang dan malam tersebut berlangsung ketika melakukan rotasi pada Bumi. Mengenai perbedaan waktunya, sehari di Bumi sama saja 16 kali pergantian siang dan malam di antariksa.
Intensitas pergantian siang dan malam tersebut bisa kita bilang terlalu sering. Hal ini membuat istirahat astronot jadi terganggu. Begitupun untuk aktivitas yang biasanya dilakukan di siang hari seperti saat berada di Bumi.
Baca Juga: Fakta Matahari Mengelilingi Bima Sakti, Ini Penjelasannya!
Guna memudahkan astronot dalam membedakan mana siang dan malam hari, jelas harus ada pengembangan teknologi yang lebih canggih. Kemajuan teknologi tersebut juga perlu diimbangi dengan pengetahuan yang lebih mendalam.
Pergantian siang dan malam di luar angkasa sangat jauh berbeda dengan Bumi. Astronot pun harus beradaptasi dalam waktu yang lama agar bisa terbiasa ketika berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Adaptasi juga dibutuhkan saat astronot menjalankan misi ke bulan. (R10/HR-Online)