Untuk mengetahui sejarah Korps Komando Angkatan Laut Republik Indonesia (KKO ALRI) kita bisa melongok pada peristiwa pada 16 Januari 1963.
Saat itu, Kantor Berita Nasional ANTARA mengabarkan dukungan KKO ALRO, Brigjend. Hartono terhadap kesejahteraan rakyat berdasarkan pada semangat sosialisme.
Brigjend. Hartono merupakan panglima KKO ALRI tahun 1963 yang memiliki misi melayani rakyat untuk mendapatkan hak perlindungan dan kesejahteraan yang merata. Selain itu KKO ALRI pimpinan Brigjend. Hartono juga memiliki tugas membebaskan Irian Barat.
Dua misi yang diemban oleh KKO ALRI saat itu lumayan berat dan sangat beresiko. Kendati begitu Brigjend. Hartono selaku panglima ALRI telah berjanji akan mengabdi pada nusa dan bangsa, mengabdi pada rakyat yang berjuang untuk mencapai cita-cita sosialisme.
Pernyataan ini ia sampaikan di tengah lautan Aru, Maluku kepada seluruh prajurit ALRI yang akan bertugas perang melawan Belanda di Irian Barat.
Baca Juga: Sejarah Transmigrasi Orang Jawa Reang ke Pangandaran Abad 19
Sekalian memperingati peristiwa perang laut Aru pada 1962 untuk menyemangati kerja-kerja militer ALRI dalam menghadapi negara boneka Belanda nanti.
Terakhir pidato Brigjend. Hartono selaku pimpinan KKO ALRI tahun 1963 menyatakan akan merebut kembali wilayah Irian Barat dari tangan Belanda. Entah dengan cara apa yang jelas ALRI sudah siap bertempur walaupun nyawa harus jadi taruhannya.
Sejarah KKO ALRI Tahun 1963: Berkaca Pada Pahlawan, Menanam Jiwa Sosialisme
Menurut surat kabar Bintang Timur yang terbit pada hari Kamis, 17 Januari 1963 berjudul, “Pang. KKO, Brigjend KKO Hartono: KKO akan terus berdjuang untuk mentjapai sosialisme Indonesia”, KKO ALRI selalu berkaca pada jejak pahlawan untuk menanamkan jiwa sosialisme dalam pengabdiannya.
Antara lain tercermin dari sikap pengabdian dharma bakti kepada nusa dan bangsa. Seluruh anggota KKO selalu meletakkan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan segala-galanya. Bahkan urusan keluarga jadi nomor dua setelah mereka bisa menyelesaikan persoalan rakyat terlebih dahulu.
Bagi KKO ALRI, pemerintah yang tepat adalah mereka yang bisa melayani rakyat dan menjunjung tinggi nilai-nilai sosialisme seperti para pahlawan terdahulu. Semua mereka lakukan atas dasar kemanusiaan, tidak ada kepentingan kelompok maupun individu.
KKO ALRI selalu menanamkan pendidikan karakter semacam ini pada seluruh anggotanya. Pahlawan di mata para prajurit KKO adalah figure penting yang bisa menjadi regenerasi kemajuan ALRI di setiap zaman.
Baca Juga: Persatoean Pengedjar Kemadjuan, Koran Bumiputera Pendukung Kaum Ibu
Mendukung Pembebasan Irian Barat: ALRI Semangat Bertempur
Selain memperjuangkan sosialisme kerakyatan, dalam catatan sejarah, Brigjend. Hartono selaku pemimpin KKO ALRI tahun 1963 juga turut memberikan semangat kepada seluruh prajurit saat bertempur.
ALRI harus memberikan yang terbaik untuk negara. Paling tidak bisa mengintimidasi Belanda lari dari Irian Barat.
Brigjend. Hartono juga paham jelas bagaimana kerja-kerja prajurit ALRI begitu berat saat itu. Walaupun demikian misi ini merupakan tugas mulia dari rakyat yang harus dituntaskan untuk kepentingan bersama (sosialisme).
Maka dari itu dalam pidatonya di lautan Aru Brigjend. Hartono menghimbau agar seluruh prajurit KKO ALRI untuk bersiap-siap terjun dalam kerja-kerja militer yang tentunya semakin berat. Pernyataan ini sebagaimana kutipan dalam Bintang Timur (1963) sebagai berikut:
“Dan sebagai follow up dari pada perdjuangan pembebasan Irian Barat, masih banjak sekali tugas dan tanggung jawb jang akan dibebankan pada kita. Maka jaga semangat agar para prajurit ALRI tetap siaga. Tertanda KKO ALRI, Brig Jend. Hartono tahun 1963”.
Kapal Cepat Torpedo RI Srigala: Lambang Kekuatan KKO ALRI
Tidak hanya memberikan pidato berupa motivasi agar bisa menjadi penyemangat prajurit KKO ALRI bertugas ke Irian Barat, Brigjend. Hartono juga memperbolehkan seluruh prajurit yang akan berangkat ke daerah konflik menunggangi kapal cepat Torpedo RI Serigala.
Baca Juga: Gempa Bumi Tahun 1937 Guncang Jawa Selatan, Merusak Candi Plaosan
Dalam sejarah tercatat, kapal cepat Torpedo RI Srigala merupakan lambang kekuatan KKO ALRI. Saat itu para prajurit ALRI menjajal kapal ini d itengah lautan Aru.
Mereka diajak keliling laut Aru untuk mengembalikan memori kolektif perjuangan senior-seniornya yang gugur pada tahun 1962 di sana.
Menurut wartawan Bintang Timur yang saat itu ikut serta meliput peristiwa ini mewartakan adanya tembakan simbol dari kapal cepat Torpedo RI Serigala untuk mengenang jasa-jasa pahlawan KKO ALRI yang gugur di laut Aru.
Adapun pertempuran laut Aru adalah peperangan antara Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) dengan pesawat tempur milik Belanda di laut Arafuru Maluku pada tanggal 15 Januari 1962.
Akibat kejadian tersebut beberapa kapal tempur milik ALRI gugur. Antara lain kapal RI Matjan Tutul (650), RI Matjan Kumbang (653), dan RI Harimau (654).
Peristiwa ini bagian dari cara Brigjend. Hartono untuk memupuk semangat prajurit membalaskan dendamnya pada Belanda di Irian Barat.
Mereka (prajurit ALRI) harus disiplin dalam bekerja, perkuat jiwa korsa dan harus selalu ingat semangat sosialisme. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)