harapanrakyat.com,- Perekonomian global diprediksi mendapatkan tantangan yang sangat berat pada tahun 2023, terutama isu resesi tahun 2023, yang diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menurut Menkeu, isu resesi tahun 2023 muncul akibat tiga negara dengan perekonomian terbesar, yakni Amerika Serikat, China dan Uni Eropa mengalami perlambatan secara serentak.
Akademisi Universitas Galuh Ciamis, Jawa Barat, Dr Nurdiana Mulyatini SE MM, angkat bicara soal isu resesi.
Kata dia, isu resesi tahun 2023 merupakan imbas dari beberapa kondisi global, termasuk pandemi Covid-19 yang mengguncang ekonomi secara keseluruhan.
Ia menyebut, hal itu bukan terjadi hanya di Indonesia saja, tapi juga di negara negara lain.
“Resesi ditandai dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi di beberapa negara. Untuk Indonesia sendiri, inflasi memang cukup tinggi tetapi masih bisa dikendalikan. Kemudian pertumbuhan ekonomi masih bisa terjaga, meskipun terjadi perlambatan, akan tetapi kita jangan sampai lengah dan harus sangat hati hati atas kondisi ini,” jelas DR Nurdiana, Selasa (17/1/2023).
Baca juga: Akademisi Unigal Ciamis: Sistem Pemilu Proporsional Tertutup Bukti Kemunduran Demokrasi
Resesi Tahun 2023 Dirasakan Semua Negara
Menurutnya, Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan sudah memberikan sebuah sinyal, tentang tantangan ekonomi global yang sedang dirasakan oleh semua negara.
Akan tetapi kalau melihat mengenai tatanan dan pondasi ekonomi Indonesia, yang ternyata cukup tangguh dalam menghadapi krisis di beberapa tahun yang lalu.
“Tentunya kita masih memiliki optimisme yang tinggi, untuk pertumbuhan ekonomi yang ditopang dengan kontribusi yang besar dari sektor UKM,” ujar Dekan Fakultas Ekonomi Unigal ini.
Lanjutnya, Indonesia sudah memiliki pengalaman bagaimana menghadapi krisis moneter pada tahun 1997 dan 1998. Dimana Sektor UMKM memiliki kontribusi yang besar, untuk pertumbuhan ekonomi saat itu, sehingga Indonesia mampu keluar dari krisis moneter.
Sesuai yang diungkapkan Menteri Keuangan, Indonesia juga akan mengalami perlambatan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi diproyeksi hanya 5 persen, dan mungkin terjadi stagflasi dimana pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan dengan inflasi.
“Akan tetapi kita harus tetap optimis dan mendukung upaya pemerintah untuk mempertahankan pertumbuhan yang kuat ,”tuturnya.
Tantangan Resesi Tahun 2023 di Kabupaten Ciamis
DR Nurdiana menambahkan, untuk di kabupaten Ciamis sendiri pada akhir tahun 2022 inflasi cukup tinggi, dengan mengacu IHK Kota Tasikmalaya, inflasi mencapai 5,92 persen. Sedangkan Provinsi Jawa Barat inflasi mencapai 6,12 persen, untuk pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis relatif kecil 3,66 persen.
“Akan tetapi sama, kita juga harus optimis dengan mengoptimalkan kinerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), yang berfungsi menjamin stabilitas harga barang, terutama kebutuhan pokok masyarakat agar inflasi tetap di angka proporsional,” jelasnya.
Pihaknya pun mengapresiasi kepada tim inflasi daerah, yang bisa mengendalikan inflasi di kabupaten Ciamis. “Mudah mudahan ini bisa terus dijaga, khususnya yang berkaitan dengan harga pangan,” katanya.
Nurdiana mengungkapkan, Pemkab Ciamis juga harus mampu memanfaatkan potensi daerah, terutama dalam kebijakan strategis untuk menopang perekonomian seperti sektor pertanian, peternakan dan UMKM.
“Pertumbuhan ekonomi di kita sedikit melambat dan pernah mengalami kontraksi di tahun 2021. Maka dari itu semua unsur baik pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat, tetap bersinergi untuk mengendalikan inflasi agar tidak terlalu tinggi dan membuka ruang investasi bagi sektor unggulan di Kabupaten Ciamis,” pungkasnya. (Fahmi/R8/HR Online/Editor Jujang)