Menurut Hiqmad Muharman Pillisang Sani dalam buku berjudul “Backpacking Medan, Berastagi, dan Toba” (2013), sejarah boneka Sigale-gale merupakan legenda menarik dalam kebudayaan orang Batak yang ada di sekitar Toba dan Samosir.
Biasanya boneka tradisional ini ada di depan rumah-rumah adat Batak bernama rumah adat Bolon. Konon rumah tersebut dahulu merupakan rumah Raja Batak yang dihuni bersama keluarga besarnya.
Penempatan boneka Sigale-gale di depan rumah adat Bolon tak lepas dari kepercayaan masyarakat pada mitos tradisi menghibur diri seorang Raja Batak dari kesedihannya tatkala ia ditinggal mati anak lelaki.
Baca Juga: Aliran Kepercayaan Samat, Meyakini Jepang sebagai Sosok Ratu Adil
Boneka Sigale-gale dipercaya bisa menghibur hati Raja Batak karena boneka Sigale-gale merupakan jelmaan gaib dari ruh sang anak. Maka dari itu dahulu orang Batak percaya jika boneka Sigale-gale bisa bergerak sendiri.
Sejarah Boneka Sigale-gale, Kayu Gaib yang Bisa Bergerak Sendiri
Menurut Eni Saeni dalam buku berjudul “Serial Indonesia Storimic: Nilai Leluhur Destinasi Wisata” (2022), boneka Sigale-gale adalah makin yang terbuat dari kayu gaib berisi para ruh leluhur yang meninggal penasaran.
Seperti halnya meninggal karena kalah perang, skandal politik di kerajaan, dan perebutan sejumlah wilayah kekuasaan adat dengan cara hukum rimba.
Karena ada keluarga yang tak terima, mereka menggerakkan para dukun memasukan arwah yang berkeliaran itu pada potongan kayu boneka bernama Sigale-gale.
Menurut mitos orang Batak, siapapun yang membuat patung Sigale-gale konon mereka akan mati menjadi tumbal. Oleh sebab itu, patung Sigale-gale dibuat oleh beberapa orang agar kemampuan sihir dukun pemasuk roh gentayangan ke boneka tersebut lemah.
Hingga saat ini tradisi pembuatan boneka Sigale-gale masih eksis di daerah Toba dan Samosir. Biasanya pembuatan patung ini akan diikuti oleh upacara duka kematian keturunan dari leluhur Raja Batak.
Penghibur Lara Saat Raja Batak Berduka
Eksistensi awal manekin Sigale-gale di kebudayaan Batak, berasal dari ide seorang dukun perempuan yang biasa disebut dengan istilah Sibaso.
Baca Juga: Sejarah Ekonomi Kerakyatan, Upaya Orde Lama Berantas Kemiskinan
Mereka dimintai alternatif pengobatan oleh keluarga Raja supaya sang pemimpin adat Batak tak lagi sedih karena kematian anak lelakinya di medan tempur.
Sibaso pun mengiyakan permintaan tersebut lalu bertapa sehari semalam untuk melihat wangsit: bagaimana cara mengembalikan perasaan bahagia Raja seperti sebelum anaknya meninggal dunia. Alhasil Sibaso menemukan caranya.
Lewat mimpi saat bersemadi, Sibaso membuat boneka yang kemudian dinamakan Sigale-gale. Ia mengembalikan arwah anak Raja Batak yang sudah meninggal dunia karena hujaman tombak lawan yang pas mengenai dada sebelah kirinya.
Akibatnya boneka Sigale-gale bisa bergerak sendiri, sedangkan suaranya hanya bisa didengarkan oleh Raja (ayahnya). Keluarga yang lain tidak bisa memahami gerak permintaan si boneka Sigale-gale tapi sang ayah tercintanya sangat bisa memahaminya.
Saat ini Boneka Sigale-gale Dimainkan oleh Dalang
Permainan boneka Sigale-gale yang penuh dengan kisah misteri saat ini masih bisa ditemukan di daerah Toba dan Samosir. Keluarga etnis Batak di sana masih melestarikan tradisi ini dengan baik.
Hanya saja permainan boneka Sigale-gale tidak seperti mitos original: bisa bergerak sendiri, melainkan dimainkan (digerakan) oleh para dalang ahli Sigale-gale di balik layar dimana boneka tersebut ditancapkan.
Para dalang menggunakan benang tipis untuk menggerakan Sigale-gale. Mereka menggerakkan boneka tersebut mengigel ke kiri dan ke kanan.
Baca Juga: Sejarah Negara Pasundan, Kisah Kegagalan Subversif di Jabar
Terkadang badan dan tangannya beriringan tepat seperti orang yang kegirangan. Tidak ada sama sekali kesan yang menyeramkan jika kita sebelumnya tidak tahu sejarah boneka Sigale-gale.
Namun jika kita sudah mengetahui legenda dari boneka Sigale-gale nampaknya perasaan takut karena kisah yang penuh dengan misteri menjadi satu hal alasan kita tak ingin menengok boneka tersebut.
Saat ini boneka Sigale-gale menjadi daya tarik wisata budaya di Sumatera Utara. Khususnya daerah etnis Batak yang tinggal di sekitar Toba dan Samosir.
Banyak para wisatawan yang ingin berkunjung ke sana, melihat bagaimana bentuk dan cara bermain seonggok manekin kayu yang katanya dimasuki oleh ruh bergentayangan.
Selain itu Eni Saeni juga mengatakan permainan Sigale-gale merupakan bagian dari cara orang Batak menghargai tradisi leluhur. Mereka sadar budaya, mereka ingin melestarikan boneka Sigale-gale dan menjaganya hingga akhir hayat peradaban tiba. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)