Sejarah Kota Tarakan menarik untuk kita bahas. Tarakan merupakan sebuah kota dan pulau yang berada di provinsi Kalimantan Utara.
Sementara Kalimantan Utara sendiri merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari Kalimantan Timur. Berdiri pada 25 Oktober 2012 dengan ibukota Tanjung Selor.
Nama Tarakan mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Selain karena kotanya yang terletak di perbatasan, kota ini juga merupakan pulau yang terpisah dari Pulau Kalimantan.
Meskipun jarang didengar, kota ini memiliki peran strategis selama Perang Dunia II, terutama sebagai sumber penghasil minyak bumi.
Baca Juga: Panda Nababan, Politikus Senior Bantu Artidjo Alkostar Jadi Hakim Agung
Kota Tarakan juga menjadi saksi dari peperangan yang terjadi antara Belanda melawaran Jepang pada masa Perang Dunia II.
Berikut sejarah Tarakan, dari benteng pertahanan hingga kota minyak Hindia Belanda.
Sejarah Awal Kota Tarakan
Nama Tarakan diyakini berasal dari bahasa Tidung yaitu, tarak yang berarti tempat pertemuan dan ngaka yang berarti untuk makan.
Nama ini kemudian dikenal dengan Tarakan yang awalnya dianggap sebagai tempat pertemuan bagi para pelaut dan pedagang untuk sekedar makan atau menjual hasil tangkapannya.
Menurut legenda, orang asli yang mendiami Tarakan adalah orang Tidung yang masih dalam kategori suku Dayak.
Suku Tidung tinggal di kawasan Kalimantan Utara dan daerah Sabah. Dahulu Suku Tidung mendirikan kerajaan yang disebut dengan Kerajaan Tidung.
Menurut Deni Prasetyo dalam buku, “Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara” (2009), Kerajaan Tidung berkedudukan di Pulau Tarakan sampai dengan Salimbatu.
Suku Tidung ini dikenal juga dengan sebutan kaum Tengara karena mempunyai pemimpin yang telah melahirkan Dinasti Tengara.
Baca Juga: Panda Nababan, Politikus Senior Bantu Artidjo Alkostar Jadi Hakim Agung
Kota Minyak Hindia Belanda
Menurut penelitian Ir. Gunung Radjiman, M. Sc, yang berjudul, “Perkembangan Kota Tarakan” (2010), Tarakan adalah sebuah kota pulau penghasil minyak yang letaknya strategis.
Kota ini menjadi kota jalur transit antara pulau-pulau dan kawasan di sekitarnya.
Secara geografi sebenarnya Tarakan hanyalah sebuah pulau yang tidak terlalu luas dan penuh dengan rawa.
Meskipun merupakan pulau yang tidak terlalu luas, Tarakan menyimpan potensi sumber daya minyak yang melimpah.
Penemuan ini berawal pada tahun 1896 ketika ditemukan cadangan minyak bumi oleh Bataavishe Petroleum Maatschappij yang merupakan perusahaan minyak milik Belanda.
Sejak saat itulah Tarakan menjadi sumber pemasok minyak bagi kebutuhan di Hindia Belanda.
Produksi minyak di Tarakan semakin meningkat tiap tahunnya hingga menghasilkan lebih dari 5 juta barel per tahunnya.
Jumlah tersebut merupakan sepertiga dari total produksi minyak di seluruh Hindia Belanda.
Kegiatan pengeboran dan produksi minyak ini berlangsung secara terus-menerus, hingga berhenti ketika terjadi invasi tentara Jepang pada tahun 1942.
Benteng Pertahanan Hindia Belanda
Invasi Jepang ke Hindia Belanda adalah hal yang tidak bisa dihindari. Salah satu wilayah yang waktu itu menjadi incaran adalah Tarakan.
Jepang yang mengetahui Tarakan memiliki cadangan minyak bumi yang melimpah membuat Tarakan menjadi salah satu target invasi Jepang.
Invasi ke Tarakan ini selain sebagai awal mula penguasaan terhadap daerah lainnya juga sebagai tempat pemasok bagi kebutuhan minyak selama Perang Dunia II.
Baca Juga: Sejarah Malaria di Padaherang Pangandaran 1939, Berawal dari Banjir
Pertempuran antara Belanda dengan Jepang berlangsung kurang lebih dua hari. Meskipun, pada akhirnya Jepang memenangkan perang tersebut.
Menurut Marwati Djoened Poesponegoro dalam buku “Sejarah nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan masa Republik Indonesia 1900-1942” (2008), Pertempuran terjadi baik di lautan, daratan hingga udara. Kedua belah pihak sama-sama mengeluarkan strategi perang terbaik yang mereka miliki.
Setelah pertempuran selama dua hari, tentara Belanda yang sudah kehilangan semangat bertempur akhirnya menyerahkan diri.
Terdapat sekitar 1.300 tentara yang menyerah pada 12 Januari 1942. Sejak saat itu Tarakan berada di bawah kekuasaan Jepang.
Bagi Jepang instalasi pengeboran minyak di Tarakan sangatlah penting. Oleh karena itu, ketika terjadi penghancuran terhadap instalasi pengeboran minyak tersebut menjadi masalah besar bagi mereka. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)