Peristiwa jatuhnya pesawat B-26 terjadi pada tahun 1958. Saat itu pilot yang mengendarai pesawat tersebut orang Amerika bernama Allen Pope. Jatuhnya pesawat B-26 terjadi akibat sang pilot kedapatan menyerang beberapa tempat sehingga menimbulkan korban jiwa.
Setelah terjatuh karena ditembak oleh pesawat perang Mustang P-51 Indonesia yang dipiloti Kapten Ignatius Dewanto, Allen Pope baru diketahui sebagai seorang mata-mata CIA Amerika.
Tugasnya menjatuhkan pemerintahan Sukarno dengan cara membantu gerakan separatis di beberapa daerah, salah satunya separatisme Permesta dan DI/TII.
Sukarno naik pitam setelah mendengar keterangan ini dari meja penyidik. Presiden yang sering mengenakan kacamata hitam tersebut langsung mengajukan vonis hukuman mati untuk Allen Pope.
Baca Juga: Kisah Sukarno Jadi Pengangguran dan Guru yang Dipecat
Usulan ini tidak hanya karena Sukarno terancam dibunuh oleh Allen Pope, tetapi mata-mata CIA tersebut sudah menimbulkan 700 korban jiwa di Ambon.
Seperti tak rela kehilangan salah satu agen terbaik CIA, Amerika menolak vonis mati bagi Allen Pope. Presiden Eisenhower membujuk Sukarno berdamai. Namun sang proklamator berjiwa revolusioner ini tak mau lemah dihadapan negara adidaya.
Sukarno menolak mentah usulan damai Eisenhower karena apa yang telah Allen Pope perbuat begitu berat hukumannya.
Dari sinilah awal mula perdebatan panas yang menyebabkan tegangnya hubungan Indonesia dengan Amerika.
Tidak ada yang saling mengalah, dua-duanya menjaga harga diri. Namun pada akhirnya masalah selesai setelah Jhon F. Kennedy menjabat presiden pada tahun 1961.
Jatuhnya Pesawat B-26 dan Kisah Sukarno Menelanjangi Agen CIA
Walentina Waluyanti De Jonge dalam buku berjudul, “Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen” (2013), peristiwa jatuhya pesawat B-26 (kode Amerika) oleh pesawat tempur Indonesia berjenis Mustang P-51 membuat Sukarno bangga hati.
Pasalnya Presiden pertama RI tersebut seolah berhasil menelanjangi agen CIA, spionase hebat asal Amerika Serikat.
Allen Pope nama pilot pesawat B-26 telah menghabisi beberapa tempat termasuk penduduk di sekitarnya dengan cara menerjunkan bom dan tembakan.
Jumlah korbannya tak main-main kurang lebih ada 700 korban jiwa yang meninggal akibat serangan membabi buta yang dilakukan oleh Allen Pope.
Namun dengan polos menjawab, Allen Pope sengaja menyerang Indonesia karena dendam pribadi. Sebab negara yang sedang dipimpin oleh Sukarno itu terlalu dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Allen Pope terkenal sebagai pemuda yang sangat membenci komunisme. Sejak umur 20 tahunan ideologi anti komunis yang diturunkan dari kakeknya sudah menempel di sanubarinya.
Baca Juga: Moh Natsir: Gemar Merokok, Kerap Bertengkar dengan Sukarno
Dengan demikian ia berusaha menghancurkan negara tersebut dengan menyerang banyak orang di dalamnya. Bahkan salah satu incaran Allen Pope yakni menghabisi nyawa Sukarno.
Sukarno marah dengan pengakuan Allen Pope di pengadilan. Karena sudah banyak menimbulkan kerugian jiwa, Allen Pope divonis hukuman mati oleh pengadilan Republik Indonesia pada tanggal 29 April 1960.
Adapun kelakuan Allen Pope yang merugikan tersebut antara lain terdiri dari, peristiwa pengeboman gereja di Ambon dan pengeboman kapal penuh penumpang di pelabuhan Ambon.
Amerika mencoba menarik Allen Pope dari permasalahan tersebut. Sukarno tak kehilangan akal, lantas ia menjadikan Allen Pope sebagai sandera.
Ya, sahabat Mohammad Hatta ini menarik ulur perjanjian dan lobi-lobi bisnis yang menguntungkan dari Amerika Serikat. Apa saja yang Sukarno dapat dari bisnis ini, berikut ini ulasannya.
Sukarno Memanfaatkan Amerika Serikat
Menurut Cindy Adam dalam buku berjudul, “Sukarno Een Autobiografie Uit De Mond van De President” (1988), Sukarno memanfaatkan Amerika dalam beberapa hal. Dari mulai permintaan senjata untuk militer sampai dengan pesawat tempur dan helikopter.
Peristiwa ini terjadi saat Howard Jones (Duta Besar Amerika di Indonesia) mengundang makan malam Sukarno di rumahnya. Tujuan makan malam tersebut sebetulnya untuk melobi Sukarno agar berdamai dengan Amerika atas kejadian yang menimpa Allen Pope.
Bukannya setuju dan memaafkan, Sukarno justru balik marah dan menyampaikan seluruh uneg-unegnya terhadap Amerika langsung di depan muka Howard Jones.
Keesokan harinya, Howard langsung menelpon ke Amerika untuk menyampaikan kejadian ini pada Presiden Eisenhower. Intinya Sukarno marah besar dengan apa yang telah diperbuat oleh Allen Pope.
Risikonya tinggi, Sukarno bisa membuka seluruh rahasia Amerika ke forum Internasional, celakanya peristiwa Allen Pope jika terbongkar dunia akan mengecam Amerika, terutama Presiden Eisenhower.
Howard Jones menyarankan agar Presiden Eisenhower bisa bekerjasama dengan Presiden Sukarno. Sebab Sukarno katanya mudah tergoda dengan barang mewah, apalagi perempuan. Kebetulan sekali waktu itu Sukarno sedang tergila-gila dengan Marlyn Monroe.
Lima hari penangkapan Allen Pope dan usulan yang diucapkan oleh Kedutaan Besar Amerika di Indonesia Howard Jones, membuat Presiden Eisenhower menuruti apa yang telah disarankan Howard.
Eisenhower mengirim 37 ton beras, pencabutan embargo, bantuan pesawat, dan bantuan sistem komunikasi radio untuk Indonesia pada istana di Jakarta.
Bahkan pada bulan Agustus 1958, Eisenhower melalui badan militer memasok senjata kepada 21 Batalyon Pasukan Militer Indonesia guna menumpas gerakan separatisme.
Eisenhower memilih jalan damai dengan membelot dari rencana awal yang pro pada gerakan ekstrimis kanan.
Baca Juga: Bung Karno Alergi The Beatles: Musik Ngak-Ngik-Ngok Perusak Bangsa
Membebaskan Allen Pope
Meskipun sudah dibantu banyak material oleh Presiden Eisenhower, Presiden Sukarno tetap pada pendiriannya. Ia ingin agen CIA yang pernah mengancam nyawanya divonis hukuman mati. Namun ternyata semua gertakan itu palsu.
Sukarno hanya memanfaatkan gertakannya itu untuk menakut-nakuti Amerika. Dengan begitu ia bisa mendapat barang-barang berharga untuk membangun Republik.
Selain itu saking cerdasnya pemikiran Sukarno sampai-sampai Eisenhower dikerjai untuk mendukung Indonesia merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
Alhasil dukungan tersebut dipenuhi oleh Presiden Eisenhower, secara terbuka di berbagai media Internasional ia mengungkapkan kepeduliannya pada Indonesia untuk merebut kembali wilayah kekuasaannya dari tangan Belanda yakni wilayah Irian Barat.
Setelah membebaskan Irian Barat pada tahun 1963, Sukarno dibantu mendapatkan pesawat Hercules. Peristiwa tersebut menjadi cikal bakal lahirnya pasukan Skuadron Hercules di Indonesia. Kode pesawatnya saat itu adalah Hercules C-13.
Baru setelah 4 tahun berlalu Allen Pope dibebaskan oleh Sukarno. Selain itu hubungan Presiden RI dengan Amerika semakin dekat tatkala kedudukan Presiden Eisenhower digantikan oleh Jhon F. Kennedy pada April 1961. Sukarno menganggap Jhon F. Kennedy sebagai sahabat sejati. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)