Rabu, Februari 12, 2025
BerandaBerita TerbaruTragedi Ijime di Jepang, Kisah Pilu Anak-Anak Korban Perundungan

Tragedi Ijime di Jepang, Kisah Pilu Anak-Anak Korban Perundungan

Tragedi Ijime mengguncang Jepang pada tahun 1990-an. Ijime merupakan sebuah perbuatan kriminal ringan dalam kebudayaan Jepang.

Di Indonesia, Ijime sama seperti pemalakan, pemaksaan, dan perampokan ringan (kompas-mengompas) atau saat ini dikenal juga dengan istilah bullying (perundungan).

Perilaku tak terpuji ini pernah memakan korban anak sekolahan pada tahun 1990-an di Jepang.

Korbannya rata-rata berumur 13-14 tahun atau anak-anak setingkat sekolah menengah pertama (SMP).

Terbongkarnya praktik Ijime terjadi ketika korban meninggal bunuh diri dengan meninggalkan surat. Anak-anak tak bersalah tersebut mengatakan dirinya sudah tak kuat lagi menahan siksaan.

Baca Juga: Shodanco Soeprijadi, Komandan PETA yang Hilang Misterius

Para pemalak di sekolahnya kerap menyiksa apabila ia tak memberinya uang. Bahkan beberapa kali mereka hampir mati tenggelam karena ulah pelaku Ijime.

Perundungan inilah yang memberatkan korban sehingga depresi dan nekad melakukan bunuh diri.

Sejak terungkapnya kasus ini oleh kepolisian setempat membuat pemerintah Jepang menjadikan tanggal kematian bocah malah korban Ijime menjadi Hari Anak-anak Nasional. Tujuannya untuk mengurangi angka kejahatan, kekerasan terhadap anak.

Selain menyadarkan diri untuk tidak berbuat keras pada anak, memperingati tragedi Ijime juga merupakan ajang penghargaan pada gerakan harakiri.

Artinya merelakan tubuh si korban mati bunuh diri dari pada harus menyerahkannya pada musuh (si Pelaku Ijime) sehingga mati sia-sia. Itulah keberanian orang Jepang.

Kronologi Awal Tragedi Ijime Menyebabkan Korban Jiwa di Jepang

Menurut Gatot Triyono Majalah Gatra tanggal 31 Desember 1994 bertajuk “Ijime Membawa Korban, Aksi Kompas-Mengompas di Sekolah Menyebabkan Bunuh Diri, Pemerintah Akan Bertindak”, tragedi Ijime di Jepang pertama kali menimpa bocah 13 tahun bernama Kiyoteru Ukuchi.

Konon keluarga pelajar SMP di Negeri Sakura tersebut menemukan jasadnya sudah tak bernyawa menggantung di pohon depan halaman rumahnya di Nishio. Akibatnya seluruh media heboh, begitu pun dengan tetangga sekitar. Mereka nyaris adu jotos dengan tetangga sekitar karena berdesakan ingin melihat korban gantung diri.

Kiyoteru bocah SMP heboh di media Nasional Jepang karena bunyi surat yang tertinggal di saku celana sekolah. Surat itu menyentuh hati banyak pembaca karena berisi tentang kekecewaan besar kepada pelaku pemalakan yang membuat dirinya nekad melakukan gantung diri.

Adapun isi dari pada surat tersebut berbunyi sebagai berikut, “Maafkan, sebenarnya aku ingin hidup lebih lama. Tapi mereka terus menerus memeras dan menuntut uang banyak. Aku sudah tak tahan lagi dengan perbuatan para pemalak di sekolah”.

Menurut kesaksian teman-temannya di sekolah, Kiyoteru Ukuchi terkenal sebagai orang yang kurang Macho. Tidak mudah bergaul dan selalu mengasingkan dirinya sendiri tatkala teman-temannya bersosialisasi mana kala jam istirahat tiba.

Barangkali hal inilah yang membuatnya terkesan lemah sehingga ada oknum kakak tingkat yang memalaknya setiap hari.

Baca Juga: Kedudukan Wanita Jepang Pasca PD II, Bangkit dari Dominasi Patriaki

Korban Telah Memberi Uang Banyak ke Pemalak

Sebagian masyarakat Nishio, Jepang menyayangkan tragedi Ijime bisa terjadi di Sekolah. Mereka menuntut agar pihak sekolah bertanggung jawab atas kejadian ini.

Apalagi ketika para keluarga dan tetangga terdekat Kiyoteru mengetahui jika ia telah menghabiskan uang yang banyak untuk para pemalak di Sekolah.

Masih menurut Gatot Triyono, paling tidak Kiyoteru menyebut dalam suratnya itu telah memberikan uang sekitar 100 juta Yen atau Rp 2 Milyar untuk memuaskan kemauan anak-anak pengompas di sekolah.

Kurang puas dengan itu, pemeras memaksa Kiyoteru menjual mainan-mainan mewah dan komputer serta koleksi komik mahal miliknya untuk menambah uang palak.

Bahkan dengan terpaksa Kiyoteru tega mencuri uang milik nenek dan ayahnya di dompet. Apabila ia menolak permintaan gelap ini, para algojo penyiksa akan membawa Kiyoteru ke sungai dan menenggelamkan kepala ke bagian dalam kali tersebut.

Penuturan ini sejalan dengan suratnya berikut, “Aku begitu takut dan sejak saat itu kemauan mereka selalu aku ikuti”.

Kasus ini membawa dampak buruk pada anak-anak lain. Terutama teman-teman satu kelas Kiyoteru. Mereka depresi dan tertekan, bahkan ada sebagian orang tua yang memindahkan sekolah anaknya karena khawatir menjadi korban berikut si pemalak jahanam.

Dua Korban Tragedi Ijime Berikutnya

Peristiwa Kiyoteru belum genap 1 tahun berlalu, dua korban kemnali berjatuhan karena tragedi Ijime. Motif bunuh diri mereka ketahuan setelah polisi menemukan surat yang sama seperti secarik kertas milik Kiyoteru.

Baca Juga: Bushido, Budaya Samurai yang Mendukung Modernisasi Jepang

Ya mereka berdua mengaku korban Ijime, nekad mengakhiri hidup akibat tak kuat menahan penderitaan fisik dan batin.

Pelaku Ijime setelah kasus Kiyoteru nampaknya lebih keras dari sebelumnya. Korban pertama adalah lelaki berusia 14 tahun gantung diri. Sedangkan korban kedua berusia 13 tahun melemparkan dirinya ke kereta yang melanju kencang.

Keduanya meninggalkan surat yang berbunyi, “Kami ingin tahu apakah korban Ijime bisa masuk Surga atau Neraka?”

Tapi apapun alasannya itulah yang orang tua khawatirkan. Menurut ahli psikologi Masao Miyamoto dari Departemen Kesehatan Jepang mengatakan, orang-orang yang pikirannya independen, kurang Macho, atau kurang pas dalam tradisi patriakis masyarakat Jepang, sering menjadi bahan olok-olok atau gunjingan yang tak jauh bedanya dengan aksi kejahatan pada tragedi Ijime.

Dari penelitian Masao, pemerintah Jepang mendanai segala usulan atau temuan alternatif untuk mengatasi persoalan tersebut.

Pemerintah Jepang rela mengalokasikan dana sebesar 400 juta yen, atau kurang lebih setara dengan Rp 1 Triliyun untuk mencari cara mengatasi praktik tak terpuji tersebut. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Bendungan Cariang di Sumedang

8 Kali Gagal Panen, Petani Desak Pemerintah Perbaiki Bendungan Cariang di Sumedang

harapanrakyat.com,- Para petani yang terdampak jebolnya Bendungan Cariang di Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, terus mendesak pemerintah untuk segera melakukan perbaikan permanen pada...
Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan

Pelantikan Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan Tuai Kritikan Netizen

Pelantikan Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan (Kementerian Pertahanan) ternyata menuai kritik dari banyak pihak. Prosesi pelantikannya berlangsung pada Selasa (11/2/2025). Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, menjadi...
Keutamaan Doa Panjang Umur, Raih Kehidupan yang Berkah

Keutamaan Doa Panjang Umur, Raih Kehidupan yang Berkah

Memiliki umur yang panjang dan bermanfaat tentu menjadi dambaan setiap manusia. Rasulullah pun mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa memanjatkan doa panjang umur. Baca Juga: Doa...
Sinopsis Samawa Dosamu Cintaku Selamanya, Tentang Isu KDRT

Sinopsis Samawa Dosamu Cintaku Selamanya, Tentang Isu KDRT

Banyaknya film terbaru yang akan tayang di bioskop tentu memberikan beragam pilihan bagi para penonton. Salah satunya adalah film berjudul Samawa Dosamu Cintaku Selamanya,...
Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo tampaknya sedang mempersiapkan smartphone flagship terbaru dari seri Find, yaitu Oppo Find X9 Ultra. Perangkat ini kemungkinan besar akan hadir pada tahun 2026...
Ular sanca kembang Banjar

Ular Sanca Kembang 3 Meter Pemangsa Ayam Bikin Geger Warga Kota Banjar

harapanrakyat.com,‐ Ular sanca kembang sepanjang 3 meter bikin geger warga Lingkungan Jadimulya, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat. Ular yang sempat memangsa...