Achmad Wiranatakusumah terkenal sebagai tokoh militer di Indonesia asal Jawa Barat yang lahir dan besar di keluarga elit Pasundan. Ayah dan ibunya berasal dari golongan bangsawan Sunda, atau tersohor dengan sebutan “Menak”.
Sejak remaja Achmad tumbuh jadi anak bangsawan yang egaliter. Main dengan siapa saja tanpa ada batasan golongan sosial. Karena sifat-sifat rendah hati dan pandai bergaul inilah membuatnya aktif dalam organisasi militer.
Saking kaya dan punya kekuasaan istimewa dari pemerintah kolonial, Achmad dan teman-temannya pernah belajar pendidikan militer secara privat.
Achmad Wiranatakusumah dan teman-teman seperjuangan kemudian membentuk sebuah badan kepanduan.
Baca Juga: Kisah Enrique Maluku, Orang Nusantara Pertama yang Mengelilingi Dunia
Seluruh masyarakat Bandung mengenal namanya sebagai pemuda yang mendobrak stigma buruk anak muda zaman itu. Sebab ia berhasil mengajak teman-teman seusianya aktif dalam organisasi kepanduan, sehingga tak terlibat pergaulan bebas.
Setelah berhasil mendirikan gerakan kepanduan, Achmad Wiranatakusumah memberanikan diri bergabung dengan Militer Republik Indonesia.
Namanya semakin bersinar tatkala ia menginisiasi pembentukan Batalyon Siluman Merah yang berhasil meneror dan membunuh musuh-musuhnya dalam waktu yang relatif singkat.
Kehidupan Awal Achmad Wiranatakusumah
Menurut Aam Taram dalam buku berjudul, “Letjen TNI (Purn) Achmad Wiranatakusumah: Komandan Siluman Merah” (2015), Achmad Wiranatakusumah lahir pada tanggal 11 Oktober 1925 dari keluarga bupati Bandung zaman Kolonial Belanda bernama, Raden Aria Adipati H Muharam Wiranatakusumah dan ibunya R. A. Oekon Sangkaningrat Soeriadihardja, wanita cantik keturunan Bupati Sumedang.
Sejak kecil Achmad sudah tertarik dengan dunia militer. Ayahnya mendukung Achmad jadi tentara. Bupati Bandung zaman Belanda tersebut sampai rela merogoh kocek membayar guru militer dari pelatih Belanda bernama Schouten untuk melatih kekuatan mental dan fisik anaknya demi jadi serdadu.
Bersama dengan teman-teman sepergaulannya, pelatih militer Belanda itu sudah tahu potensi militer mereka semua bagus. Bahkan Schouten berani menjamin anak didiknya semua bisa jadi tentara yang hebat pada masa mendatang.
Prediksi itu jadi kenyataan, Achmad Wiranatakusumah berhasil membangun basis kemiliteran yang kuat dan membuat musuhnya takut.
Baca Juga: Profil Ridwan Saidi, Peminat Sejarah yang Kontroversial
Saat itu putra Mahkota Bupati Bandung ini membentuk satuan militer bernama Batalyon Siluman Merah. Saat Sekutu menyerang kedaulatan Indonesia tahun 1945-1949 Batalyon ini menjadi front terdepan militer mempertahankan kemerdekaan.
Mereka bekerja dengan senyap layaknya pasukan khusus. Achmad Wiranatakusumah dan kawan-kawan Batalyon Siluman Merah sudah terlatih mengatur strategi perang dengan cara gerilya.
Sekutu yang memboncengi Belanda takut dengan pasukan tersebut. Sebab Batalyon Siluman Merah terkenal sebagai “pembunuh darah dingin”.
Mereka juga pandai meloloskan diri meskipun sudah tertangkap dan terikat borgol yang kencang. Ada yang bilang itu “Karomah” Pasukan Siluman Merah. Konon sebagian orang menganggap Batalyon militer ini terisi oleh orang-orang yang sakti, tak terkecuali dengan Achmad Wiranatakusumah.
Achmad Wiranatakusumah Memimpin Long-March ke Yogyakarta
Ketika Belanda berhasil memukul mundur pasukan Siliwangi dari Jawa Barat, Achmad Wiranatakusumah memimpin sebagian penduduk Bandung hijrah (Long-March) dari Jawa Barat menuju ibu kota yang pindah ke Yogyakarta.
Ia berhasil menyelamatkan penduduk Jawa Barat sebanyak 2.500 jiwa. Semuanya pindah ke Yogyakarta dengan cara berjalan kaki.
Kadang-kadang di perjalanan rombongan mereka terhalang oleh serangkaian sabotase Belanda. Bahkan sempat menjadi korban tembakan udara saat beberapa puluhan kilometer lagi mereka sampai di Yogyakarta.
Namun karena perlindungan Allah SWT, semua bisa selamat. Begitupun dengan Achmad yang terus menjaga rakyat dan pasukannya dari siasat licik Belanda.
Baca Juga: Kiai AR Fachruddin, Mantan Ketua Umum Muhammadiyah yang Pluralis
Selain Belanda yang jadi persoalan, pasukan Achmad Wiranatakusumah juga menghadapi serangan musuh internal yakni, ketika PKI meletus di Madiun tahun 1948. Tapi frekuensinya kecil bagi pasukan Batalyon Siluman Merah.
Pasukan PKI tidak ada apa-apanya, cukup 10 detik saja Batalyon Siluman Merah membasmi kelompok PKI yang saat itu mengancam di pertengahan Jawa Tengah sebelum masuk ke Yogyakarta.
Setelah perang usai Achmad Wiranatakusumah menjadi tentara dengan pangkat Mayor. Karena! yang luas dalam bidang militer, pemerintah Sukarno menunjuk Achmad sebagai tentara yang bertugas jadi perwakilan Republik untuk serah terima wilayah Irian Barat dari Belanda.
Ayah Offroader Legendaris Indonesia: Yuma Wiranatakusumah
Mendiang komandan Batalyon Siluman Merah, Achmad Wiranatakusumah ternyata ayah dari offroader legendaris Indonesia bernama Yuma Wiranatakusumah.
Yuma Wiranatakusumah ternyata mewarisi hobi ayahnya dalam bidang otomotif, khususnya mobil offroad.
Saking suka dan hobinya bermain mobil, sampai-sampai Achmad menginisiasi pengiriman mobil offroad khusus dari luar negeri untuk kepentingan distribusi Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut. Oleh sebab itu nama ayah Yuma Wiranatakusumah terkenal sebagai penghobi mobil jeep di kalangan TNI.
Yuma Wiranatakusumah hingga saat ini masih menjadi pemain offroad, meskipun usianya sudah tidak lagi muda ia tetap lihai menahkodai Jeep. Selain masih bermain mobil, Yuma saat ini juga kerap aktif menjadi pembicara otomotif di berbagai tempat dan instansi-instansi besar kendaraan bermotor di Indonesia. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)