Rasionalisasi birokrasi dan modernisasi di tanah Jawa diawali oleh kerajaan Mangkunegaran sejak awal abad ke-20 masehi. Raja, Abdi Dalem, sekaligus pamong-pamong rendahan di kerajaan Mangkunegaran rata-rata sudah melek modernisasi.
Salah satunya tyerlihat dari beberapa ornament kerajaan di Mangkunegaran, namun yang paling berpengaruh dari terjadinya proses modernisasi di Mangkunegaran yaitu tumbuhnya ideologi birokrasi Barat yang maju.
Pemerintah kolonial Belanda telah mengajarkan Mangkunegaran menjadi kerajaan yang modern. Mereka mendidik penerus Mangkunegaran untuk mendirikan struktur birokrasi yang rasional.
Hingga pada akhirnya banyak perubahan-perubahan cepat dalam pemerintahan Mangkunegaran yang menguntungkan.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Pananjung, Cikal Bakal Daerah Pangandaran
Pada saat itu Mangkunegaran terkenal sebagai kerajaan di bawah Kesunanan Surakarta yang modern. Saking modernnya kerajaan ini, Kesunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, dan Pura Pakualaman juga kalah oleh Mangkunegaran dalam hal birokrasi.
Lantas bagaimana bisa Mangkunegaran se-modern itu? Mengapa Belanda begitu percaya dan mengajarkan struktur birokrasi yang modern pada Mangkunegaran?
Awal Modernisasi di Mangkunegaran Abad ke-20
Sejak awal abad ke-20 Mangkunegaran merupakan kerajaan yang maju. Perkembangan Mangkunegaran sebagai kerajaan yang maju nampaknya tak lepas dari peran Belanda.
Sebab pemerintah kolonial saat itu menuntun Mangkunegaran untuk memperbaiki sistem birokrasi dari istilah irasional menjadi rasional.
Artinya dari struktur pemerintahan kerajaan yang bersifat tradisional menjadi modern. Seperti pemilihan pemegang tahta kerajaan yang kala itu berasal dari trah (keturunan).
Belanda tidak setuju dengan hal ini, sebab faktor keturunan tidak akan sama dan berdampak baik bagi regenerasi kerajaan.
Oleh sebab itulah Belanda menyarankan Mangkunegaran untuk merombak seluruh kebijakan-kebijakan yang bersifat tradisionalis.
Menurut Wasino dalam buku berjudul “Modernisasi di Jantung Budaya Jawa: Mangkunegaran 1890-1944” (2014), perjalanan modernisasi di Mangkunegaran berjalan secara bertahap.
Hal inilah yang membuat doktrin-doktrin modern dalam tubuh kerajaan Jawa muncul menjadi hal yang baru.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Sunda Galuh, Prasasti Kebon Kopi II 932 sebagai Petunjuk
Salah satu modernisasi yang berasal dari ajaran Belanda pada Mangkunegaran yaitu membentuk badan perang bernama Legiun Mangkunegaran.
Satuan perang orang Jawa ini pernah kontroversial, karena kedekatannya dengan Belanda yang kuat, Legiun Mangkunegaran pernah menyerang Aceh bersama Marsose Belanda.
Terlepas dari kisah memilukan itu Legiun Mangkunegaran sangat kentara sebagai simbol modernisasi di tanah Jawa. Hal ini terlihat dari kostum mereka seperti pangkat, seragam, dan senjata yang semuanya meniru prajurit Barat (Belanda).
Membentuk Kerjasama Birokrasi
Ketika mempertanyakan mengapa Belanda mau mempengaruhi modernisasi di Mangkunegaran, ada beberapa hipotesa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Belanda mempengaruhi Mangkunegaran dengan modernisasi Barat untuk menjalin kerjasama birokrasi yang saling menguntungkan.
Belanda menganggap Mangkunegaran sebagai kerajaan yang berpotensi bisa melayani Belanda dengan baik. Rata-rata pemegang kuasa di Mangkunegaran merupakan orang-orang loyal pada Belanda sejak zaman kejayaan VOC.
Artinya birokrasi kerajaan tersebut sudah tahu seluk beluk kolonial yang menaruh perhatian khusus pada kepentingannya di Jawa.
Oleh sebab itu untuk melancarkan niatnya ini mereka harus menyesuaikan pemikiran Mangkunegaran dengan orang-orang Eropa.
Caranya bukan Belanda yang harus menundukan pengetahuan dan menyamaratakannya dengan orang-orang Jawa di Mangkunegaran, melainkan mereka lah yang perlu mengerti pengetahuan orang-orang Barat.
Dengan kata lain Belanda perlu memberikan pengajaran untuk orang-orang di Mangkunegaran. Seluruh adat istiadat yang tidak relevan ditentangnya, bahkan ada yang dihilangkan untuk menyesuaikan diri dengan Belanda.
Orang-orang di Mangkunegaran cenderung menjungjung tinggi pengetahuan Barat. Mereka tidak alergi dengan pengetahuan formal. Padahal saat itu banyak yang menilai pengetahuan formal dengan pandangan buruk. Akan tetapi mereka melihat pendidikan Barat sebagai batu loncatan seseorang untuk menggapai kecerdasan.
Cita-cita menjadi masyarakat modern pun tercapai pada masa Mangkunegaran V. Namun sebagian pendapat sejarawan menyatakan pada zaman Mangkunegaran V sebetulnya Belanda lah yang berhasil mendominasi Surakarta.
Baca Juga: Sejarah Bajak Laut Nusantara, Pernah Disewa Kerajaan Sriwijaya
Namun terlepas dari mana yang salah dan benar, pada zaman Mangkunegaran V modernisasi di tanah Jawa mulai bertebaran secara luas. Bahkan di Kesunanan Surakarta sendiri pengetahuan Barat mulai digandrungi oleh banyak putera mahkota.
Belanda Menginfiltrasi Mangkunegaran
Peristiwa Belanda menginfiltasi Mangkunegaran merupakan salah satu resiko yang mendasar. Bukan sebagai kerugian tapi justru menjadi hasil dari keputusan yang telah dipertimbangkan secara matang oleh Mangkunegaran V.
Dengan kata lain Mangkunegaran V tidak merasa dirugikan karena hal tersebut. Mangkunegaran sudah merasa dekat dan loyal dengan belanda.
Bahkan ketika Ratu Wilhelmina ikut campur dalam mengusulkan calon raja di Mangkunegaran, ia tidak merasa dikhianati.
Malahan Mangkunegaran V bangga karena kerajaan kecil ini bisa melibatkan Sang Ratu untuk memperbaiki struktur birokrasinya.
Selain itu Mangkunegaran V juga merasa senang dengan Ratu Wilhelmina karena telah mendapat kesempatan untuk membentuk sebuah pasukan perang bernama Legiun Mangkunegaran.
Meskipun harus memerangi bangsanya sendiri, Legiun Mangkunegaran yang pernah menyerang rakyat Aceh ini merupakan kebanggaan Mangkunegaran V. Menurutnya Lagiun Mangkunegara merupakan lambang modernisasi Jawa yang berpijak pada budaya dan pengetahuan Barat. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)