Senin, April 21, 2025
BerandaBerita TerbaruAwalokiteswara, Dewa Welas Asih Umat Buddha di Jawa Abad 9

Awalokiteswara, Dewa Welas Asih Umat Buddha di Jawa Abad 9

Awalokiteswara adalah Dewa pembebas dari marabahaya dan kesengsaraan, atau Dewa welas asih dalam kepercayaan masyarakat Buddha di pulau Jawa.

Di Indonesia sendiri Awalokiteshwara muncul dalam berbagai versi, layaknya Dewa yang bisa jadi apa saja, Awalokiteswara adalah figur Dewa kebaikan bagi umat Buddha di Nusantara.

Menurut catatan kuno umat Buddha di pulau Jawa, Dewa Awalokiteshwara muncul sejak abad ke-9 di Nusantara.

Salah satu bukti peninggalan Dewa Awalokiteshwara bisa kita lihat dalam relief Candi Plaosan dekat dengan kompleks candi Hindu terbesar di Jawa yakni Prambanan.

Baca Juga: Mitos Dewi Sri, Kepercayaan Masyarakat Jawa Meminimalisir Gagal Panen

Di sebagian besar wilayah Buddha yang ada di dunia mengenal Awalokiteswara sebagai Dewa Welas Asih. Ya, ia terkenal sebagai Dewa dari golongan perempuan yang kerap diidentikan dengan Dewi Kwan Yin. Dewi pemberi kebaikan dan pengampunan bagi para pendosa yang senantiasa ingin bertaubat serta kembali pada ajaran Buddha.

Uniknya Dewa Awalokiteswara punya ragam nama di berbagai tempat. Salah satunya di Indonesia, umat Buddha menamakan Dewa Awalokiteswara dengan sebutan Bodhisatwa. Mereka mempercayai bahwa Bodhisatwa merupakan perwakilan Buddha di dunia.

Dewa Welas Asih Awalokiteswara, Wakil Buddha di Bumi Penolong Umatnya yang Sengsara

Menurut Ensiklopedia Indonesia berjudul, “Awal Beriring-iring Azolla Pinnata” (1950), Awalokiteshwara adalah figur Dewa yang bertugas menolong atau menyelamatkan umat Buddha dari persoalan hidup alias sengsara.

Seperti air pada pohon yang kering dan hampir mati, Awalokiteshwara penting untuk menghindari manusia hidup susah. Umat Buddha di seluruh penjuru dunia percaya jika Awalokiteshwara adalah utusan penguasa alam untuk memberikan kehidupan pada manusia dengan seisi alam.

Memiliki sifat welas asih, masyarakat Jawa yang beraliran Buddha percaya Awalokiteswara merupakan jelmaan Bodhisatwa. Ia adalah dewa pengasih dan penyayang setiap insan manusia dan seluruh makhluk yang hidup di dunia.

Saking penting dan berharganya kedudukan Bodhisatwa, masyarakat Buddha di Jawa dan Sumatera memberikan pujaan khusus untuk dewa tersebut.

Baca Juga: Sejarah Tahun Baru Imlek: Tradisi Tionghoa dari Folklore yang Melegenda

Ada meja persembahan khusus yang terpisah dengan dewa-dewa lain yang ada dalam kepercayaan mereka. Seperti halnya anak emas, Bodhisatwa menjadi dewa istimewa bagi umat Buddha di sana.

Di Tibet, Awalokiteswara Terkenal Sebagai Dewa Pengusir Jin

Konon masyarakat Tibet menggunakan Awalokiteswara sebagai Dewa pengusir jin dan roh jahat. Tidak seperti kebanyakan umat Buddha di Indonesia yang mengistimewakan Bodhisatwa sebagai dewa welas asih, di Tibet umat Buddha berdoa dari serangan sihir jahat pada Awalokiteswara.

Masyarakat Buddha Tibet memiliki nama lain untuk Awalokiteshwara dengan sebutan Ong Mani Padme Hung. Persembahan tetap sama, mereka memisahkan meja sesaji untuk Awalokiteshwara di setiap vihara.

Masyarakat Tibet sangat bergantung pada Dewa Awalokiteshwara, terutama bagi mereka yang sedang punya hajat besar. Antara lain seperti ingin menggelar upacara tradisi lokal di daerah-daerah terpencil di Tibet. Orang Tibet percaya pada Ong Mani Padme Hung akan melancarkan segala kegiatan tersebut.

Sama seperti kepercayaan orang Jawa yang beragama Buddha, Dewa Awalokiteshwara adalah dewa pengganti Buddha. Tugasnya adalah melancarkan seluruh niat baik pada umatnya.

Dewa Awalokiteswara berfungsi menjadi pelindung manusia dari niat jahat kekuatan luar yang bisa mengacaukan urusan-urusan baik umatnya.

Doa orang Tibet pada Awalokiteswara macam-macam. Tidak hanya meminta perlindungan hidup, ada juga yang meminta bantuan keluar dari kesengsaraan dan terhindar dari wabah paceklik. Serta terhindar dari susah mencari bahan pangan yang bisa mengakibatkan kelaparan.

Awalokiteshwara Personifikasi Dewi Kwan Yin di Jepang

Berbeda dengan Tibet dan Jawa, sosok Dewa Awalokiteshwara di Jepang ternyata personifikasi Dewi Kwan Yin.

Masyarakat Jepang yang beragama Buddha percaya jika Awalokiteshwara adalah jelmaan dewa welas asih yang sering muncul dalam berbagai peristiwa kesengsaraan manusia.

Umat Buddha di Jepang tidak mentoleransi figur lain seperti di Jawa terkenal dengan Bodhisatwa dan di Tibet Ong Mani Padme Hung.

Baca Juga: Sejarah Komedi Benggala, Teater Klasik India di Batavia

Pengikut Buddha di Jepang percaya bahwa Awalokiteshwara adalah dewa jelmaan Buddha welas asih yang identik dengan figur wanita keibuan. Mereka menamakannya dengan Dewi Kwan Yin atau Dewi Kwan Im.

Seiring perkembangan zaman, tidak hanya di Jepang, kepercayaan Awalokiteswara sebagai Dewi Kwan Yin juga muncul dalam upacara penyembahan dewa umat Buddha di dalam komunitas orang Tionghoa Indonesia.

Mereka mengukir sendiri patung Awalokiteswara sesuai dengan bentuk mitologi orang Tionghoa. Seperti halnya ketika mereka menggambarkan Dewi Kwan Yin yang anggun, cantik, dan penuh kasih sayang.

Seperti pada umumnya kepercayaan terhadap Dewi Kwan Yin, Awalokiteswara dalam komunitas orang Tionghoa Indonesia terkenal sebagai dewi kebaikan dan kesejahteraan bagi seluruh umat Buddha yang ada di dunia. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Tanggul sungai Citalahab Ciamis jebol

Luapan Air Jebol Tanggul Sungai Citalahab Ciamis, Pemukiman Warga Terendam Banjir

harapanrakyat.com,- Luapan air akibat banjir yang terjadi pada Sabtu (19/04/2025) malam menyebabkan sejumlah titik tanggul di anak Sungai Citalahab jebol. Akibatnya, area pesawahan hingga...
Respons Pemkab Pangandaran Soal Dugaan Pencemaran Udara di Banjarsari dari Kandang Ayam

Respons Pemkab Pangandaran Soal Dugaan Pencemaran Udara di Banjarsari dari Kandang Ayam

harapanrakyat.com,- Pemkab Pangandaran melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) merespons soal dugaan pencemaran udara dari kandang ayam di Dusun Padomasan, Desa Purwasari, Kecamatan...
Hari Hemofilia Sedunia 2025, RSUD Pandega Pangandaran Ajak Peduli dan Kenali Gejala

Hari Hemofilia Sedunia 2025, RSUD Pandega Pangandaran Ajak Peduli dan Kenali Gejala

harapanrakyat.com,- World Hemophilia Day (WHD) atau Hari Hemofilia Sedunia diperingati setiap tanggal 17 April. Peringatan WHD ini, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hemofilia, suatu...
Penghuni Pasar Wisata diminta kosongkan lahan

Penghuni Pasar Wisata Pangandaran Diminta Kosongkan Lahan: Kami Pindah ke Mana?

harapanrakyat.com,- Sejumlah penghuni Pasar Wisata di Desa Pananjung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat mengaku resah. Pasalnya mereka diminta mengosongkan area Pasar Wisata seluas 72.000 meter...
Respons Warga yang Menempati Jalur Rel Banjar-Pangandaran Soal Rencana Reaktivasi

Respons Warga yang Menempati Jalur Rel Banjar-Pangandaran Soal Rencana Reaktivasi

harapanrakyat.com,- Sejumlah warga di Kota Banjar, menempati tanah jalur rel kereta api Banjar-Pangandaran merespons soal rencana reaktivasi yang digulirkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi...
Rencana Reaktivasi Banjar-Cijulang Pangandaran

Ada Rencana Reaktivasi Jalur Kereta Banjar-Cijulang, Warga Terdampak di Pangandaran Ingin Kepastian

harapanrakyat.com,- Warga terdampak rencana Reaktivasi Kereta Api Banjar-Cijulang di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat merasa khawatir dan minta kejelasan dari pemerintah. Rencana Reaktivasi kereta api...