Sejarah kelapa pendek yang pernah terkenal sebagai tumbuhan langka pada awal 1970-an, ternyata pernah tumbuh subur di Pangandaran. Pernyataan ini sebagaimana mengutip majalah Variasi No. 300 tahun terbit 1981.
Menurut majalah lawas ini, penemu jenis kelapa pendek ini adalah seorang pensiunan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) bernama Yakub Somapradja. Yakub purna tugas dengan mengemban pangkat terakhirnya sebagai Sersan Mayor (Serma).
Menariknya, pria kelahiran Tasikmalaya tahun 1917 ini pernah jadi penjual kelapa pendek satu-satunya di Indonesia.
Langganan bibit tanaman langka ini pun tak main-main, mulai dari pejabat tinggi negara, tentara, kedutaan asing, seniman terkemuka, dan pengusaha swasta dari Texas Amerika Serikat semua pernah jadi langganan Yakub.
Baca Juga: Sejarah Pangandaran Pasca Pendudukan Jepang, Pemerintahan Pindah dari Ciamis ke Cilacap
Selain sukses memasarkan produk tumbuhan langka ini, Yakub juga pernah mengguncangkan jagad akademik, terutama para peneliti tumbuhan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Banyak para mahasiswa yang menjadikan tumbuhan ini sebagai objek penelitian.
Lantas bagaimana perjalanan pak Yakub menemukan jenis varietas tumbuhan menarik ini?
Kisah Yakub, Penemu Kelapa Pendek di Pangandaran
Masih menurut Majalah Variasi Edisi No. 300 tahun (1981) berjudul, ”Kelapa Ajaib Ditemukan Pensiunan ABRI”, penemu kelapa pendek yang berasal dari Pangandaran ini berasal dari pensiunan ABRI bernama Yakub Somapradja.
Yakub memulai karirnya sebagai seorang petani kelapa pendek ketika pensiun dari dinasnya sebagai tentara dengan pangkat Sersan Mayor pada tahun 1960. Yakub menggantungkan senjata dan rela menjual truk tua kesayangannya seharga Rp 500 ribu.
Menurut penuturan Yakub yang diwawancarai oleh wartawan Majalah Variasi (1981) M. Ashuri Mundari, hasil uang penjualan truk tua itu dibuat modal untuk usaha barunya yang ingin jadi petani.
Yakub menyisihkan Rp 300 ribu untuk membeli ladang dan Rp 200 ribu sisanya digunakan untuk membersihkan ladang dari ilalang dan rerumputan liar di ladang baru. Yakun membeli tanah yang luas di daerah Emplak, jarak yang lumayan jauh dari tempat tinggal pertamanya di Tasikmalaya, kurang lebih 100 Km.
Kendati pun harus jauh dengan tanah kelahiran, Yakub bertekad kuat untuk tinggal di tempat barunya Emplak untuk menafkahi anak-anaknya sebanyak 8 orang.
Yakub sadar dengan jumlah anak yang banyak jika hanya mengandalkan pensiunan sebagai tentara maka jauh dari kata cukup.
Untungnya beliau ditemani oleh istri yang memahami keadaan bernama Nuryati Yakub. Istri berperawakan cantik dan lebih muda 19 tahun dari suaminya ini rela menghemat pengeluaran keluarga untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Tak disangka ketika keluarga ini berada dalam kebingungan mencari nafkah sehari-hari, kebun yang telah bersih dari ilalang tumbuhlah sebatang pohon kelapa yang pendek di ujung tanah yang pernah dibelinya.
Yakub pun membudidayakan bibit kelapa ajaib ini dengan penuh hati-hati. Hingga akhirnya kelapa pendek yang ditemukan tiga bulan lalu berkembang menjadi puluhan yang subur di ladangnya.
Baca Juga: Sejarah Pengusaha Kopra di Pangandaran Diculik Jepang, Kuwu Sidamulih Tewas Dipenggal
Langganan Pejabat, Tentara, Seniman, dan Luar Negeri
Karena usaha membudidayakan kelapa pendek Yakub berhasil, tanaman serbaguna ini banyak diminati oleh kalangan umum yang berasal dari berbagai profesi.
Langganan kelapa pendek Yakub berasal dari golongan atas seperti, pejabat, tentara, seniman, dan pengusaha luar negeri.
Adapun yang membuat kelapa pendek Yakub ini terkenal hingga ke mancanegara disebabkan oleh peran sahabat karibnya di tentara dahulu yaitu, Solihin G.P.
Seorang kombatan perang yang juga mantan Gubernur Jawa Barat tahun 1970-1975 ini mempromosikan produk kelapa Yakub ke beberapa kolega pejabat negara di Jakarta.
Tak disangka usaha iseng yang dilakukan Solihin ini berhasil. Ia membantu produk kelapa pendek Yakub laku di pasaran. Bahkan laris hingga ke pangsa pasar di luar negeri. Banyak pelanggan tetapnya menyebut kelapa tersebut dengan nama Kelapa Maya.
Sebutan Kelapa “Maya” milik Yakub ini berasal dari istilah orang-orang sekitar. Mereka mengetahui jika kelapa pendek itu ditemukan oleh Mayor Yakub atau disingkat jadi (Maya).
Mereka ikut senang dengan ditemukannya kelapa pendek di daerah Emplak oleh Yakub, sebab orang-orang di sana ikut kena dampak positifnya.
Banyak yang membuka usaha kecil-kecilan seperti warung sembako, warung nasi dan kopi untuk menyediakan logistik bagi para tamu-tamu penting Yakub di sela kunjungannya meneliti tumbuhan langka tersebut.
Tak hanya mereka (masyarakat Emplak) yang diuntungkan oleh penemuan Mayor Yakub, sebab daerah Pangandaran pada umumnya ikut menjadi terkenal sebagai daerah penghasil kelapa pendek terbesar di Indonesia.
Saking terkenalnya, Yakun mendapat penghargaan Kalpataru dari Universitas Padjajaran pada tahun 1979-1980.
Meskipun sudah mendapatkan penghargaan bergengsi di dalam bidang pertanian, tak menjadikan Yakub menjadi petani yang sombong.
Hal ini tercermin dari kesediaannya melayani pelanggan peminat bibit “Kelapa Maya” meskipun hanya beli 1-10 butir saja.
Baca Juga: Sejarah Wisata Pantai Pangandaran, Terkenal Sejak Tahun 1923
Kelapa Maya Jadi Pusat Perhatian Para Peneliti
Bibit kelapa ajaib yang pernah dilanggan oleh Pengusaha Swasta di Texas, Amerika Serikat, serta seniman dan sutradara terkemuka pada tahun 1970-an bernama Lukman Hakim Nain ini ternyata pernah jadi pusat perhatian para peneliti di jurusan pertanian.
Mereka rela datang jauh-jauh seperti, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta untuk melihat bentuk asli dari tumbuhan Kelapa Maya.
Para peneliti di jurusan pertanian ini penasaran dengan latar belakang terjadinya pertumbuhan Kelapa Maya. Sebab jika dilihat dari bentuk dan posturnya, tumbuhan ini seharusnya belum berbuah lebat.
Namun Kelapa Maya yang dianggap ajaib ini justru panen lebat ketika ukuran tinggi pohon tersebut masih terbilang “sangat pendek”. Beberapa peneliti yang datang ke ladang Yakub menyebut, jenis Kelapa Maya ini bukan hasil Hibrida.
Pohon ini mempunyai perbandingan yang besar sebanyak 4-6 besar dengan kualitas air dari kelapa biasa. Kelapa Maya juga masuk dalam “Varietas Unggul” tahan hama dan cocok untuk dijadikan tanaman produksi.
Pemerintah bahkan pernah bermaksud menjadikan Kelapa Maya sebagai alat produksi pertama penghasil minyak kelapa.
Selain itu para pemangku negara yang berkepentingan dengan pertanian juga ingin membuat Kelapa Maya eksis dan laku di pasaran.
Sebab dengan memanfaatkan hasil produksi pohon ini, negara akan mengalami keuntungan berupa kenaikan jumlah kelapa untuk keperluan bahan pokok. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)