harapanrakyat.com,- Polemik terkait pembangunan Masjid Raya Al Jabbar, Gedebage Kota Bandung, Jawa Barat, seolah tidak kunjung selesai. Bahkan pembangunan masjid yang menjadi ikon baru Jawa Barat tersebut diduga masih menyisakan utang.
Salah seorang pengusaha asal Batam yang ikut dalam pengerjaan pembangunan Kubah Masjid Al Jabbar, Simson Sitinjak mengungkapkan fakta terkait utang dalam pembangunan masjid tersebut.
Ia menjadi korban karena harus membayar utang kepada sejumlah vendor yang sebenarnya belum terbayarkan kontraktor Masjid Al Jabbar.
Simson menceritakan kronologisnya ketika ia mendapat telepon dari pimpinan perusahaan konstruksi pelat merah pada Februari 2022 lalu. Pimpinan perusahaan pelat merah itu lantas mengajaknya bergabung dalam pengerjaan konstruksi kubah utama Masjid Al Jabbar.
Baca Juga : Disorot! Pembuatan Konten Masjid Al Jabbar Telan Rp 16 Miliar
Ia pun menyetujui tawaran tersebut dan mengajukan kontrak senilai kurang lebih Rp 30 miliar untuk selama delapan bulan pengerjaan berlangsung. Dengan jumlah manpower sekitar 220 hingga 240 orang atau sampai pekerjaan selesai.
Pada Maret 2022, pihaknya pun memulai pekerjaan dan mulai mengirimkan tim manpower, termasuk perlengkapan alat kerja berikut material untuk pengerjaan proyek tersebut.
“Namun hingga saat ini, kontraknya belum dikeluarkan dan hanya janji belaka. Saya juga selalu melaporkan ke pihak manajemen apa yang belum terbayarkan. Jawabannya katanya menunggu termin dari dinas,” ungkapnya kepada awak media di Kota Bandung, Sabtu (4/2/2023).
Menurutnya selama pengerjaan proyek tersebut berjalan, pihaknya kerap mengirimkan invoice atau tagihan berdasarkan proses pekerjaan serta jumlah manpower. Setiap bulannya kontraktor harus melunasi tagihan tersebut.
Kontraktor Minta Pelaksana Proyek Selesaikan Kubah Masjid Al Jabbar
Awalnya, Simson mengatakan, pihak kontraktor selalu membayarkan kewajibannya itu meskipun tidak sepenuhnya terlunasi.
Namun hingga penagihan ke delapan, kontraktor tak kunjung menyelesaikan sisa pembayaran tersebut.
“Pembayaran tidak full (penuh). Kontraktor hanya membayarkan paling hanya 45 hingga 50 persen, sisanya menunggak. Tunggakan pembayaran berlarut-larut hingga tagihan kedelapan,” ucap Simson.
Dengan adanya keterlambatan pembayaran tersebut, pihaknya akhirnya melaporkan kepada manajemen perusahaan konstruksi tersebut.
Namun, kontraktor malah memintanya menyelesaikan terlebih dahulu pengerjaan kubah utama Masjid Al Jabbar.
Baca Juga : Masjid Al Jabbar Diresmikan, Ibunda Ridwan Kamil Nangis Lihat Kemegahannya
“Dia bilang material nanti dulu, usahakan manpower diselesaikan agar proyek ini siap. Tanggal 30 Desember 2022 paling lambat harus selesai, harus handover dari kontraktor ke dinas,” tuturnya.
Menyikapi permintaan tersebut, Simson pun kembali merekrut sebanyak 259-300 tenaga ahli dari luar Bandung seperti Batam, Medan, Pekanbaru dan Palembang.
Selain itu, Ia juga merekrut warga setempat untuk mempercepat penyelesaian pengerjaan tersebut.
“Kami kerja dari jam 8 pagi sampai jam 9 malam, Senin hingga Minggu gak libur selama 8 bulan. Hari raya juga masuk. Termasuk saat 17 Agustus juga bekerja. Jadi tidak pernah libur untuk mengejar progress pembangunan selesai,” ungkap Simson.
“Kalau tidak ada titik temu penyelesaian utang ini (kontraktor), kami akan mengambil langkah hukum. Kami juga akan membongkar material seperti kawat las yang terpasang di kubah utama untuk dikembalikan,” ucap Simson menambahkan. (Rio/R13/HR-Online/Editor-Ecep)