harapanrakyat.com,- Memasuki tahun 2023, isu ancaman krisis pangan dan krisis energi menyeruak di berbagai penjuru dunia.
Hal ini tentu patut dijadikan perhatian utama semua pihak. Ancaman ancaman krisis pangan dunia ini, tidak menutup kemungkinan masuk ke wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Ciamis.
Fenomena kecenderungan kenaikan harga beberapa komoditi strategis seperti beras, minyak goreng, dan cabai merah yang dirasakan mulai akhir tahun lalu di berbagai wilayah, sedikit banyak dipengaruhi oleh isu tersebut.
Namun demikian, dilihat dari sisi ketersediaan pangan khususnya beras di Kabupaten Ciamis masih ada dalam status aman.
Hal itu sebagaimana dikatakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, Slamet Budi Wibowo, Senin (20/2/2023).
Slamet menyebut, sekurang-kurangnya ada tiga penyebab krisis pangan, yang pertama akibat pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Kemudian yang kedua adanya perubahan iklim ekstrim yang mengakibatkan gangguan terhadap produksi pangan.
“Sementara yang ketiga, akibat perang Rusia-Ukraina yang sampai saat ini belum berakhir, yang ternyata berdampak sekali pada banyak hal, termasuk pasokan energi dunia. Bagi dunia pertanian, ternyata pusat bahan baku pupuk dunia ada di Rusia dan Ukraina,” ujar Slamet Budi Wibowo.
Ciamis Aman dari Ancaman Krisis Pangan, Produksi Padi Surplus
Meski demikian, untuk hasil produksi padi di Kabupaten Ciamis saat ini masih surplus. Sehingga Ciamis masih aman dari isu krisis pangan tersebut.
“Buktinya, selama tahun 2022, hasil panen dari sawah seluas 75.853 hektar (Ha) se-Kabupaten Ciamis, dengan rata-rata produksi 63,77 per Ha, total produksinya mencapai 481.958 ton GKG atau dikonversi menjadi beras mencapai 303.633,54 ton,” jelasnya seraya mengatakan, saat ini masih tersedia cadangan gabah hingga bulan Maret 2023.
Menurutnya, laporan produksi gabah kering giling tahunan ini, diambil dari data hasil produksi padi di 27 kecamatan se-Kabupaten Ciamis selama tahun 2022. Juga ditambah cadangan gabah yang diperoleh dari panen bulan-bulan sebelumnya yaitu yang disimpan petani, di tempat penggilingan, pedagang, dan masyarakat.
Perhitungan tersebut didasarkan pada angka jumlah penduduk di Kabupaten Ciamis sebanyak 1,4 juta orang, dengan konsumsi pangan per orang sebesar 8,54 kg beras per bulan.
“Sehingga total kebutuhan konsumsi dan lainnya yang dibutuhkan masyarakat Kabupaten Ciamis mencapai 14.574,19 ton,” kata Slamet Budi Wibowo.
Baca juga: Distan Ciamis Beberkan Kinerja Pembangunan Pertanian di Kabupaten Ciamis Tahun 2022
Bagaimana Ciamis Bisa Surplus?
Dijelaskan Kadistan, hal ini di antaranya karena pertama, Kabupaten Ciamis termasuk daerah agraris, yang masyarakatnya mayoritas adalah petani, yang sudah biasa bercocok tanam.
Dengan adanya pandemi Covid-19 selama dua tahun lalu, banyak pekerja di kota besar yang di-PHK dari perusahaan tempatnya bekerja, lalu pulang kampung ke Ciamis dan menjadi petani.
Selanjutnya, kedua, program pemerintah yang dilaksanakan melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan cukup banyak, di antaranya yang bersifat supporting atau bantuan ke petani baik dari kegiatan di sektor hulu sampai hilir, sektor hulu berupa sarana budidaya, sarana produksi baik benih, pupuk, plus bantuan alat dan mesin pertanian, baik pompa air bagi daerah yang rentan kekeringan di musim kemarau, maupun traktor.
Program lain sampai pasca panen, di antaranya ada 2 lokasi yang mendapatkan bantuan bangunan Lumbung Pangan Masyarakat yang dilengkapi Gudang, Rice Milling Unit (RMU), dan bantuan modal untuk pembelian gabah petani.
Selain itu juga dilakukan pembinaan terhadap SDM Pertanian dalam hal budidaya melalui kegiatan Sekolah Lapang, di dalam kegiatan tersebut petani dididik untuk bercocok tanam yang baik dan benar.
“Sejak beberapa tahun lalu kita dikenalkan dengan istilah Pertanian Presisi (Precision Farming), yaitu bertani dengan input dan teknik yang tepat sehingga tidak terjadi pemborosan sumberdaya. Dengan menerapkan Pertanian presisi, diharapkan adanya peningkatan hasil dengan dampak buruk yang lebih rendah,” ungkapnya.
Gerakan Menanam Tanaman di Pekarangan
Slamet Budi Wibowo menambahkan, bahwa ada perhatian dan ini menjadi motivasi yang cukup tinggi bagi Distan KP yang datang dari Bapak Bupati, Dr. H. Herdiat Sunarya, yang pada akhir tahun lalu di tengah tren peningkatan inflasi. Bupati mengeluarkan Surat Edaran agar masyarakat melaksanakan gerakan menanam tanaman yang cepat di panen di lahan pekarangan masing-masing.
“Diharapkan ada dampaknya yaitu untuk pemenuhan kebutuhan pangan sendiri, dan agar inflasi terkendali,” ucapnya.
Sehingga disimpulkan, bahwa untuk tahun 2022 dan memasuki awal tahun 2023 ini, Kabupaten Ciamis dari aspek ketahanan pangan dalam status aman.
“Menjelang bulan Maret-April yang sebentar lagi memasuki musim panen, sehingga Insyaallah Ciamis dalam kondisi aman dari ancaman krisis pangan, dan pembangunan pertanian harus menjadi prioritas bersama,” pungkas Slamet. (Fahmi/R8/HR Online/Editor Jujang)