Rabu, April 16, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Malaria di Padaherang Pangandaran 1939, Berawal dari Banjir

Sejarah Malaria di Padaherang Pangandaran 1939, Berawal dari Banjir

Banjir bandang di Padaherang wilayah Pangandaran pada tahun 1939 merupakan awal terjadinya peristiwa wabah malaria di Priangan Timur. Wabah pertama kali muncul di Padaherang, beberapa wilayah di Selatan pun ikut terkena dampaknya.

Bahkan di Pangandaran korban akibat malaria banyak berjatuhan. Di daerah Kalipucang, wabah ini menjadi masalah paling utama.

Kematian selalu membayang-bayangi masyarakat di sana. Hampir seluruh pekerja kereta api di Kalipucang jadi korban malaria.

Konon mencuatnya kasus malaria yang tinggi di daerah Priangan Timur terjadi karena fenomena bencana alam yang tak selesai-selesai.

Baca Juga: Sejarah Pangandaran Pasca Pendudukan Jepang, Pemerintahan Pindah dari Ciamis ke Cilacap

Banjir di Padaherang pada tahun 1939 menyebabkan timbulnya beberapa genangan air yang tak surut-surut hampir 1 minggu lamanya.

Selain menimbulkan penyakit, banjir bandang tersebut juga menjadi masalah utama pemerintah kolonial.

Sebab selain harus memperbaiki sanitasi kesehatan masyarakat, pemerintah Belanda juga perlu merehab beberapa pembangunan vital yang rusak akibat terendam banjir.

Sejarah Banjir di Padaherang Pangandaran Penyebab Malaria Tahun 1939

Menurut koran belanda berjudul “De Noord-Ooster: Bandjir in Preanger” tanggal 17 Juli 1939, fenomena bencana alam (banjir) di Padaherang melatar belakangi terjadinya wabah malaria.

Penyakit mematikan ini tersebar hingga ke beberapa daerah termasuk Bandjar, Paledah, Kalipoetjang, dan Pangandaran.

Pemerintah bagian kesehatan Belanda menduga banyaknya kasus malaria di daerah-daerah tersebut terjadi karena timbulnya genangan air akibat banjir.

Bahkan genangan air ini muncul ke permukaan tanah hingga lama. Koran Belanda tadi mengatakan hampir satu minggu air banjir tak terserap tanah.

Hal ini menyebabkan kualitas air jadi kotor, bau, dan terkontaminasi. Akibatnya genangan air itu jadi sarang nyamuk malaria. Serangga kecil nan mematikan itu berkembang biak dengan sempurna.

Setelah 1 minggu air tak terserap tanah, telur malaria itu berubah menjadi nyamuk berbahaya. Banyak korban yang tewas akibat sengatan nyamuk tersebut.

Korbannya menyebar tidak hanya di Padaherang, tetapi juga memicu munculnya malaria di Ciamis sampai ke Tasikmalaya.

Selain karena malaria, genangan air yang lama tak terserap tanah di Padaherang jadi penyebab kerusakan gedung-gedung pemerintah kolonial.

Alhasil pemerintah negeri jajahan tersebut mengalami banyak kerugian, mengutip koran Belanda, mereka rugi hingga f. 350.000,- biaya paling mahal untuk memperbaiki tanggul yang jebol.

Malaria Menyebar ke Beberapa Wilayah

Koran Belanda mengatakan wabah malaria di Padaherang telah memicu timbulnya penyakit tersebut di Ciamis dan Tasikmalaya. Awalnya terjadi dari titik persebaran pusat di Padaherang, Bandjarsari, Bandjar, Ciamis, dan Tasikmalaya.

Sementara ke arah Selatan, wabah malaria menyebar dari arah pusat Padaherang, Paledah, Tjiawitali, Kalipoetjang, dan Pangandaran. Kendati menyebar sampai ke Ciamis dan Tasikmalaya, catatan kolonial melaporkan paling banyak korban karena malaria ada di daerah Kalipoetjang.

Baca Juga: Sejarah Kelapa Pendek di Pangandaran, Tumbuhan Langka Ditemukan Pensiunan ABRI

Hal ini terjadi karena daerah tersebut merupakan rawa-rawa yang kotor. Banyak genangan air yang bisa menjadi penyebab perkembangbiakan nyamuk malaria dengan cepat.

Akibatnya puluhan hingga ratusan korban berjatuhan. Korban malaria mendominasi pegawai pembangunan jalan kereta api arah Bandjar-Pangandaran.

Selain karena keadaan alam dan iklim (musim hujan), penyebab malaria “menggila” di Kalipoetjang terjadi akibat keadaan sanitasi yang buruk. P

eristiwa ini kemudian membuat perekonomian masyarakat sekitar kacau, selain ada wabah malaria, masyarakat di Kalipoetjang juga sempat kena wabah kelaparan.

Malaria di Padaherang Menjadi Berita Nasional

Peristiwa terjadinya wabah malaria di Padaherang nampaknya tersebar ke beberapa daerah di Hindia Belanda. Bahkan kejadian memilukan ini sempat menjadi berita Nasional yang menggemparkan wilayah di Priangan Timur.

Salah satu berita Nasional yang mengabarkan Malaria di Padaherang terjadi dalam koran Belanda berjudul “De Locomotief: De Overstroominge in Bandjarsari” tanggal 14 Agustus 1939.

Baca Juga: Sejarah Pariwisata Pangandaran, Populer karena Mudahnya Transportasi

Menurut berita ini, tak jauh dari Bandjarsari (Padaherang) merupakan tempat awal merebaknya wabah Malaria di Priangan Timur.

Koran ini mengabarkan keadaan sanitasi buruk akibat banjir melatar belakangi timbulnya penyakit wabah malaria.

Sengatan nyamuk ini membahayakan semua orang, bahkan selain bisa menimbulkan demam berdarah, malaria juga cepat menyebarkan virus berbahaya dalam tubuh manusia dan mematikan.

Masyarakat di seluruh Priangan Timur bereaksi. Mereka khawatir wabah malaria dari Padaherang bisa mendominasi wilayahnya.

Saat itu belum ada teknologi pencegahan malaria seperti sekarang, mereka hanya percaya pada ramuan tradisional yang belum tentu bisa mengendalikan malaria.

Bahkan mereka sering membawa sanak keluarga yang kena malaria ke dukun. Masyarakat di Priangan Timur kala itu lebih mempercayai dukun ketimbang dokter. Lagi pula saat itu belum banyak dokter yang bisa melayani pribumi dengan baik.

Perkiraan buruk itu menjadi kenyataan. Bahkan daerah Ciamis pernah jadi sasaran seluruh masyarakat Garut-Bandung. Mereka menduga daerah itulah yang menjadi penyebab awal malaria meluas ke seluruh wilayah di Priangan Timur. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Orang Tua Siswa SMPN 1 Kawali Ciamis Dukung Aturan Larangan Bawa Kendaraan ke Sekolah

Orang Tua Siswa SMPN 1 Kawali Ciamis Dukung Aturan Larangan Bawa Kendaraan ke Sekolah

harapanrakyat.com,- Sejumlah orang tua siswa SMPN 1 Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mendukung larangan pelajar SD dan SMP membawa kendaraan bermotor roda dua maupun...
Jukir Liar Kena Sweeping Saber Pungli Kota Banjar 

Jukir Liar Kena Sweeping Saber Pungli Kota Banjar, Langsung Diberi Pembinaan 

harapanrakyat.com,- Sejumlah juru parkir (jukir) liar yang biasa memungut parkir di kawasan minimarket dan perbankan di wilayah Langensari kena sweeping tim Sapu Bersih Pungutan...
Cara Bapenda Ciamis Genjot Penerimaan PAD agar Capai Target

Cara Bapenda Ciamis Genjot Penerimaan PAD agar Target Tercapai

harapanrakyat.com,- Pemerintah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, melalui Badan Pendapatan Daerah (Bapenda), terus berupaya menggenjot penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebab, dengan penerimaan PAD yang...
Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya

Tak Sangka! 5 Pemain Timnas Ini Pernah Membela Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya

Siapa yang tak mengetahui klub sepak bola Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya. Kedua klub tersebut termasuk dalam klub besar dalam sejarah sepak bola Indonesia. Persaingan...
Gagal ke Semifinal Piala Asia U-17 2025, Nova Arianto Minta Maaf

Gagal ke Semifinal Piala Asia U-17 2025, Nova Arianto Minta Maaf

Langkah timnas Indonesia untuk melaju ke babak semifinal Piala Asia U-17 2025 harus terhenti. Pasalnya, tim asuhan Nova Arianto ini kalah telak 0-6 dari...
Selama Libur Lebaran 2025, Kunjungan Wisatawan ke Sumedang Meningkat 58 Persen

Selama Libur Lebaran 2025, Kunjungan Wisatawan ke Sumedang Meningkat 58 Persen

harapanrakyat.com,- Selama libur panjang lebaran 2025, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mengalami lonjakan signifikan. Kenaikan tersebut jika membandingkannya dengan tahun sebelumnya.  Baca Juga:...