Saham emiten emas terpengaruh terhadap perusahaan yang bernaung pada sektor tersebut. Emiten sektor emas juga mempengaruhi saham perusahaan. Bahkan hingga Jumat, 20 Januari 2023 berada pada level US$1.933 troy ons.
Peningkatan harga emas tersebut sejalan dengan penurunan dolar AS pasca The Fed menurun persentasesuku bunganya mengalami kenaikan menjadi 50 bps di FOMC meeting bulan Desember tahun 2022. Sebelumnya, bulan November The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps dalam 4 pertemuan beruntun sejak inflasi AS yang mencapai puncak bulan Juni sebesar 9,1% YoY.
Baca Juga: Prospek Saham Bank Syariah Positif Menjelang Pemilu 2024
Saham Emiten Emas Kembali Melonjak
Sama seperti saham logam, emas pun juga mengalami laju kencang pada awal tahun 2023. Sentimen dari pasar komoditas global dan strategi ekspansi gencar digunakan perusahaan pada emiten tambang mineral tersebut.
Adapun beberapa rekomendasi sahamnya meliputi PT Timah Tbk (TINS), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan masih banyak yang lainnya. Dengan harga sahamnya melejit sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).
Pada perdagangan Selasa kemarin, saham ANTM, TINS, dan MDKA masih menunjukkan kenaikan harga masing-masing 4,13%, 5,28%, dan 5,22%. Tahun ini beberapa emiten telah menyiapkan strategi bisnis untuk menggerak kinerja keuangannya.
Baca Juga: Daftar Saham Gocap Memiliki Potensi Semakin Rendah Tahun Ini
Bank Sentral Melakukan Aksi Akumulasi Emas
Penguatan harga saham sektor emas yang naik mempengaruhi perusahaan. Apalagi untuk uang dollar yang mempengaruhi perekonomian sebuah negara.
Mengingat dollar AS mulai mengalami pergerakan turun, maka pelaku pasar mulai melirik emas sebagai aset safe haven di tengah kekhawatiran resesi.
Bank sentral pada sejumlah negara yang melakukan aksi akumulasi terhadap emas sebagai cadangan untuk devisanya. Pada bulan November lalu berdasarkan data World Gold Council bank sentral secara global mengakumulasi 50 ton atau mendapatkan peningkatan sekitar 47% Mom.
Bank sentral sudah berhasil memupuk sekitar hampir 400 ton emas di kuartal III-2022 atau mengalami peningkatan 115% QoQ. Sedangkan untuk Bank Sentral China (PBoC) menghimpun 32 ton emas.
Adanya kondisi ini membuat total pembelian emas per September 2022 mencapai 673 ton. Sekaligus menjadi yang tertinggi sejak tahun 1967. Saham emiten emas menguat sejalan dengan harganya yang terakselerasi.
Baca Juga: Rekomendasi Saham CPO 2023 Diprediksi Mengalami Penurunan
Trading Plan untuk Para Investor
Sebenarnya Indonesia sendiri mengalami resesi yang mengakibatan perekonomian secara global menurun. Setelah terjadi krisis ekonomi harga emas menguat. Adapun trading plan yang investor perlu diketahui dalam menggunakan analisis teknikal.
Target harga berada pada resistance di level Rp 2.440 dan juga pertimbangkan cut loss jika break support di level harga Rp 2.180. Pada speculative Buy ANTM di area Rp 2.270- Rp 2.250.
Resistance harga saham emas pada level Rp 5.150 kemudian pertimbangkan juga cut loss jika break support ada di level harga Rp 4.570 mengakibatkan buy MDKA berada pada posisi Rp 4.830.
Saham emiten emas yang terus menguat membuat beberapa emiten menjadi rekomendasi. Hal ini berdampak pada emiten beberapa saham untuk periode tahun 2023. (R10/HR-Online)