Sejarah Komedi Benggala, seni drama klasik dari India yang menyerupai teater. Para pemainnya terdiri dari sekelompok orang yang memiliki peran masing-masing.
Selain menggunakan dialog dan retorika panggung, penampilan mereka juga dilengkapi dengan model kostum menarik yang terdiri dari pernak-pernik asing berwarna keemasan.
Permainan Komedi Benggala pernah populer dalam pergaulan sosial masyarakat perkotaan sejak dekade abad ke-19. Kebanyakan orang-orang Batavia menonton pertunjukan Komedi Benggala di tempat-tempat umum seperti taman dan kebun milik kompeni.
Pertunjukan Komedi Benggala digelar bebas, bahkan seni karakter asal India ini menjajakan jasanya dengan cara berjalan kaki. Mereka ngider mencari pelanggan yang ingin menanggapnya.
Baca Juga: Kehidupan Orang India di Jawa Abad 20: Anti Potong Rambut
Menurut catatan sejarah kolonial, Komedi Benggala datang ke Nusantara sebagaimana sejarah Komidie Stamboel datang ke Batavia dulu.
Besar kemungkinan karena adanya hubungan perdagangan antara India dengan Nusantara mereka terdampar di Batavia dan mengamen teater yang kemudian kita kenal sekarang dengan Komedi Benggala.
Kebanyakan pelaku Komedi Benggala keliling Batavia. Sasarannya pemukiman elit orang-orang Eropa di sekitaran Menteng dan Weltevreden. Para pemain Komedi Benggala berjalan kaki sembari menenteng atribut dan kostum unik untuk pertunjukan.
Sejarah Komedi Benggala, Teater Klasik dari India
Menurut Olivier Johannes Raap dalam buku berjudul, “Soeka Doeka di Jawa Tempo Doeloe” (2017), Komedi Benggala adalah kelompok sandiwara yang membawakan cerita-cerita epos dari India.
Para seniman Komedi Benggala mengutamakan kisah-kisah kepahlawanan dalam pertunjukan.
Konon Komedi Benggala tumbuh subur di India bagian Timur sejak akhir abad ke-19. Eksistensi Komedi Benggala bersumber dari visual kostum yang unik.
Selain menyuguhkan gambar dan pernak-pernik yang bersinar, kostum para pemain Komedi Benggala merupakan representasi orang India pada zaman dulu.
Berbeda dengan Komedie Stamboel yang hanya menggunakan kostum sederhana saat bermain pertunjukan, Komedi Benggala justru mengedepankan visual properti untuk menambah daya tarik penonton.
Selain menampilkan epos (kisah kepahlawanan), Komedi Benggala terkenal akan cerita-cerita bergenre horor. Pertunjukan mereka sedikit banyak mempertunjukan cerita mistik berhubungan dengan alam gaib.
Bahkan saat itu Komedi Benggala menyuguhkan pertunjukan yang menampilkan sosok gaib (iblis) menurut kepercayaan orang India. Menggunakan perpaduan kostum tradisional pewayangan, para pemain menciptakan tokoh horor saat pertunjukan sedang berlangsung.
Nampaknya sudut pandangan iblis menurut kebudayaan orang-orang India tak jauh berbeda dengan mitos horor di dalam kepercayaan masyarakat Jawa.
Baca Juga: Sejarawan Ong Hok Ham dan Tulisannya yang Bikin Naik Darah Mafia Orba
Perbedaannya, jika di Jawa identik dengan wewangian, kembang, dan kemenyan, maka kisah horor di India bertautan erat dengan jampi-jampi, terompet, dan properti kain yang dipakai oleh para pemain Komedi Benggala.
Berkeliling Kota Batavia Mencari Tanggapan
Masih menurut Olivier Johannes Raap, konon para pemain Komedi Benggala datang ke Nusantara sejak pertengahan abad ke-19. Mereka datang dari geladak kapal para pedagang India yang berlabuh di Batavia.
Tugas mereka di kapal adalah menghibur seluruh awak kapal dan penumpang. Para pedagang dari India sengaja membawa pemain Komedi Benggala untuk menghibur para penumpang kapal saat mereka merasa bosan berlayar ditengah laut selama berbulan-bulan.
Ketika kapal sudah sampai di Batavia, para pemain Komedi Benggala ini berpencar dengan para pedagang yang membawanya.
Ada yang mengatakan peristiwa ini adalah keuntungan para pemain Komedi Benggala sebab mereka lepas dari kepemilikan (diperbudak) pedagang India. Namun ada pula yang menyebutkan mereka ketinggalan rombongan.
Akibatnya mereka harus survive tanpa biaya dari para pedagang India. Untuk mencari dana guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, kelompok Komedi Benggala ini mengamen dengan menggelar pertunjukan sandiwara. Dari sinilah awal kali Komedi Benggala terakses oleh banyak mata pribumi di Batavia.
Mereka rela berjalan kaki setapak demi setapak demi mencari sesuap nasi. Para pemain Komedi Benggala sering kali terlihat kecapean tatkala sedang mencari tanggapan.
Tak jarang ada yang jatuh sakit karena wabah malaria. Kehidupan nomaden membuat kelompok kesenian ini seperti gelandangan yang tak punya tempat tinggal.
Baca Juga: Sejarah Kemerdekaan Indonesia dan Seniman Belanda yang Memihak Republik
Berdialog Menggunakan Bahasa Melayu
Seiring dengan bertambah lamanya orang India ini tinggal di Batavia, maka seiring lancar pula penguasaan bahasa Melayu mereka saat berinteraksi dengan orang-orang pribumi.
Tanggapan Komedi Benggala pun tak kunjung surut, terus ada dan berlanjut dari hari ke hari karena orang pribumi mulai memahami alur cerita pertunjukan ini karena para pemain mulai berdialog menggunakan bahasa Melayu.
Secara kebudayaan orang-orang India yang terbuang ini sudah melakukan enkulturasi. Menyerap kebudayaan Nusantara dan berkolaborasi dengan kebudayaan India.
Mereka berhasil membawa Komedi Benggala menjadi seni pertunjukan populer di kalangan orang-orang pribumi yang tidak hanya ada di Batavia.
Para pemain Komedi Benggala mulai merambah ke beberapa kota besar di pulau Jawa. Seperti di Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. Komedi Benggala menjadi tontonan gaul remaja dan kalangan pemuda di seantero Jawa.
Seperti kebiasaan sebelumnya, selain menggunakan dialog bahasa Melayu, para pemain Komedi Benggala ini memakai properti India untuk memperoleh daya tarik penonton.
Sebagaimana yang dikatakan Oliver, “popularitas Komedi Benggala terletak pada pernak-pernik dari properti dan kostum para pemain yang penuh dengan warna-warni”. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)