Sejarah Jamaah Tabligh di Indonesia merupakan salah satu sejarah penyebaran Islam yang penting di Indonesia.
Meskipun baru mendapatkan perhatian pada tahun 1974, namun bukti-bukti kemunculan awal Jamaah Tabligh di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952.
Ciri khas yang paling menonjol dari gerakan Islam ini adalah metode penyebaran dakwahnya yang dilakukan secara berkeliling dari satu daerah ke daerah yang lainnya.
Gerakan yang muncul pertama kali di India ini berusaha menyerukan Islam kembali sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Baca Juga: Akhir Kekhalifahan Muslim, Terjadi pada Tahun 1342 Hijriyah
Meskipun terkadang mendapatkan respon negatif dari masyarakat, tidak bisa dipungkiri bahwa Jamaah Tabligh menjadi salah satu gerakan Islam yang cukup besar di Indonesia.
Sejarah Awal Jamaah Tabligh di Indonesia
Jamaah Tabligh sebenarnya gerakan dakwah Islam internasional yang berasal dari India. Organisasi ini didirikan pertama kali di India pada tahun 1920-an.
Pendirinya adalah seorang ulama bernama Maulana Muhammad Ilyas Kandhalai di Mewat, India.
Organisasi atau gerakan ini dapat dikatakan sebagai kelompok Islam yang tidak memandang asal-usul madzhab atau aliran pengikutnya.
Gerakan ini tumbuh dengan semangat untuk memperbaiki umat yang sudah jauh dari ajaran Islam.
Di Indonesia sendiri gerakan Jamaah Tabligh ini muncul pertama kali pada tahun 1952 dipimpin oleh Miaji Isa. Bukti ini berdasarkan pada penemuan prasasti yang terdapat di Masjid Al-Hidayah Medan.
Pada tahun 1959, Jamaah Tabligh Internasional berupaya mengirimkan da’i dari Pakistan ke Indonesia dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya.
Kemudian pada tahun 1964 mereka berhasil melakukan pergerakan dakwah ke daerah Palembang.
Baca Juga: Kisah Masyarakat Betawi Abad 19, Rayakan 3 Kali Lebaran dalam Setahun
Kutipan ini dapat dilihat dalam buku Alfauzi Abdullah, “Sunnah atau Budaya: Studi Pemahaman Hadis Jamaah Tabligh” (2020).
Eksistensi Jamaah Tabligh mulai terlihat sejak tahun 1974, ketika Maulana Lutfur Rahman (Pemimpin Jamaah Tabligh Internasional saat itu) melakukan kunjungan ke Jakarta. Tepatnya ke Masjid Kebon Jeruk.
Hingga hari ini Masjid Kebon Jeruk masih menjadi pusat koordinasi bagi Jamaah Tabligh di Indonesia.
Selain di Jakarta, Jamaah Tabligh juga mendirikan lembaga kaderisasi yang dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Fatah Magetan, Jawa Timur.
Di pondok pesantren ini pula pernah diadakan ijtima’ Tabligh untuk Asia Tenggara dengan peserta 2000 anggota jamaah. Bahkan waktu itu pun turut dihadiri oleh calon wakil presiden Jusuf Kalla.
Ciri khas yang menonjol dari gerakan ini dapat dilihat dari penampilan fisiknya seperti memelihara jenggot, memakai celana cingkrang, menggunakan parfum dengan aroma khas, makan dengan satu tangan dalam satu nampan, dan kebiasaan menggunakan siwak untuk membersihkan mulut.
Menyebarkan Dakwah dengan Cara Berkeliling
Strategi dakwah Jamaah Tabligh bisa dibilang cenderung netral dan tidak terlibat dalam urusan politk apapun. Inilah yang menyebabkan Jamaah Tabligh memiliki pengikut yang banyak hari ini.
Jamaah Tabligh menerapkan konsep penyebaran Islam dengan penyampaian (tabligh) secara berjamaah kepada setiap orang Islam yang ditemuinya.
Terdapat banyak metode yang digunakan oleh Jamaah Tabligh untuk mengajak orang-orang agar taat terhadap ajaran Islam.
Pertama, model Khuruj yang merupakan dakwah dengan cara menyampaikan ajaran-ajaran Islam dari rumah ke rumah, kampung ke kampung, dan negara ke negara lainnya.
Ketika melaksanakan Khuruj mereka harus merelakan meninggalkan istri dan anak mereka dan tidak boleh mendapatkan gangguan sama sekali.
Kedua, model Chillah dengan cara melakukan aktifitas tabligh dalam waktu yang telah ditentukan. Biasanya waktu tersebut minimal 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam satu tahun, dan 4 bulan dalam seumur hidup.
Aktivitas Chillah biasanya dilakukan berjamaah dari satu wilayah ke wilayah lainnya dan kemudian menyatu di masjid.
Ketiga, model Jaulah dengan melakukan penyebaran informasi keagamaan dalam bentuk komunikasi interpersonal dengan pendekatan silaturahmi dan berkunjung kepada sasaran dakwah.
Baca Juga: Majalah Al-Mawaidz, Inspirasi NU Tasikmalaya Dirikan Pesantren Modern
Berbagai metode dan model dakwah yang dilakukan oleh Jamaah Tabligh ini masih terus dilakukan hingga hari ini.
Menurut M. Tahir dalam, “Sejarah Dakwah Islam di Kalimantan (Studi Pendekatan dan Jaringan)” (2022), salah satu ciri khas yang melekat dari metode dakwah mereka adalah tidak adanya peliputan dan penyebaran dakwah melalui online dan cetak.
Setiap metode yang digunakan oleh anggota Jamaah Tabligh ini tentu memiliki perbedaan tersendiri dalam gerakan Islam. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa seringkali mendapatan respon yang berbeda di masyarakat.
Tanggapan Masyarakat Indonesia terhadap Kehadiran Jamaah Tabligh
Pada dasarnya kehadiran Jamaah Tabligh dan model dakwah yang mereka lakukan mendapatkan respon yang beragam dari masyarakat.
Dalam hal ini Umdatul Hasanah pernah melakukan penelitian berjudul “Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat (Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh)” (2004).
Dalam penelitian tersebut terungkap, terdapat kelompok masyarakat yang menerima kehadiran Jamaah Tabligh dengan segala aktivitas yang mereka lakukan.
Namun, terdapat juga kelompok yang menolak ketika Jamaah Tabligh melakukan kegiatan di masjid tempat masyarakat tersebut tinggal.
Selain itu, penyampaian materi oleh para anggota jamaah masih sekedar dalam tataran mengingatkan, bukan menemukan solusi dari permasalahan. Inilah mungkin salah satu kekurangan yang harus dikoreksi oleh Jamaah Tabligh.
Selain itu, metode dakwah yang mengharuskan mereka melakukan perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lainnya menjadi salah satu kritikan terhadap Jamaah Tabligh.
Tidak semua orang bisa memahami dan memberikan tanggapan baik terhadap metode-metode tersebut.
Terlepas dari segala kontroversinya, Jamaah Tabligh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah gerakan dakwah Islam di Indonesia.
Kontribusinya dalam penyebaran Islam di Indonesia membuktikan bahwa Jamaah Tabligh masih terus eksis hingga hari ini. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)