Rabu, Februari 12, 2025
BerandaBerita TerbaruKisah Buruh Batik Jadi Priyayi Cilik di Surakarta Tahun 1919-1922

Kisah Buruh Batik Jadi Priyayi Cilik di Surakarta Tahun 1919-1922

Pada zaman kolonial Belanda, buruh batik di Surakarta memiliki gaya hidup yang glamor layaknya seorang ningrat. Dalam catatan sejarah Indonesia, para buruh batik ini mendadak jadi priyayi cilik setelah mengalami boom ekonomi pada tahun 1919-1922.

Upah atau dalam bahasa Jawa glidig buruh pabrik naik dua kali lipat dari sebelumnya. Hal ini membuat keadaan ekonomi mereka lebih dari kata stabil alias berlebihan. Para buruh merayakan euphoria kenaikan glidig dengan plesiran ke beberapa tempat wisata.

Buruh batik di Surakarta mempunyai prestise yang tinggi setelah keadaan peristiwa boom ekonomi ini terjadi. Banyak gadis yang suka dengan pekerja kasar batik “asal dari Surakarta”. Mereka rela menjadi istri buruh batik karena gaji pekerjaannya menjanjikan.

Baca Juga: Sejarah Islam Abangan di Surakarta, Ajaran Mistik Syekh Siti Djenar

Peneliti kebudayaan Jawa dari Belanda bernama de Kat Angelino menyebut istilah buruh kaya ini dengan julukan “Priyayi Cilik”. Karena fenomena ini lahir adagium “untuk jadi priyayi tak harus jadi keturunan Raja”.

Peristiwa boom ekonomi tersebut telah memprakarsai optimisme buruh untuk mendominasi golongan feodal. Dari peristiwa ini pula lahir kader-kader buruh yang menentang titah kerajaan dan identik dengan golongan kiri (komunisme).

Kisah Buruh Batik Jadi Priyayi, Berawal dari Peristiwa Boom Ekonomi 1919-1922

Menurut Takashi Shiraishi dalam buku berjudul, “Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926” (1997), lahirnya priyayi cilik dari golongan buruh batik di Surakarta, merupakan akibat dari peristiwa Boom Ekonomi pada tahun 1919-1922.

Boom Ekonomi merupakan sebuah keadaan perputaran uang negara sedang stabil. Hal ini membuat struktur buruh menjadi perhatian pemerintah. Mereka (buruh) mengalami kenaikan upah yang lebih tinggi dua kali lipat dari sebelumnya.

Akibatnya seperti seekor kuda yang lepas dari kandangnya, para priyayi cilik tersebut mendadak kaya dan bisa membeli segala keinginan mereka waktu itu. Bahkan de Kat Angelino pernah mengatakan buruh batik mengalami kenaikan kasta.

Mereka yang dahulu hobinya menghisap candu, berjudi sabung ayam, dan bermain perempuan mendadak berubah membawa penampilan baru.

Baca Juga: Soesilo Toer, Pemulung Lulusan Doktor Ekonomi di Uni Soviet

Bak elit sosial waktu itu, mereka berkemeja dan bercelana putih, mengendarai sepeda dan pergi ke tempat plesiran Sriwedari-gedung pertunjukan untuk menonton film, wayang orang, dan ketoprak.

Banyak buruh batik yang jadi Priyayi Cilik memesan makanan-minuman dan hiburan malam layaknya orang Eropa. Bahkan sempat terjadi perkelahian di salah satu kedai khusus orang Eropa karena si Priyayi Cilik tersinggung tidak boleh masuk dan makan di tempat tersebut.

Mereka lupa diri kalau ternyata tempat itu khusus untuk orang berkulit putih. Meskipun Priyayi Cilik punya banyak duit, bukan berarti bisa membeli aturan yang rasis tersebut. Sebab Belanda tetap Eropa dan Jawa tetap Inlanders.

Resesi Ekonomi di Pertengahan Tahun 1922

Resesi ekonomi pada pertengahan tahun 1922 membuat keadaan sosial masyarakat Surakarta kembali hancur. Buruh batik yang jadi priyayi cilik tersebut kembali miskin dan serba berkekurangan. Mereka tidak menyimpan tabungan ketika kekayaan pada zaman Boom Ekonomi berjalan.

Semua pabrik-pabrik batik di Surakarta tutup, tidak berproduksi, dan bangkrut. Akibatnya sebagian besar pegawai buruh batik kena PHK. Namun masih ada sebagian perusahaan yang tidak memberhentikan pekerja senior.

Para bos pengrajin batik di Surakarta mempertahankan pegawai senior untuk menjaga-jaga apabila harga batik mengalami kenaikan harga di pasaran. Namun sampai dengan tahun 1924 harga batik tetap belum stabil, akibatnya mereka bernasib sama dengan para buruh juniornya kena PHK.

Resesi ekonomi membuat semua orang menjadi susah di Surakarta. Sebagian buruh batik yang kena PHK bekerja sebagai buruh serabutan.

Pada tahun ini pula mereka mulai kenal dengan dunia pergerakan Nasional dan ikut andil memperjuangkan kesejahteraan bangsa secara bersama-sama.

Baca Juga: Sejarah Weltevreden, Pemukiman Elit Eropa di Batavia

Buruh Batik Bergabung dengan PKI

Buruh batik yang putus asa dan ikut andil dalam pergerakan Nasional lebih condong ikut dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka bergabung dengan PKI melalui organisasi luarnya bernama Sarekat Boeroeh Batik (SBB) pada akhir tahun 1924.

Tujuannya menghimpun kekuatan massa menyudutkan pemerintah kolonial untuk menaikan glidig (upah) kembali seperti dahulu.

Tak sedikit orang-orang SBB ikut masuk dalam aksi kekerasan dalam menyampaikan pendapatnya menuntut kenaikan gaji di kantor kolonial.

PKI melirik keberanian SBB saat demonstrasi, partai kiri berlogo palu dan arit ini kemudian memanfaatkan SBB sebagai Onderbouw partainya yang bertugas jadi massa aksi.

PKI menyulap SBB jadi seorang frontier pemberani tujuannya untuk mempersiapkan massa mengadakan pemberontakan serentak pada tahun 1925.

SBB menjadi sarekat buruh paling besar di Surakarta, selain itu organisasi buruh batik yang dahulu pernah jadi “Priyayi Cilik” ini kuat juga di beberapa daerah sekitarnya seperti, di Sondakan, Lawean, dan Purwosari.

Serikat Buruh Batik “gentayangan” terus di kota-kota besar Surakarta. Mereka tidak punya kepentingan politik seperti PKI yang ingin menguasai Hindia Belanda, SBB hanya memberontak untuk meminta kenaikan upah mereka dikembalikan pemerintah kolonial. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Intan Nuraini

Intan Nuraini Rayakan Ulang Tahun Putrinya, Warganet Ramai Berikan Doa Terbaik

Lama tak muncul ke publik, Intan Nuraini bagikan postingan ulang tahun anak perempuannya. Hijaber cantik yang merupakan ibu tiga anak ini kompak merayakan ulang...
Bendungan Cariang di Sumedang

8 Kali Gagal Panen, Petani Desak Pemerintah Perbaiki Bendungan Cariang di Sumedang

harapanrakyat.com,- Para petani yang terdampak jebolnya Bendungan Cariang di Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, terus mendesak pemerintah untuk segera melakukan perbaikan permanen pada...
Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan

Pelantikan Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan Tuai Kritikan Netizen

Pelantikan Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan (Kementerian Pertahanan) ternyata menuai kritik dari banyak pihak. Prosesi pelantikannya berlangsung pada Selasa (11/2/2025). Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, menjadi...
Keutamaan Doa Panjang Umur, Raih Kehidupan yang Berkah

Keutamaan Doa Panjang Umur, Raih Kehidupan yang Berkah

Memiliki umur yang panjang dan bermanfaat tentu menjadi dambaan setiap manusia. Rasulullah pun mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa memanjatkan doa panjang umur. Baca Juga: Doa...
Sinopsis Samawa Dosamu Cintaku Selamanya, Tentang Isu KDRT

Sinopsis Samawa Dosamu Cintaku Selamanya, Tentang Isu KDRT

Banyaknya film terbaru yang akan tayang di bioskop tentu memberikan beragam pilihan bagi para penonton. Salah satunya adalah film berjudul Samawa Dosamu Cintaku Selamanya,...
Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo tampaknya sedang mempersiapkan smartphone flagship terbaru dari seri Find, yaitu Oppo Find X9 Ultra. Perangkat ini kemungkinan besar akan hadir pada tahun 2026...