Sejarah serangan sekutu di Bekasi diberitakan dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat tanggal 19 Desember 1945 bertajuk, “Sedjoemlah 3.379 Orang Penduduk Bekasi Kehilangan Tempat Tinggal”.
Koran swasta tertua di Indonesia ini mengabarkan pemerintah RI mengumumkan darurat perang di Bekasi karena Inggris telah meluluhlantakkan penduduknya tanpa ampun.
Pemerintah RI diwakili Bung Hatta juga menyampaikan turut berduka kepada para korban keganasan tentara Sekutu yang terjadi di Bekasi. Yang mana seluruh korban di sana berjumlah ribuan dan semua kehilangan tempat tinggal.
Baca Juga: Kisah Perdana Menteri Sjahrir Lolos dari Pembunuhan Belanda
Demi memfasilitasi para korban Bung Hatta memberikan dana pembangunan kamp pengungsian. Dengan demikian mereka para korban perang bisa tinggal sementara di tenda-tenda yang pemerintah siapkan.
Begitu juga dengan makanan yang tersedia, pemerintah menyediakan ratusan bal beras dan baju ganti.
Selain memberikan bantuan pada korban selamat, pemerintah juga memantau terus kesehatan korban luka parah di tempat perawatan korban perang yang didirikan oleh tim Palang Merah.
Setelah situasi pengungsian membaik pemerintah menyiapkan pasukan untuk melancarkan serangan balik atas apa yang pernah Sekutu lakukan di Bekasi.
Sejarah Serangan Sekutu di Bekasi, Membabi Buta Melalui Pesawat
Kantor Berita Nasional Antara mengabarkan kejadian perang di Bekasi terjadi pada hari Minggu, 13 Desember 1945. Sekutu menyerang secara membabi buta melalui pesawat penghancur jenis Mustang.
Pernyataan ini sesuai dengan penglihatan wartawan Antara yang mengenal ciri khas Mustang: pesawat dengan gambar gigi tajam menyeramkan.
Hancurnya ribuan rumah warga di Bekasi berasal dari jatuhnya dua bom atom yang meluncur dari pesawat tersebut.
Baca Juga: Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam, Saksi Bisu Sejarah Indonesia
Kala itu Bekasi seperti lautan api, semua terbakar, rumah, gedung-gedung pemerintah, dan halaman ramah penduduk hancur gara-gara bom atom yang Sekutu terjunkan secara sengaja.
Entah apa motif dan tujuan Sekutu mengirim bom atom di tengah wilayah pada penduduk Bekasi. Yang jelas Sekutu memberikan peringatan keras kepada pejuang republik supaya mereka menyerah kepadanya.
Terutama pasukan republik yang ada di sekitar Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi).
Selain menghancurkan ribuan rumah warga, peristiwa pembumihangusan Bekasi oleh Angkatan Udara Sekutu menimbulkan beberapa kerugian lain, seperti membinasakan beberapa tank dari rampasan tentara Belanda, 4 mobil ambulance Palang Merah, dan mobil dinas wartawan Kantor Berita Nasional Antara.
Mendapatkan Bantuan dari Pesindo
Pemoeda Sosialis Indonesia alias Pesindo merupakan organisasi sosial bentukan Sutan Sjahrir. Perdana Menteri pertama Indonesia yang pernah mendapatkan terror pembunuhan oleh Belanda lebih dari satu kali.
Pesindo di bawah pimpinan St. Sjahrir terlatih menolong korban perang, mereka tahu apa saja yang para pengungsi butuhkan saat berada di kamp penampungan korban perang. Maka dari itu mereka membawa beberapa bekal untuk para korban supaya kebutuhan pangan, sandang, dan papannya terpenuhi.
Pesindo memberikan 40 bal beras, 5 bal jagung manis, 1 bal kedelai, 1 bal gula pasir, dan 100 potong baju perempuan yang baru. Konon ketika Pesindo membagikan sembako ini para pengungsi senang dan bahagia.
Beberapa menangis akibat terharu dengan perbuatan baik Pesindo terhadap para pengungsi korban perang di Bekasi.
Selain bantuan sembako Pesindo juga memberikan bantuan penjagaan yang ketat bagi para pengungsi dari tentara organisasi tersebut.
St. Sjahrir langsung memerintahkan mereka terjun ke lapangan dan memeriksa segala kemungkinan buruk yang akan menghampiri orang-orang di Bekasi.
Entah itu serangan susulan, atau penguasaan sepihak wilayah Bekasi oleh Belanda. Mereka mendapatkan penjagaan kuat dari tentara sosialis agar tidak mengundang Belanda mengganggu gugat kembali stabilitas sosial masyarakat Bekasi.
Pada puncaknya para pengungsi tidak hanya mendapatkan bantuan dari Pesindo saja, melainkan dari pemerintah Kabupaten dan pemerintah Karesidenan Djakarta.
Dua otoritas pemilik daerah Bekasi ini memberikan dana sebesar f. 2000 untuk kepentingan pembelian obat-obatan oleh Palang Merah.
Dengan demikian kehidupan akan kembali normal, korban perang di Bekasi cepat pulih dan bisa segera membalaskan dendamnya dalam waktu dekat, sebelum Belanda kalah dan hengkang dari bumi ibu pertiwi.
Baca Juga: Sejarah Sinterklaas Hitam, Upaya Sukarno Usir Belanda Tahun 1957
Semangat Rakyat Sipil di Bekasi Membara
Ketika semua korban luka dan trauma bangkit setelah beberapa minggu berada di bangsal perawatan dan kamp pengungsian, semangat rakyat sipil di Bekasi pun membara.
Mereka akan membalas dendam pada Sekutu yang telah menghancurkan rumah dan ekosistem lingkungan kehidupan di Bekasi.
Rakyat sipil di Bekasi mendadak mempersenjatai diri, mereka mengklaim bagian dari anggota laskar yang bertugas menghancurkan kantong-kantong pertahanan musuh, Belanda dan Sekutu.
Mereka juga menjadi salah satu tenaga bantuan di tengah kekuatan tentara republieken semakin lemah dan menipis.
Saat para penyintas peristiwa bombardir Angkatan Udara Sekutu di Bekasi bangkit, satu persatu benteng-benteng pertahanan Sekutu dan Belanda di Jakarta runtuh.
Tentara Sekutu dan Belanda takut amuk massa dari golongan sipil, mereka memperkuat basis kekuasaan dengan menambah jumlah anggota dari negeri Induk.
Konon karena peristiwa ini rakyat sipil di Bekasi menghimpun kekuatan yang sama dan menyerang Belanda kedua kalinya. Karena persiapan yang dianggap kurang matang, korban dari dua belah pihak pun berjatuhan.
Mereka tewas mengenaskan karena tembusan peluru, ledakan bom, dan sobekan senjata tajam (pedang).
Kendati demikian rakyat Bekasi tetap semangat mengusir Belanda dari lingkungannya. Bahkan semangat ini menjadi cerminan lengkap dari sejarah serangan sekutu yang dibuat jadi judul puisi legendaris Chairil Anwar berjudul, “Antara Karawang dan Bekasi”. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)