Ekonom senior Universitas Indonesia, Prof. Prijono Tjiptoherijanto dalam Majalah Prisma Edisi November 1981 menulis, “Penanaman Modal Jepang di Asia Tenggara” yang isinya menerangkan ekspor bahan kimia membangkitan ekonomi Jepang pasca kekalahan pada PD-II.
Jepang berhasil mengekspor bahan mentah pembuatan kimia ke negara-negara berkembang di Asia. Tak disangka penjualan kimia tersebut sukses dengan cepat. Jepang mendadak jadi negara yang kaya setelah 10 tahun ekonomi lesu akibat kalah perang pada tahun 1945.
Baca Juga: Tragedi Ijime di Jepang, Kisah Pilu Anak-Anak Korban Perundungan
Menurut Prijono langkah Jepang pasca perang –memilih menjual bahan mentah kimia merupakan jalan yang tepat. Sebab saat itu kimia sedang naik daun, barang paling dicari oleh negara-negara berkembang untuk bahan produksi teknologi yang inovatif.
Sejarah Jepang Ekspor Kimia hingga ke Indonesia
Selain membayar pampasan perang, sejak tahun 1950 Jepang merupakan telah menjadi langganan Indonesia mengimpor kimia. Secara tidak langsung kimia telah jadi media rekonsiliasi sejarah buruk 5 tahun lalu saat menjajah bangsa Indonesia.
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan bahan-bahan kimia untuk keperluan ilmu pengetahuan dan beberapa pembuatan benda berbasis teknologi. Bahkan penunjang proyek pembuatan Nuklir di era Sukarno.
Meskipun tidak disebutkan jumlah nominal pemesanan kimia Indonesia ke Jepang, menurut beberapa pengamatan ekonom senior, Indonesia lah yang menjadi penyumbang terbesar impor kimia dari Jepang.
Setelah itu ada negara langganan lainnya yakni Malaysia dan Filipina. Dua negara berkembang itu memanfaatkan kimia untuk kebutuhan membangun proyek tata kelola kota berbasis teknologi. Tidak seperti di Indonesia, Malaysia dan Filipina menggunakan kimia sebagai produksi pengembangan lingkungan yang futuristic.
Amerika Serikat Melirik Ekonomi Jepang
Sejak tahun 1960, negara Adikuasa: Amerika Serikat melirik industri kimia Jepang sebagai basis persaingan mereka dalam berdagang. Amerika menganggap Jepang sebagai ancaman ekonomi yang berbahaya.
Baca Juga: Sejarah Penjajahan Prancis di Maroko, Berawal dari Kelangkaan Pangan
Maka dari itu Amerika tidak membuat Jepang marah atau memicu negara matahari terbit ini tersinggung. Mantan musuh yang mengalahkannya pada tahun 1945 itu justru merangkul Jepang sebagai sahabat. Amerika menawarkan kerjasama perdagangan kimia dengan Jepang.
Selain untuk menjinakan Jepang supaya tidak melakukan penyerangan balik pada Amerika, negara demokrasi pertama di dunia ini juga mengharapkan Jepang sebagai negara investasi.
Dengan kata lain Amerika menjadikan Jepang sebagai negara kaya agar tidak mengganggu jalur perdagangannya dengan negara-negara berkembang di seluruh dunia tak terkecuali dengan Asia.
Bagi Amerika Asia merupakan basis ekonomi yang menyegarkan, selain karena lebih banyak negara berkembang dari pada negara majunya, negara-negara tersebut juga punya kelemahan yang Amerika bisa temukan solusi persoalannya.
Namun Jepang nampaknya sudah tahu strategi buruk Amerika, negara samurai itu justru membanting angin menyerang produksi Amerika dengan memasarkan produk jadi ke pasar Brazil. Yang mana kebanyakan saat itu berisi barang-barang made in Amerika.
Ekonomi Jepang, Kekuatan Penting di Asia
Ekonomi Jepang penting bagi Asia karena mampu menciptakan dorongan untuk mengembangkan investasinya di luar negeri, terutama dalam industri-industri manufaktur di Asia.
Pernyataan ini sebagaimana mengutip tulisan Kenji Nakano berjudul, “Japanese Overseas Investment Patterns and FTzs” dalam buku “Tradezone and Industrialization of Asia” (1977).
Baca Juga: Sejarah Pembunuhan Sadis di Amerika Serikat, Krismon Jadi Penyebabnya
Buku tersebut juga menjelaskan bahwa Jepang berhasil menjadi pelopor pembangunan kawasan-kawasan perdagangan bebas yang dikenal dengan istilah, (free trade zones, FTZ). Artinya Jepang telah membuka pandangan yang baik bagi ekonomi negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia.
Pada tahun 19970 Jepang mulai jadi investor di negara-negara berkembang Asia, salah satunya di Indonesia. Hal ini serupa dengan langkah penaklukan Amerika terhadap Jepang di beberapa waktu yang lalu.
Kegiatan investasi Jepang disambut hangat oleh pemerintah Indonesia, yang kala itu sudah dijabat oleh Presiden Suharto (Orde Baru). Selain mantan penjajah, Indonesia mengenal Jepang sebagai penyedia produk teknologi berkualitas.
Tak heran pemerintah Indonesia mempercayai Jepang sebagai investor di negaranya, terlepas dari pro dan kontranya sebagai negara yang pernah menjajah Indonesia.
Salah satu bentuk diplomasi ekonomi antara Indonesia dan Jepang terlihat dari produksi moda transportasi (mobil). Melalui badan induk usaha transportasi bernama Toyota, Jepang melahirkan mobil bermerk Kijang di Indonesia.
Penamaan Kijang merupakan simbol rukunnya Jepang-Indonesia yang diwakili arti Kerjasama Indonesia dan Jepang. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)