Dalam catatan sejarah Indonesia, partai Murba (Musyawarah Rakyat Banyak) merupakan perkumpulan politik di Indonesia tahun 1950 yang memiliki ideologi radikal.
Partai ini sering memperjuangkan radikalisme kerakyatan dan menuntut 100 persen kemerdekaan Indonesia. Caranya partai Murba mendukung propaganda ganyang negara boneka Belanda seperti, Malaysia dan Irian Barat.
Ideologi radikal yang ada dalam partai Murba nampaknya merupakan warisan dari bapak partai tersebut yaitu, Tan Malaka. Menurut Tan Malaka kemerdekaan Indonesia 100 persen harus terpenuhi demi memperjuangkan nasib rakyat yang sejahtera.
Namun nahas, Tan Malaka diburu oleh tentara anti PKI pada kerusuhan Madiun tahun 1948. Tan Malaka dianggap sebagai pentolan PKI yang menginduk pada Uni Soviet. Kendati demikian sebetulnya Tan Malaka itu tak selamanya PKI.
Partai Murba adalah salah satu caranya untuk menentang kesalahan dari teori komunis Soviet. Dengan kata lain Tan Malaka juga pernah berkonflik dengan PKI. Tak sejalan dan penuh dengan pertentangan.
Adapun pendiri partai Murba yang terkenal dan tak asing lagi di telinga rakyat Indonesia yaitu terdiri dari: Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarni, dan Adam Malik.
Partai Murba didirikan oleh Tan Malaka pada tanggal 7 November 1948, sebelum akhirnya ia tewas ditembus peluru tentara anti komunis di era revolusi fisik Madiun.
Baca Juga: Sisa-Sisa Pemberontakan PKI 1927 di Sumatera, Pelakunya Nyamar Jadi Maling
Sejarah Partai Murba Baru Menyatakan Bersatu dengan RI pada Tahun 1950
Menurut suratkabar Utusan Indonesia yang terbit pada hari Kamis, 6 Juni 1950 bertajuk, “Negara Kesatuan Harus Ditjapai Setjara Radikal Melalui RI: Pendirian Partai Murba”, partai Murba baru menyatakan sikap: bersatu dengan Republik Indonesia sejak tahun 1950-an. Sebelumnya tidak. Partai Murba selalu bertentangan dengan RI dan di cap illegal partai.
Apalagi ketika zaman Tan Malaka masih hidup, partai Murba menjadi bagian dari musuh kelompok Sukarno-Hatta. Mereka dimusuhi akibat isu politik yang diterbitkan Murba selalu bertentangan dengan corong republik.
Partai Murba skeptis dengan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Tan Malaka meyakini kemerdekaan itu tidak 100 persen tercapai, sebab itu adalah kemerdekaan pemberian Jepang.
Maka dari itu slogan-slogan partai Murba selalu erat dengan perkataan Indonesia harus 100 persen merdeka. Bebaskan rakyat dari belenggu politisi kaki tangan jepang dan lain sebagainya. Karena ini Sukarno-Hatta geram pada Tan Malaka dan mendukung tentara untuk memburunya dalam peristiwa kerusuhan PKI di Madiun tahun 1948.
Kendati demikian Partai Murba mengalami perubahan yang mengarah pada kooperatif system dengan Republik Indonesia: Sukarno-Hatta.
Baca Juga: De Waarheid, Koran Komunis Belanda yang Serang Wapres Hatta
Pada tahun 1950 pentolan tokoh Murba di Yogyakarta bernama Sudiono Djojoprajitno mengeluarkan statement bahwa partainya bersedia menjadi bagian dari pion politik bagi Republik.
Artinya partai Murba sepakat bergabung menjadi bagian dari pemegang peran politik legal di Indonesia. Tidak lagi bertentangan dengan Sukarno-Hatta, namun tetap berada dalam pendiriannya: Memperjuangkan Kepentingan Rakyat Melalui Politik Radikal.
Partai Murba Bertentangan dengan PKI
Walaupun banyak yang menganggap partai Murba sebagai kelompok kiri yang identik dengan komunis, pada kenyataannya partai Murba justru bertentangan dengan PKI.
Partai buatan Tan Malaka ini kerap bersilang paham dan menghadapi persaingan politik dengan PKI selama tahun 1950-1964 secara ketat dan menegangkan suasana Pemilu.
Konflik kepentingan yang terjadi dalam tubuh partai Murba dan PKI berbuntut panjang bahkan sampai partai Murba menjalin kerjasama dengan tentara untuk menggulingkan PKI. Hal ini membuat persaingan politik antara Murba dan PKI semakin memanas.
Kerjasama antara Murba dan tentara menggulingkan PKI gagal.. Sebab dalam Pemilihan Umum tahun 1955, partai Murba kalah dari PKI dan hanya mendapat 2 kursi dari harapan sebelumnya bisa memperoleh 257 kursi dalam birokrasi.
Mendengar percekcokan yang terjadi antara partai Murba dan PKI membuat Sukarno sigap segera mendamaikan dua kubu yang saling bertentangan.
Sukarno berusaha mendamaikan dua api yang memercikan bara panas dengan mengangkat Adam Malik dan Sukarno jadi Duta Besar Moskow dan Beijing (dua negara komunis) pada 1959.
Selain itu untuk menghormati itikad baik partai Murba –bersedia menjadi partai yang kooperatif dengan republik dan bagian dari upaya mendamaikan konfliknya dengan PKI, Sukarno mengangkat bapak partai Murba (Tan Malaka) menjadi Pahlawan Nasional sejak tahun 1963.
Baca Juga; Sejarah PKI yang Dihilangkan Orba, Tolak Politik Pecah Belah
PKI Memenangkan Percaturan Politik Tahun 1964
Partai Murba mengalami kekalahan dari PKI pada tahun 1964. Hal ini terjadi akibat PKI berhasil membawa pengaruh buruk pada Sukarno dan menghasutnya untuk mengeluarkan Murba dari percaturan politik Indonesia.
Manuver politik PKI ini nampaknya tak membuat Murba melakukan pembalasan, sebab nampaknya PKI lebih kuat dari Murba dan tentara waktu itu. PKI selalu berlindung dalam tameng kekuasaan Sukarno sebagai panglima tertinggi revolusi Indonesia.
PKI berhasil menghasut Sukarno untuk membenci dan mencurigai adanya kerjasama buruk antara Murba dan tentara untuk menggulingkan kekuasaannya. Pada puncaknya partai Murba harus menghadapi kenyataan yang pahit: Sukarno mulai tak percaya pada Murba.
Sejarah mencatat, untuk memulihkan kepercayaan Sukarno pada partai Murba para pentolan partai Tan Malaka ini membentuk BPS (Badan Pendukung Sukarnoisme).
Mereka yang tergabung dalam BPS memiliki misi menyebarkan ajaran-ajaran Sukarno dan memberikan tanda bahwa Murba masih ada dalam poros kekuasaan Presiden.
Namun karena PKI terus menerus menghasut Sukarno untuk membubarkan partai Murba, akhirnya Sukarno meneken pembubaran partai Murba. Salah satu tandanya dengan penahanan pentolan Murba, Sukarno dan Syamsudin Chan pada awal tahun 1965.
Konon pembubaran partai Murba oleh Sukarno karena ada wacana partai tersebut menerima uang ratusan juta dolar dari CIA (Badan Intelijen Amerika). Uang tersebut dicurigai untuk menggulingkan kekuasaan Sukarno dan PKI. Maka sejak saat itu Murba dibubarkan. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)