Sejarah lagu bahasa Sunda berjudul Panon Hideung yang populer di kalangan pemuda Bandung tahun 1990-an. Lagu Panon Hideung rupanya merupakan lagu gubahan Ismail Marzuki dari penyair Rusia bernama Ruskykorsov.
Sebelum populer di kalangan pemuda-pemudi di Bandung tahun 1990-an, menurut catatan sejarah Indonesia lagu Panon Hideung sudah ada di Hindia Belanda sejak tahun 1920-an. Ismail Marzuki berusia remaja menyadur lagu ini sebagai salah satu karya terbaiknya.
Popularitas lagu Panon Hideung kemudian menyebar hingga ke pusat kota di Batavia. Peminatnya meluas tidak hanya di kalangan remaja, tetapi golongan tua pun ikut menikmati lagu Sunda tersebut. Meskipun banyak juga yang tidak mengetahui pasti apa artinya.
Baca Juga: Ismail Marzuki Jadi Google Doodle, Ini Kisah Cintanya yang Romantis
Lagu Panon Hideung merupakan lagu kesayangan Ismail Marzuki. Sejak kecil ia sering mendengarkan lagu tersebut, dulu judulnya Dark Eyes (Mata Hitam).
Selain karena lagu ini jadi favorit Ismail kecil, Begawan musik Indonesia ini menggunakan lagu tersebut untuk meminang sang kekasih hati. Gadis Sunda yang beruntung itu bernama Eulis Zuraida.
Sejarah Lagu Panon Hideung, Ismail Marzuki Mengubah Liriknya dari Rusia ke Sunda
Menurut Teguh Esha Wasmi, dkk dalam buku berjudul, “Ismail Marzuki, Musik, Tanah Air, dan Cinta” (2005), Ismail Marzuki tidak pernah mengakui lagu Panon Hideung sebagai karangannya. Sebab lagu tersebut berasal dari penyanyi terkenal Rusia bernama Ruskykorsov dengan judul Dark Eyes.
Dahulu lagu Dark Eyes karangan Ruskykorsov dinyanyikan oleh orang ramai. Seperti halnya nyanyian kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas kepartaian, lagu ini jadi musik favorit suku Kozak di Rusia pada pertengahan abad ke-20.
Ismail Marzuki mengakui bahwa ia hanya menggubah lirik lagu tersebut dari bahasa Rusia ke bahasa Sunda. Mulai dari judul sampai isinya, Dark Eyes jadi Panon Hideung. Hal ini ia lakukan untuk menghindari fitnah yang bisa menghancurkan karir bermusiknya.
Remy Sylado, kritikus sastra sekaligus pengamat musik di Indonesia mengklaim lagu Dark Eyes atau Panon Hideung gubahan Ismail Marzuki dari penyair Rusia tersebut pertama kali diperkenalkan di Bandung oleh pemusik Rusia bernama Varvolomeyev pada tahun 1920.
Baca Juga: Ismail Marzuki, Pencipta Halo-halo Bandung yang Memikat Istri dengan Lagu
Sejak saat itu lirik musik ini menarik banyak perhatian para pendengarnya. Karena takut diakuisisi oleh pemusik lokal di Hindia Belanda, Ruskykorsov mendaftarkan karyanya tersebut ke lembaga musik dunia di Amerika pada tahun 1926.
Lagu Dark Eyes kemudian mendapatkan pengakuan yang dilindungi oleh undang-undang Hak Cipta. Maka dari itu siapapun yang hendak menyadur lagu tersebut, perlu ada konfirmasi persetujuan dari badan HAKI Amerika.
Kala itu Ismail Marzuki disudutkan sebagai pemusik yang kontroversial karena tidak mematuhi aturan dengan menyadur musik ini dan mengganti liriknya dengan versi bahasa Sunda.
Meskipun di awal sudah mengakui bukan sebagai pencipta lagu Panon Hideung pada hakikatnya Ismail Marzuki tetap terjerat kasus plagiasi hak cipta. Oleh sebab itu pada dasawarsa tahun 1920-an, namanya tercatat sebagai musikus lokal yang kontroversial.
Mendapat Sambutan Hangat Pecinta Musik di Bandung
Kendatipun Ismail Marzuki penuh dengan kontroversial, akan tetapi lagu gubahan yang jadi persoalan kritikus musik Barat tersebut mendapat sambutan hangat dari para pecinta musik di Bandung.
Para penonton konser orchestra Ismail Marzuki di Bandung berasal dari kaum muda-mudi Priangan. Mereka terkesima dengan lirik dan melodi yang anggun dan mendayu-dayu bak seseorang yang sedang merayu pasangan.
Karena peristiwa ini rata-rata piringan hitam Album Panon Hideung laris di pasaran. Konon saking larisnya piringan hitam ini diperebutkan oleh calo atau makelar musik. Mereka menjual harga di atas tarif jual rumah produksi.
Baca Juga: Profil Ismail Marzuki, Berjuang Demi Kemerdekaan Melalui Melodi
Karena sedang hits di kalangan anak-anak muda Kota Kembang, piringan hitam itu pun laris hingga tak tersisa lagi.
Fenomena meledaknya lagu Panon Hideung membuat nama Ismail Marzuki membuncah. Bahkan saat itu namanya sejajar dengan para penyanyi Belanda terkenal. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya kecemburuan antar teman.
Pada akhirnya kemudian memunculkan kritik yang menyudutkan Ismail Marzuki dengan kontroversi.
Selain membuat nama Ismail Marzuki meroket dalam kancah orchestra di zaman Belanda, lagu Panon Hideung juga membuat pemilik nama yang diabadikan di pusat kesenian Jakarta ini berhasil meluluhkan hati sang kekasih, Eulis Zuraida.
Konon ia mempersembahkan lagu tersebut untuk meminang gadis Sunda yang cantik dan anggun ini hingga ke kursi pelaminan.
Menjadi Lagu Piala Dunia di Italia Tahun 1990
Lagu Panon Hideung menjadi lagu Piala Dunia di Itali pada tahun 1990. Saat itu panitia persiapan Piala Dunia menggunakan lirik asli dari penyair Rusia berjudul Dark Eyes. Grup band terkenal bernama The Three Tenors yang terdiri dari Jose Carreras, Placido Domingo, dan Luciano Pavorotti menyanyikan lagu tersebut.
Pemilihan lagu Dark Eyes di Piala Dunia bertujuan untuk menggambarkan estetika persahabatan dunia yang penuh dengan keindahan. Sepakbola merupakan media yang tepat untuk mempersatukan dunia dalam menciptakan perdamaian. Hal ini tentu sangat relevan dengan arti dari lagu tersebut.
Dark Eyes kemudian menjadi terkenal dan menyinggung nama Ismail Marzuki di ranah perbincangan seni musik Internasional. Saat itu namanya tercatat dalam diskusi musik Internasional Italia sebagai seniman yang ikut mempopulerkan lagu asal Rusia ini dengan memberikan judul Panon Hideung.
Tidak hanya nama Ismail Marzuki yang menjadi perbincangan diskusi, salah seorang audiens dalam forum tersebut mengklaim telah menemukan pengarang asli lagu Dark Eyes. Menurutnya lagu tersebut bukan berasal dari Rusia melainkan dari penyair Ukraina bernama Yevhen Hrebinka.
Saat itu lagu Dark Eyes dipopulerkan oleh Yevhen Hrebinka bersama composer terkemuka asal Jerman bernama Florian Hermann yang mana dipublikasikan secara perdananya sejak tanggal 1 Maret 1843. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)