Selasa, Februari 11, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah PKI yang Dihilangkan Orba, Tolak Politik Pecah Belah

Sejarah PKI yang Dihilangkan Orba, Tolak Politik Pecah Belah

Sejarah perjuangan internal PKI merupakan catatan penting dari peran Partai Komunis Indonesia yang dihilangkan oleh Orde Baru (orba). Penting karena PKI ternyata pernah memperjuangkan kepentingan bersama dan partai pertama di Indonesia yang menolak politik pecah belah.

PKI sangat benci pada anggota internal partai yang individualis. Seperti halnya tidak suka menolong sesama, tidak peduli pada korban bencana, dan ingin menang sendiri dengan cara memperkaya kehidupan pribadi.

Penanaman karakteristik menuntut kesetaraan tersebut mempengaruhi pula organisasi pengikutnya (Onderbouw). Salah satu Onderbouw yang terpengaruh oleh ajaran perjuangan internal PKI adalah Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat).

Lekra merupakan afiliasi organisasi sosial PKI yang terkenal dengan kekuatan solidaritasnya.

Baca Juga: PKI Bawah Tanah, Gerakan Rahasia Komunis Lawan Jepang

Melalui PKI, Lekra pernah mengusulkan budaya sebagai penguat kesatuan negara. Mereka secara terang-terangan ingin menjaga keutuhan bangsa supaya tidak tercerai berai oleh politik pecah belah kaum kapital.

Siapakah yang dimaksud kaum kapital? Mereka adalah golongan sosial yang gemar memperkaya diri sendiri. Lebih parahnya mereka berasal dari golongan politisi dan golongan pejabat birokrasi.

Belakangan Aidit pernah mengeluarkan statement menarik menyikapi mereka dengan menamakannya Kabir (Kapitalis Birokrat).

Sejarah PKI yang Dihilangkan Orba, Menjunjung Tinggi Solidaritas

Menurut D. N. Aidit dalam buku berjudul, “Djadilah Komunis Jang Baik dan Lebih Baik Lagi” (1964), Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai kiri yang menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan solidaritas kebangsaan.

Partai yang menakutkan bagi sebagian besar generasi saat ini, justru menginginkan integrasi partai yang sesuai dengan pribadi budaya dan sanubari bangsa.

Artinya PKI tidak pernah merasa dimusuhi dan memusuhi partai lain. Aidit sendiri menganggap justru partai lain (rivalitas) itulah yang mendiskriminasi PKI dengan mencap partai tersebut sebagai wadah politikus yang Anti Tuhan.

Padahal Aidit sendiri punya latar belakang kehidupan yang agamis semenjak kecil. Selain itu anggota PKI pada umumnya kerap menjalankan perintah-perintah Tuhan dalam kegiatan politiknya.

Mereka (PKI) membenci sikap individual, (acuh) dengan keadaan sekitar meskipun orang terdekatnya sedang mengalami kesusahan, kelaparan, dan menjerit kesakitan.

Aidit pernah berpesan, PKI harus peka dengan kesusahan rakyat. Pernyataan berikut sebagaimana yang ucapan Aidit:

“Seharusnya partai jangan bersikap individualis, misalnja perdjuangan kawan jang satu menentang kawan lain hanja karena sikapnja tidak tepat atau tidak simpatik. Menutupi kesalahan sendiri hanya untuk membalas dendam dsb. Perdjuangan tak berprinsip (individual) demikian ini adalah tidak baik dan merugikan partai”.

Baca Juga: Menangkal Hantu Merah, Sejarah Polisi Melawan Komunis Tahun 1920

Pemimpin PKI pasca kerusuhan Madiun 1948 itu ingin menciptakan partai komunis yang berani, revolusioner, namun tetap mengutamakan pengintegrasian kebangsaan. Tetap pada jalan yang lurus, tidak membelot, apalagi ikut terjerumus pada lubang yang sama.

Aidit Melarang Konflik Internal

Beberapa catatan peninggalan D. N. Aidit menyatakan, pria kelahiran Belitung ini pernah mengeluarkan peraturan partai yang intinya melarang konflik internal.

Aidit tidak suka mendengar cekcok sesama kader partai. Baginya konflik hanyalah membuat partai terlihat lemah dan mundur.

Namun ia juga sadar kalau konflik internal tak mudah dihindarkan. Hal ini tentunya perlu selesai sesegera mungkin sebagaimana wejangannya dalam buku Aidit “Djadilah Komunis Jang Baik dan Lebih Baik Lagi” (1964):

“Djika perdjuangan tidak berprinsip toch terjadi djuga, seperti halnja masih terdapat dalam partai kita sekarang, haruslah tjepat-tjepat diurus dan diselesaikan. Atau menurut peribahasanja “tidak boleh dimalamkan’’ karena djika dibiarkan berlarut-larut. Ia bisa merintangi lantjarnja pekerdjaan partai dan bahkan bisa berkembang menjadi sangat tadjam dan sampai menjinggung soal-soal prinsipiil serta merusak persatuan partai.”

Wejangan Aidit bisa berarti sebagai solusi untuk partai menghindari politik pecah belah. Sebab konflik internal merupakan salah satu pemicu tersulutnya api yang bisa memecah belah persatuan partai. Baik dalam partai internal maupun eksternal, Aidit tidak menyarankan satu partai dengan lainnya berkonflik melainkan berdamai.

Jikapun mereka ada yang berkonflik, Aidit menyarankan untuk berdamai. Caranya kompromi, musyawarah, dan mufakat. Seperti ungkapan berikut ini:

“Masing-masing harus saling memberi dan menerima. Tidak boleh ngotot-ngototan atau tarik urat. Semuanya wajib kompromi, musyawarah, dan mufakat!”

Baca Juga: Profil Alimin Prawirodirdjo, The Great Old Man Komunis Indonesia

Mengajarkan Self Kritik pada Kader PKI

Pernyataan-pernyataan Aidit di atas merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang mengajarkan self kritik atau mengkritik diri sendiri. Hal itu adalah salah satu sejarah PKI yang dihilangkan Orba.

Bagi Aidit apabila ada orang yang ingin ikut menjadi bagian dari pada kader PKI, terlebih dahulu yang musti mereka lakukan adalah self kritik (introspeksi diri).

Jangan menilai diri paling benar dan semua salah. Sebab pada hakikatnya Aidit menginginkan kader partai yang bijaksana. Cerdas menempatkan ekspresi diri, tidak main serobot dan saling bantai.

Barangkali orang-orang kiri salah menafsirkan Aksi Sepihak. Maka dari itu banyak di antara mereka yang masih melakukan klaim liar kepemilikan orang lain menjadi milik bersama.

Menurut Aidit cara lain self kritik selain meninjau kembali definisi seruan-seruan politis partai yaitu mengembangkan liberalisme dalam tubuh kader.

PKI tak anti dengan liberalisme, Aidit sengaja membiarkan liberalism tumbuh dalam kader PKI, sebab dengan jalan itu para anggota partai akan terhindar dari kontradiksi politik (konflik).

Self kritik bagi Aidit adalah cara untuk menumbuhkan sifat-sifat kebijaksanaan. Membuang penuh titik kepengecutan dan memupuk kuat jiwa orang partai yang tangguh, berkarakter, dan selalu mengedepankan sifat-sifat intelektualitasnya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Cooling System Kapolres Ciamis

Cooling System di Pamarican, Kapolres Ciamis Ingatkan Bahaya Tindakan Kriminal dan Ajak Peduli Pendidikan

harapanrakyat.com,- Kapolres Ciamis AKBP Akmal kembali melakukan cooling system ke berbagai kecamatan yang ada di Ciamis, termasuk di wilayah Kecamatan Pamarican, Selasa (11/2/24).  Saat di...
Lolly Sekolah Lagi

Izinkan Lolly Sekolah Lagi di LN, Nikita Mirzani Akui Takut dengan Keputusannya

Setelah melewati masa-masa konflik ibu dan anak, kini Nikita Mirzani bagikan kabar baik untuk publik tentang putrinya. Wanita yang akrab disapa Nikmir itu telah...
Sinopsis Culture Shock, Serial Drama Remaja Terbaru

Sinopsis Culture Shock, Serial Drama Remaja Terbaru

Selain banyaknya film terbaru yang akan tayang di bioskop, saat ini juga ada berbagai serial yang akan hadir di berbagai platform streaming. Salah satu...
Sejarah Teater di Indonesia dari Dulu Hingga Sekarang

Sejarah Teater di Indonesia dari Dulu Hingga Sekarang

Teater adalah salah satu seni pertunjukan tertua di dunia yang telah ada di Indonesia jauh sebelum peristiwa kemerdekaan. Seiring dengan pengaruh berbagai budaya, agama,...
Riyuka Bunga dan Heri Sepakat Cerai, Mediasi Berhasil Sebagian

Riyuka Bunga dan Heri Sepakat Cerai, Mediasi Berhasil Sebagian

Riyuka Bunga dan Heri Horeh sepakat cerai setelah menjalani mediasi di Pengadilan Agama Depok kemarin. Pada acara persidangan yang beragendakan mediasi tersebut hanya berhasil...
Jalan Simpang Empat Yudanegara Tasikmalaya

Happy Ending Polemik Simpang Jalan Yudanegara Tasikmalaya

harapanrakyat,- Polemik Jalan Simpang Empat Yudanegara, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat berakhir bahagia (happy ending). Kini ahli waris merelakan jalan tersebut dijadikan jalan umum. Sebelumnya...