Sejarah Pos Bloc, gedung Eks Kantor Pos zaman Belanda yang kini menjadi tempat nongkrong anak muda.
Cafe bernuansa kesejarahan di Jakarta tersebut mulai beroperasi sejak tanggal 10 Oktober 2021. Menurut berbagai literasi tempat Hang Out anak muda zaman now ini dahulunya bekas gedung kantor pos pertama di Batavia. Konon gedung ini sudah ada sejak awal VOC tahun 1600-an.
Saat ini Pos Bloc menjadi tempat nongkrong yang di dalamnya ada banyak pilihan kuliner berbagai selera. Mulai dari masakan oriental dan western, begitu juga dengan minuman dan kudapan ringan kekinian khas anak-anak muda di Jakarta. Sebagian pengamat sejarah di Indonesia merespon positif adanya pembangunan tersebut.
Baca Juga: Achmad Wiranatakusumah, Pendiri Batalyon Siluman Merah
Sebab berdirinya Pos Bloc yang terletak di Jalan Pos No. 2, Pasar Baru, Jakarta Pusat ini telah mempelopori pemanfaatan gedung-gedung cagar budaya agar tidak terbengkalai.
Dengan adanya alternatif ini para sejarawan semakin optimis untuk meneruskan semangat menjaga budaya, tradisi, dan warisan sejarah Indonesia kepada generasi muda di masa mendatang.
Gedung eks Kantor Pos zaman Belanda yang saat ini jadi bangunan Pos Bloc menyita perhatian banyak pengunjung. Rata-rata dari mereka penasaran dengan sejarah bangunan tempat tersebut.
Apalagi ketika kita masuk ke salah satu ruangan di sana terdapat prasasti peringatan pegawai pos yang gugur akibat peristiwa Perang Dunia II. Lantas seperti apa kisah sejarah di balik gedung Pos Bloc tersebut? Simak selengkapnya di bawah ini.
Sejarah Awal Gedung Pos Bloc, Eks Kantor Pos Zaman Belanda
Menurut Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dalam buku berjudul, “Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia” (1980), berdirinya gedung Pos Bloc saat ini terjadi ketika Gubernur Jenderal VOC bernama, Gustaaf W. Baron van Imhof membangun kantor Pos pertama pada tanggal 26 Agustus 1746.
Gubernur Jenderal van Imhof sudah memperhitungkan pembangunan gedung ini di jalan Pos No. 2 Pasar Baru, Jakarta Pusat alias di Weltevreden saat itu.
VOC menilai tempat tersebut strategis karena berdekatan dengan pusat pemerintahan Istana Gubernur Jenderal yang saat ini menjadi Istana Kepresidenan Republik Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Gedung Bappenas, Tempat Mengadili Gembong PKI
Selain dekat dengan pemerintahan pusat, menaruh kantor Pos di Pasar Baru juga merupakan alternatif orang-orang untuk berkirim surat lebih cepat.
Mereka biasanya mengirim surat sembari pergi ke pasar yang terletak di depan bangunan Pos tersebut. Biasanya mereka kirim surat-surat penting tentang pengiriman barang perdagangan, perkantoran, dan surat berita privat keluarga.
Ketika VOC bangkrut pada tahun 1800-an, gedung Pos Bloc saat itu masih beroperasi menjadi kantor Pos pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1913 mengalami beberapa perbaikan dari seorang arsitek Belanda bernama Van Hoytema. Perbaikan tersebut seiring dengan pembangunan Weltevreden (Nieuw Batavia) atau kota Jakarta Baru yang sebelumnya pindah dari Kota Tua.
Saksi Bisu Gugurnya 4 Pegawai Pos Zaman Revolusi Fisik
Pada tahun 1945-1949 Republik Indonesia sedang mengalami gejolak revolusi fisik. Belanda yang pernah jatuh oleh Jepang di tahun 1942 kembali menang dan bangkit dari Perang Dunia II pada tahun 1945. Mereka kembali ingin menguasai daerah bekas jajahannya, terutama Jakarta yang sejak dulu jadi pusat pemerintahan.
Gejolak revolusi tersebut berasal dari rakyat. Mereka tidak ingin penjajah Belanda datang kembali karena Indonesia sudah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Akibatnya perlawanan rakyat semesta tak tertahankan lagi.
Peristiwa berdarah di bangunan Pos Bloc saat itu menimpa 4 orang petugas Pos antara lain, Imang, Paimin, Sarmada, dan M. Soetojo.
Sayang perjuangan mereka berakhir pada kematian. Empat orang eks-pegawai Pos gugur tertembak dan ada yang hilang entah terbunuh di mana. Mereka gugur dan nama-namanya diabadikan dalam sebuah prasasti peringatan yang sekarang ada di dalam bangunan Pos Bloc.
Banyak anak muda yang cinta sejarah mengabadikan foto di depan prasasti tersebut. Tak jarang pula prasasti ini menjadi properti panggung suatu event musik yang dekoratif di Pos Bloc.
Baca Juga: Sejarah Gedung Lawang Sewu, Ornamen Bangunan Simbol Kemakmuran Jawa
Menjadi Bangunan Cagar Budaya Sejak Tahun 1999
Demi menyelamatkan gedung bersejarah dari penggusuran bangunan kuno di Jakarta, nama gedung Pos zaman VOC ini terdaftar jadi bangunan Cagar Budaya sejak tahun 1999.
Pemerintah mendaftarkan gedung Pos yang saat itu bernama Gedung Filateli Indonesia menjadi salah satu bangunan tua yang terlindungi.
Berpuluh-puluh tahun bangunan tersebut pemerintah melalui dinas Kebudayaan setempat merawat, dari mulai memperbaiki kerusakan, menambah beberapa fasilitas ramah pengunjung, dan perawatan lainnya.
Namun hingga tahun 2015 belum ada ide atau gagasan untuk memanfaatkan gedung tersebut jadi tempat yang lebih “hidup”.
Hingga pada tahun 2020-2021 gagasan membangun gedung Pos jadi bangunan Heritage mulai terealisasi. Pemerintah bersinergi dengan pelaku kreatif membangun kantor Pos dari bangunan VOC ini jadi sebuah ruang public space yang menyediakan berbagai tempat makanan dan kudapan ringan (Caffe).
Akhirnya Pos Bloc berdiri dan hingga saat ini menjadi tempat hits untuk anak-anak muda di Jakarta dan sekitarnya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)