Senin, Maret 31, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Pasar Baru, Pusat Perbelanjaan Tertua di Jakarta

Sejarah Pasar Baru, Pusat Perbelanjaan Tertua di Jakarta

Sejarah Pasar Baru menarik untuk kita telaah lebih dalam. Pasalnya tempat transaksi bahan pokok di Ibukota ini konon merupakan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta.

Pasar Baru terkenal sebagai tempat berbagai macam pedagang. Tidak hanya menjajakan barang dagangan berupa kudapan, tetapi juga ada pakaian, emas-emasan, dan benda-benda elit modern lainnya.

Rata-rata pedagang di Pasar Baru berasal dari India. Mereka di sana jadi pedagang kain dan karpet. Hingga saat ini orang-orang India masih merajai pedagang tekstil terkenal di Pasar Baru.

Sebagian masyarakat di Jakarta sudah tahu kualitas produk mereka bagus. Oleh sebab itu banyak pedagang India saat ini yang memperluas toko-toko dagangannya di Pasar Baru.

Baca Juga: Sejarah Pos Bloc: Gedung Eks Kantor Pos Belanda, Kini Jadi Cafe

Karena sudah sejak awal mereka berjualan di Pasar Baru, orang-orang India merasa seperti masyarakat pribumi. Bahkan dari cara mereka menawarkan dagangannya kepada calon pembeli.

Pasar Baru saat ini menjadi salah satu destinasi wisata berbelanja hemat di Ibukota Jakarta. Selayaknya pasar tradisional, tempat berbelanja tertua di Jakarta itu pun masih sama posisinya seperti dahulu kala.

Hal ini terjadi karena ada sebagian komplek toko-toko yang ada di Pasar Baru merupakan bagunan cagar budaya yang dilindungi Undang-undang.

Maka dari itu siapapun yang hendak memperbaiki (rehab) bangunan yang rusak perlu melapor ke dinas kebudayaan setempat. Tujuannya untuk menjaga keaslian bangunan bersejarah di Pasar Baru.

Sejarah Pasar Baru, Sudah Ada Sejak Awal Kolonial Hindia Belanda

Berdirinya Pasar Baru tak lepas dari kejayaan kolonial Hindia Belanda pada pertengahan abad ke-20. Dahulu namanya Passer Baroe, pemerintah kolonial membangun kawasan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta itu sejak tahun 1820. Tepatnya sepuluh tahun sebelum berakhirnya Perang Jawa Diponegoro pada tahun 1830.

Pemerintah Belanda sengaja membangun pusat perbelanjaan di daerah tersebut karena dekat dengan kantor pemerintahan. Selain itu Pasar Baru juga menjadi sebuah titik kumpul masyarakat Jakarta untuk berbelanja, sehingga pemerintah kolonial mudah mengontrol keadaan ekonomi negara saat itu.

Dengan adanya pembangunan Pasar Baru, Belanda juga bisa menarik pajak bagi para pedagang asing yang lumayan tinggi. Sebab di pasar tersebut kebanyakan pedagang berasal dari India dan China.

Baca Juga: Transmigrasi Jawa-Sumatera, Kebijakan Belanda yang Memaksa

Orang India dagang karpet, dan bahan tekstil lainnya, sedangkan orang-orang Tionghoa berjualan ramuan obat-obatan tradisional. Kendati banyak orang India di sana, orang Tionghoa masih lebih mendominasi Pasar Baru.

Hal ini tercermin dari bentuk konstruksi pembangunan Pasar Baru yang banyak mengandung unsur kebudayaan Tionghoa, salah satunya gerbang gapura Pasar Baru yang di atasnya bertuliskan angka tahun 1820.

Perpindahan dari Ibu Kota Batavia ke Daerah Weltevreden

Sejarah mencatat, Pasar Baru merupakan hasil perpindahan pusat belanja tradisional masyarakat Batavia dari Kota Tua ke daerah Weltevreden atau wilayah di sekitar Gambir, Lapangan Banteng, dan Istana Merdeka.

Awalnya Pasar Baru berada di pusat pemerintahan lama Belanda zaman VOC yang sekarang ada di kompleks bangunan kota tua Jakarta.

Perpindahan tersebut terjadi akibat pemerintah kolonial memindahkan pusat pemerintahannya termasuk, pusat administrasi, pusat transaksi dan bisnis, hingga pusat militeristik.

Pemilihan tempat pembangunan Pasar Baru di daerah Pintu Air, Jakarta Pusat saat itu bukan tanpa alasan. Pemerintah kolonial sengaja menempatkan pusat belanja di sana karena daerah Pasar Baru dekat dengan pemukiman elit bernama Rijswijk. Pemukiman tersebut sekarang bernama jalan Veteran di Jakarta Pusat.

Selain itu, penempatan pasar di situ juga terpilih karena dekat dengan gedung-gedung penting Belanda. Salah satunya ada bangunan kantor pos tua kolonial yang sekarang jadi gedung Pos Bloch dan terdapat pusat hiburan masyarakat yaitu Gedung Kesenian Jakarta.

Pemerintah kolonial mengharapkan perpindahan Pasar Baru di daerah Weltevreden bisa menambahkan keuntungan bagi pendapatan negara.

Sebab selain menampung pajak dari para pedagang asing, interaksi sosial di Pasar Baru juga bisa menghidupkan perekonomian masyarakat Jakarta hingga menjaga stabilitas sosial masyarakat yang harmonis.

Pasar Baru jadi tiang penyangga kolonial dalam menciptakan hubungan baik dengan kaum pribumi dan asing.

Baca Juga: Profil Kyai Sadrach, Penginjil Mantan Santri Zaman Belanda

Membentuk Golongan Sosial Baru, Centeng atau “Jagoan Pasar”

Menurut Henk Schulte Nordholt, dkk dalam buku berjudul, “Perspektif baru penulisan sejarah Indonesia” (2008), salah satu keunikan berdirinya Pasar Baru di daerah Weltevreden adalah menciptakan golongan sosial baru bernama Centeng atau “Jagoan Pasar”.

Golongan sosial itu bertugas mengamankan pasar dari kemungkinan perampokan, pencurian, dan penjambretan. Menariknya hingga saat ini si Jagoan Pasar itu masih menunjukan eksistensinya.

Bahkan pada tahun 2008 Henk Schulte Nordholt sempat mendapat persoalan dan berhadapan dengan preman di Pasar Baru saat akan melakukan penelitian.

Mereka meminta jatah (uang) sebelum orang asing (yang dimaksud, Nordholt) masuk dan mendapatkan sejumlah data untuk kepentingan penelitiannya.

Ia pun menyanggupi dan bahkan mewawancarai si preman Pasar Baru tersebut. Nordholt mengaku banyak data yang diperoleh dari wawancara dengan para centeng tadi.

Salah satunya berkaitan dengan data tentang hubungan asing dan pribumi di Pasar Baru. Ia berpendapat centeng itu jadi penengah menjaga konflik sosial dari dua ras yang berbeda. Para jagoan pasar tersebut justru menghalangi jalan-jalan perpecahan sosial.

Mereka bekerja dengan baik dan sesuai aturan. Nordholt juga mengatakan wajar apabila di sebuah pusat perbelanjaan tradisional seperti Pasar Baru terdapat preman. Sebab struktur ini sudah jadi warisan dari era jauh sebelum sekarang. Mereka rasa pekerjaan ini sama seperti security atau orang yang punya kewenangan “mengamankan suatu tempat”. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Tradisi Menerbangkan Balon Raksasa

Tradisi Menerbangkan Balon Raksasa Berbahan Kertas Jadi Daya Tarik Sendiri Warga Garut

harapanrakyat.com,- Tradisi unik menerbangkan balon raksasa terbuat dari kertas di setiap hari raya Idul Fitri, masih menjadi daya tarik warga Garut, Jawa Barat. Ratusan...
Parkir Ganda

Minimalisir Parkir Ganda dan Pungli di Pantai Pangandaran, Begini Langkah Pemerintah

harapanrakyat.com,- Untuk meminimalisir parkir ganda di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran, PT. Garuda General Service yang menjadi vendor pengelolaan parkir terus melakukan pembenahan. Bahkan,...
Ular Bertaring Tiga, Mutasi Langka yang Makin Berbahaya

Ular Bertaring Tiga, Mutasi Langka yang Makin Berbahaya

Ular selalu punya cara mengejutkan dunia. Kali ini, ada seekor ular yang bikin heboh karena memiliki tiga taring berbisa. Mutasi ular bertaring tiga ini...
Cara Memperbesar Keyboard HP Oppo dengan Fitur Kustomisasi

Cara Memperbesar Keyboard HP Oppo dengan Fitur Kustomisasi

Cara memperbesar keyboard HP Oppo dapat pengguna lakukan melalui fitur pengaturan yang memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan tampilan papan ketik sesuai dengan preferensi mereka. Fitur...
Oli Kental untuk Motor Tua, Bantu Jaga Mesin Tetap Awet

Oli Kental untuk Motor Tua, Bantu Jaga Mesin Tetap Awet

Motor tua memiliki karakter mesin yang berbeda dari motor keluaran baru. Setelah bertahun-tahun pengendara gunakan, bagian dalam mesinnya mengalami keausan. Celah antar komponen juga...
ASUS ExpertBook B1 2025, Laptop Modern dengan Performa Gahar

ASUS ExpertBook B1 2025, Laptop Modern dengan Performa Gahar

ASUS ExpertBook B1 2025 segera hadir dan berhasil menarik perhatian. Laptop ASUS ini menjadi pilihan terbaik bagi yang mencari perangkat dengan layar luas. Di...