PKI Bawah Tanah merupakan sebuah istilah untuk menyebut gerakan rahasia orang-orang komunis yang melawan fasisme Jepang secara merangkak. Dalam sejarah PKI, saat itu mereka memiliki misi kepartaian untuk menjatuhkan pendudukan Jepang di Indonesia secara senyap, perlahan namun pasti.
Gerakan ini terjadi pada tahun 1942-1948 yang terpusat di daerah Madiun, Jawa Timur. Komando gerakan PKI Bawah Tanah adalah Mr. Amir Sjariffudin. Kendati memiliki tujuan yang baik untuk perjuangan pemuda, namun tidak pada keutuhan NKRI.
PKI Bawah Tanah memiliki visi dan misi menggantikan bentuk negara NKRI ke dalam ideologi komunis. Amir Syariffudin mempropagandakan NKRI yang sedang dipimpin oleh Sukarno-Hatta merupakan negara boneka Jepang.
Baca Juga: Menangkal Hantu Merah, Sejarah Polisi Melawan Komunis Tahun 1920
PKI di Madiun tidak setuju dengan sistem pemerintahan Sukarno-Hatta. Selain karena boneka Jepang, PKI memfitnah pemerintah NKRI saat itu telah terkontaminasi oleh ideologi fasisme.
Mereka (PKI) ingin menciptakan negara yang 100% merdeka. Propaganda Amir Syariffudin terus menyebar hingga membuat keadaan politik saat itu memanas. Alhasil PKI menjadi salah satu pemicu lahirnya kerusuhan Madiun pada tahun 1948.
PKI Bawah Tanah, Berawal dari Gerakan Intelejen Kiri
Koran-koran Belanda mengabarkan Amir Syariffudin mantan Perdanan Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1947 telah mengklarifikasi arti PKI Bawah Tanah.
Menurut Amir, PKI Bawah Tanah merupakan ungkapan rahasia untuk menyebut kerdja-kerdja inteledjen kiri yang bertujuan melumpuhkan ideologi fasis di Indonesia.
Gerakan komunis rahasia ini sudah berjalan sejak Belanda terusir dari tanah jajahannya sendiri pada tahun 1942. Kala itu mereka kalah dari Perang Dunia II yang membuat negara fasis Jepang menduduki Indonesia sampai tahun 1945.
Dalam buku Hary A. Poez berjudul, “PKI SIBAR: Persekutuan Aneh Antara Pemerintah Belanda dan Orang Komunis di Australia (1943-1945)” (2014), PKI saat itu merupakan kaki tangan orang Belanda di Australia.
Melalui Amir Syariffudin (Pemimpin PKI) orang Belanda di Australia yang bernama Van der Plas itu telah membiayai hidup partai kiri tersebut dengan uang sejumlah 25000 gulden.
Tujuan pemberian uang ini tidak lain untuk membantu Belanda bisa kembali berkuasa di tanah jajahannya setelah Jepang mundur dari Indonesia tahun 1945.
Tentu kabar ini membuat banyak rakyat Indonesia anti Belanda naik pitam. Mereka mencap PKI sebagai musuh dalam selimut. Tidak punya jiwa Nasionalisme yang kuat dan cenderung bersikap pengecut.
Baca Juga: Profil Alimin Prawirodirdjo, The Great Old Man Komunis Indonesia
Bahkan ada yang mengutuk gerakan PKI Bawah Tanah ini dengan menyebut Amir Syariffudin sebagai Antek Belanda.
Amir Syariffudin dan Van der Plas yang Mencurigakan
Setelah kabar ini muncul di muka publik, banyak tafsiran-tafsiran liar yang mencurigai kedekatan Amir Syariffudin dengan Van der Plas adalah kedekatan yang saling memanfaatkan satu sama lainnya.
Van der Plas memanfaatkan basis kiri anti fasis untuk memusuhi Sukarno-Hatta, sedangkan Amir memanfaatkan Van der Plas sebagai sumber dana untuk mengembangkan partainya tercinta.
Sebab pada kenyataannya Amir merupakan seorang komunis sejati yang tentu sangat anti pada Belanda.
Tetapi versi lain mengatakan sebaliknya. Amir Syariffudin justru memanfaatkan basis kiri yang sudah besar di Madiun untuk kelancaran Belanda menguasai kembali Jawa. Mereka bersekongkol membodohi kader kiri untuk saling perang dengan bangsanya sendiri.
Mereka tak sadar diri jika ternyata mereka hanya dijadikan pion oleh Belanda untuk menghancurkan kekuasaan Sukarno-Hatta.
Politik pecah belah ini kemudian berakhir pada peristiwa pemberontakan PKI di Madiun pada 1948 yang mana menewaskan pemimpin partai Amir Syariffudin pada bulan September 1948.
Baca Juga: Sejarah Stadion Gelora Bung Karno, Pernah Jadi Lokasi HUT PKI
Kehancuran PKI Bawah Tanah Pasca Peristiwa Madiun 1948
Karena sudah tidak ada lagi leader yang bisa mengarahkan gerakan rahasia komunis menghancurkan fasisme Jepang pasca peristiwa Madiun 1948, maka PKI Bawah Tanah tidak beroperasi kembali.
Seluruh personil gerakan senyap kiri tersebut ditahan oleh militer republik di Madiun. Mereka dipaksa insyaf dan dinormalisasi agar bergabung kembali pada NKRI.
Setelah kondisi mereka aman, baru dilakukan pembebasan tokoh-tokoh Madioner untuk kembali berpolitik.
Karena pengawasan politik yang lemah, alumni Madiun 1948 yang selamat dan telah dibebaskan kembali membuat basis pertahanan komunis.
Salah satunya pemuda asal Belitung yang dulu ikut terlibat dengan PKI Bawah Tanah di Madiun bernama Aidit. Ia berhasil menghipnotis massa agar memilih PKI menjadi partai besar kembali.
PKI akhirnya menjadi partai menang ke-4 dalam peristiwa Pemilihan Umum pertama pada tahun 1955. Saat itu PKI mengibarkan kembali bendera kejayaannya setara dengan kemenangan PNI, Masyumi, dan NU dalam Pemilu 1955. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)