Kamis, April 17, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Pergerakan Nasional 1900-an, Pemuda adalah Koentji

Sejarah Pergerakan Nasional 1900-an, Pemuda adalah Koentji

Sejarah pergerakan nasional merupakan salah satu rentetan peristiwa penting dalam kemerdekaan Indonesia. Sejarah Indonesia mencatat, aktor atau kunci utama dalam peristiwa ini adalah golongan pemuda.

Mereka mempunyai peran utama dalam mengubah keadaan sosial masyarakat Indonesia dari bangsa yang terjajah menjadi rakyat yang merdeka.

Para pemuda menjadi sentral revolusi pemberani. Namun sebelum abad ke-20 mereka menunjukan ekspresi yang lemah, apalagi para pemuda yang ada di Pulau Jawa. Mereka sudah terbiasa dengan didikan lemah lembut orang Jawa yang mengakibatkan kehilangan ekspresi masa-masa mudanya yang revolusioner.

Baca Juga: Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC Pencetus Perbudakan di Batavia

Rata-rata hal ini terjadi di kalangan pemuda yang ada di daerah Vorstenlanden atau wilayah kerajaan yang terdiri dari kekuasaan Surakarta (Solo) dan Jogjakarta. Mereka dicekoki oleh pakem, adat, dan tradisi budaya Jawa untuk menjadi lelaki yang penurut.

Bersifat melayani, menghamba pada kekuasaan Raja, dan hidup sesuai dengan tradisi, budaya, serta pakem-pakem peninggalan para leluhur orang Jawa.

Fenomena tersebut muncul akibat pengaruh feodalisme yang kuat dalam parenting orang Jawa. Para pemuda di Jogja dan Solo kebanyakan menaruh perhatian yang lebih terhadap budaya karena paksaan.

Mereka percaya jika menjadi bagian dari orang yang tidak manut pada ajaran dan tradisi Jawa maka leluhurnya bisa mengutuknya dengan penderitaan hidup. Bisa celaka, seret rejeki, dan susah jodoh.

Oleh sebab itu sifat-sifat ekspresionisme di kalangan pemuda Jawa begitu lemah akibat takut pada mitos dan kepercayaan kosmologi dari para leluhur mereka.

Sejarah Pergerakan Nasional, Pemuda di Jawa Berani Melanggar Pakem

Menurut Benedict Anderson dalam buku berjudul, “Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946” (1988), peristiwa pergerakan nasional secara tidak langsung telah mengubah tradisi dan budaya golongan pemuda di pulau Jawa.

Lahirnya organisasi sosial seperti Boedi Oetomo (1908) membuat para pemuda Jawa lebih cerdas memahami kontekstual budaya pada zaman yang dinamis. Mereka juga mendadak pintar dan memiliki pemikiran yang terbuka.

Para pemuda baru sadar jika pakem-pakem yang dahulu tak boleh dilanggar adalah faktor hirarki yang ingin meninabobokan mereka dari situasi politik di Jawa yang bobrok.

Baca Juga: Soerjopranoto si Raja Mogok, Anak Raja yang Jadi Aktivis Buruh

Sejak saat itu para pemuda berubah menjadi golongan cerdik pandai yang peduli terhadap perpolitikan kolonial. Kaum muda menuntut transparansi politik feodal dan kolonial. Pemerintah kolonial harus terbuka agar bisa dipahami bersama oleh rakyat yang melaksanakan perintah dan aturan penguasa (negara).

Namun mustahil pemerintah kolonial dan para perwakilan feodal (raja) yang ada di dua daerah (Surakarta dan Jogja) mendengar tuntutan mereka apabila mereka tidak punya banyak “suara”.

Untuk merealisasikan ini kaum muda serentak bergabung dengan organisasi pergerakan nasional. Selain dengan Boedi Oetomo, kebanyakan bergabung pada organisasi Syarikat Islam (SI).

Akibat bergabungnya para pemuda dengan organisasi sosial tadi, mengakibatkan mereka lupa pada tradisi dan kebudayaan Jawa.

Mereka menganggap ini bukan hal yang penting. Tak jauh dari sebuah alat yang sudah kedaluwarsa, pakem-pakem pendidikan pemuda di dalam budaya Jawa nampaknya sudah ditinggalkan.

Pemuda Jadi Pemeran Sentral Revolusi  

Menurut Vedi R. Hadiz dalam tulisannya yang dimuat oleh Majalah Prisma No. 2 tahun 1989 berjudul, “Politik, Budaya, dan Perubahan Sosial: Sebuah Rekonstruksi dan Kritik Terhadap Pemikiran Ben Anderson”, pada tahun 1945-1949 pemuda menjadi pemeran sentral revolusi.

Sejarah mencatat, pergerakan Nasional dimulai kala organisasi Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan sebagainya memulai pendidikan politik dari tahun 1900-an. Hal tersebut membuat para pemuda terus meregenerasi kelahiran orang-orang yang cerdas dan kritis.

Kehadiran mereka dalam ranah revolusi bahkan lebih penting daripada kaum intelegensia, atau kelompok-kelompok kelas eksistensi yang teralienasi dalam kancah perpolitikan saat itu.

Para pemuda zaman ini sukses menjadi pelopor perubahan (Agent of change). Mereka berjuang untuk mendapatkan keadilan dari semesta, terutama memperjuangkan keadilannya sebagai bangsa yang merdeka.

Terlepas dari penjajahan Belanda yang berusaha menjebak rakyat Indonesia dalam kubangan politik kebodohan.

Selain itu para pemuda zaman revolusi berjuang untuk menciptakan regenerasi penerus. Negara Indonesia perlu berlanjut dengan generasi-generasi yang kritis, tahan banting dan tidak perasa. Mereka harus berjuang habis-habisan membela kepentingan bersama demi terciptanya kemerdekaan.

Baca Juga: Sejarah Atjeh Moorden, Kisah Pembantaian Orang Belanda di Aceh

Oleh sebab itu para peneliti politik Barat melihat pemuda sebagai pemeran sentral revolusi. Peran pemuda lebih penting daripada negarawan dan politisi di gedung-gedung parlementer.

Menuntut Penghapusan Kolonialisme Barat

Onghokham dalam Majalah Prisma tahun 1977 berjudul, “Angkatan Muda dalam Sejarah dan Politik”, menyebut pemuda revolusioner berhasil menuntut penghapusan kolonialisme Barat di Indonesia jauh sebelum Sukarno mendeklarasikan proklamasi tahun 1945.

Kala itu peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 menjadi kongres terbesar para kaum muda di seluruh Indonesia. Mereka berkumpul merumuskan nasib bangsa untuk menjadi rakyat yang merdeka. Peristiwa ini dianggap sebagai dasar para pemuda menuntut pembebasan dari sistem imperialisme dan kolonialisme Barat.

Tidak main-main, setelah kongres Sumpah Pemuda terlaksana, banyak kaum muda Indonesia yang berada di luar negeri membangun relasi dengan aktor-aktor politik kawakan seperti Moh. Hatta, Soetan Sjahrir, dan lain sebagainya.

Sepulangnya dari luar negeri mereka menghimpun massa yang banyak dari kalangan pemuda revolusioner. Tujuannya untuk mendoktrin generasi muda saat itu supaya lebih kuat dan keras lagi dalam mengusir Belanda di Indonesia. Hatta dan Sjahrir percaya bahwa pada hakikatnya perjuangan menuju kemerdekaan tersebut juga harus dengan jalan yang memaksa. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Komplotan Spesialis Curanmor Diringkus Tim Resmob Polres Sumedang, 14 Motor Diamankan

Komplotan Spesialis Curanmor Diringkus Tim Resmob Polres Sumedang, 14 Motor Diamankan

harapanrakyat.com,- Tiga orang terduga pelaku pencurian sepeda motor lintas Kabupaten, diringkus Tim Resmob Satreskrim Polres Sumedang Jawa Barat, Kamis (17/4/2025). Dari tangan komplotan spesialis...
anak yatim di Sumedang

IKAHI Santuni Ratusan Anak Yatim di Sumedang, Wujud Kepedulian di Hari Jadi ke-72

harapanrakyat.com,- Suasana haru dan kebahagiaan mewarnai Gedung Negara Sumedang, Jawa Barat, saat ratusan anak yatim menerima santunan dari Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) pada Kamis...
efisiensi belanja

Terkait Inpres Efisiensi, Pemkot Cimahi Pangkas Sejumlah Pos Anggaran Belanja

harapanrakyat.com - Pemkot Cimahi, Jawa Barat, siap menjalankan  instruksi Presiden Prabowo Subianto Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja. Saat ini, Pemkot Cimahi telah...
Dugaan Putri Anne Pindah Agama, Inilah Fakta Sebenarnya

Dugaan Putri Anne Pindah Agama, Inilah Fakta Sebenarnya

Dugaan Putri Anne pindah agama jadi perbincangan hangat baru-baru ini. Ya, Putri Anne akhir-akhir ini memang menuai kontroversi. Apapun yang artis Indonesia ini lakukan...
Bapenda Ciamis Gencar Tingkatkan Pendapatan Asli Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan

Bapenda Ciamis Gencar Tingkatkan Pendapatan Asli Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan

harapanrakyat.com,- Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Ciamis, Jawa Barat, gencar meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), salah satunya dari sektor pajak. Seperti kerja sama dengan Kelurahan...
PSSI Belum Putuskan Pelatih Timnas Indonesia untuk SEA Games

Belum Putuskan Pelatih Timnas Indonesia untuk SEA Games, PSSI: Masih Pertimbangan

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengaku masih belum melakukan persiapan menyambut SEA Games 2025. Termasuk perihal penentuan siapa yang menjadi pelatih timnas Indonesia...