Satelit NASA akan jatuh ke Bumi. Jatuhnya satelit NASA tersebut karena usianya yang sudah terlalu tua. NASA telah mengoperasikan satelit bernama ERBS tersebut selama lebih dari 30 tahun.
Bumi memang hanya memiliki satu satelit alami. Namun begitu, ada berbagai satelit buatan lainnya yang ikut mengorbit planet ini.
Satelit buatan tersebut para ahli ciptakan untuk tujuan yang berbeda. Beberapa satelit ada yang berfungsi untuk mengamati keadaan di Bumi, sedangkan yang lainnya untuk kepentingan komersial sebagai penghasil sinyal internet.
NASA sendiri telah berhasil menerbangkan beberapa satelit. Ketika telah beroperasi cukup lama, maka satelit tersebut juga akan kembali ke Bumi, seperti ERBS.
Baca Juga: Satelit Radar Pemantau Air SWOT Pertama dari NASA
Satelit NASA Akan Jatuh ke Lapisan Atmosfer
Earth Radiation Budget Satelite atau yang terkenal sebagai ERBS merupakan salah satu satelit buatan NASA yang beredar di orbit Bumi. Tanpa disadari, ERBS telah beroperasi selama hampir 4 dekade lamanya.
Satelit satu ini cukup aktif di antariksa. ERBS bertugas untuk menyelidiki bagaimana Bumi menyerap dan memancarkan kembali energi Matahari.
Tidak hanya itu, ERBS juga melakukan ozon stratosfer, uap air, aerosol, dan juga nitrogen dioksida.
Satelit ERBS sendiri memiliki berat hingga 2.450 kilogram. Selama ini ia juga cukup aktif dan telah beroperasi selama lebih dari 38 tahun.
Namun, mengutip dari situs resmi NASA pada Minggu (8/1/2023), Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah memperkirakan bahwa satelit ERBS akan kembali ke atmosfer Bumi.
Baca Juga: Kapsul Orion NASA Mendarat di Bumi, Tanda Artemis 1 Berakhir!
Beberapa Komponen Akan Kembali ke Bumi
Secara umum memang benda yang memasuki atmosfer akan terbakar habis, termasuk satelit ERBS ini. Meski demikian, NASA memperkirakan bahwa sebagian komponen dari satelit akan bertahan dan dapat kembali ke Bumi.
Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa satelit NASA akan jatuh sekitar 17 jam lebih cepat atau lambat pada Minggu (8/1/2023) malam. Tetapi, Aerospace Corp yang berbasis di California menargetkan satelit akan jatuh lebih lambat 13 jam, Senin (9/1/2023) saat pagi.
Aerospace Corp juga memperkirakan komponen satelit yang masih bertahan tersebut akan berada di jalur yang melintasi Asia, Afrika, Timur Tengah, dan juga wilayah paling barat Amerika Selatan dan Utara.
Lebih dari itu, dikatakan bahwa risiko bahaya bangkai satelit akan menimpa sesuatu di Bumi sangat rendah, yakni kira-kira satu dari 9.400. Jadi, kemungkinan satelit tersebut menimpa manusia juga sangat kecil.
Baca Juga: Peluncuran Satelit BlueWalker 3 oleh NASA dan SpaceX Sukses!
Sejarah Singkat Satelit ERBS
Satelit ERBS NASA meluncur pertama kali pada 5 Oktober 1984. Pesawat luar angkasa ERBS merupakan bagian dari misi Earth Radiation Budget Experiment.
ERBS membawa tiga instrumen, dua untuk mengukur energi dari radiasi Bumi dan satu lainnya untuk mengukur konstituen stratosfer termasuk ozon.
Satelit ERBS ini beroperasi hingga pensiun tahun 2005, lebih dua tahun dari perkiraan. Pengamatan ERBS telah membantu peneliti mengukur efek dari aktivitas manusia terhadap keseimbangan radiasi Bumi.
Setelah satelit NASA akan jatuh ke Bumi, mereka kini tetap melanjutkan misi ERBS dengan beberapa proyek, salah satunya rangkaian instrumen satelit CERES saat ini. (R10/HR-Online)