Rabu, April 16, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Jugun Ianfu, Wanita Penghibur Zaman Jepang

Sejarah Jugun Ianfu, Wanita Penghibur Zaman Jepang

Dalam sejarah pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945, terdapat sekelompok kaum hawa yang berprofesi jadi “Wanita Penghibur” Tentara Jepang atau Jugun Ianfu.

Penjajah paling kejam dan menakutkan banyak wanita pribumi tersebut menjuluki profesi hina ini dengan istilah dalam bahasa Jepang: “Jugun Ianfu”.

Pendapat lain mengatakan Jugun Ianfu adalah sistem perbudakan yang terbentuk oleh hasrat dan nafsu birahi tentara Jepang. Mereka menculik banyak gadis-gadis pribumi untuk menjadi pemuas birahinya.

Tentara Jepang memperlakukan mereka dengan kejam, para gadis-gadis malang tersebut hanya bisa meratapi nasib buruk tatkala prajurit perang biadab ini menggerayangi area sensitif di setiap lekuk tubuhnya.

Baca Juga: Sejarah Batik Pagi Sore Pekalongan, Siasat Menghemat Pakaian Zaman Jepang

Lebih parah dari itu, sumber sezaman menyebut pembentukan budaya Jugun Ianfu terbentuk dari  kesengajaan petinggi Jepang di Indonesia. Tujuannya agar para prajurit terhibur dan bisa menyalurkan hasrat birahinya.

Konon karena hal ini tidak terpenuhi, prajurit Jepang menjadi malas bekerja. Lebih mudahnya Jugun Ianfu bermaksud untuk jadi penyemangat kerja-kerja militer tentara Jepang agar menang dalam pertempuran Asia Raya (Perang Dunia II).

Namun sejarah kelam ini menyimpan banyak memori negatif yang menimbulkan traumatis. Terutama bagi mantan pelaku sejarah Jugun Ianfu.

Beberapa di antara mereka bahkan ada yang sampai rela bunuh diri karena tak tahan lagi menanggung malu.

Oleh sebab itu ketika Indonesia merdeka, pemerintah republik pernah menuntut Jepang bertanggung jawab atas segala kesalahan yang pernah mereka perbuat selama menduduki Indonesia. Salah satunya meminta maaf pada pelaku paksa Jugun Ianfu.

Sejarah Jugun Ianfu, Tatkala Jepang Membangun Tempat Hiburan Malam

Menurut Adita Dwi May Cahya dalam penelitian skripsi di Universitas Jember (2016) berjudul, “Upaya Masyarakat Indonesia dalam Memperjuangkan Keadilan Jugun Ianfu tahun 1993-1997”, pemerintah Jepang telah mendirikan bangunan hiburan malam untuk para tentara.

Pembangunan tersebut juga mengikuti trend kala itu. Ya mereka menyimpan wanita penghibur alias Jugun Ianfu untuk menyuguhi tetamu yang hadir ke tempat hiburan malam.

Kendati banyak yang menyebut Jugun Ianfu profesi pelacuran paksa dan pemerkosaan massal wanita pribumi-Jepang, namun mereka mendapat keuntungan meskipun dalam keadaan pesakitan.

Profesi menjadi pelacur (Jugun Ianfu) sebetulnya pernah membuat mereka terhindar dari kesulitan ekonomi yang bisa mengakibatkan kelaparan di sepanjang tahun 1942.

Baca Juga: Profil Bing Slamet, Komedian dan Agitator Revolusi Zaman Jepang

Pemerintah Jepang menjamin kebutuhan mereka termasuk obat-obatan dan makanan bergizi. Namun menjelang tahun 1943 pendudukan Jepang mengalami kesulitan ekonomi.

Akibatnya seluruh lumbung pangan di Indonesia diawasi secara ketat. Pengawasan membagi beras dan makanan bergizi berdampak pada Jugun Ianfu.

Alhasil tak sedikit dari mereka yang kelaparan. Zaman sudah berubah, para Jugun Ianfu mulai sadar sebentar lagi Jepang akan terpuruk.

Sejarah mencatat, akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Jepang mengembalikan gadis-gadis Jugun Ianfu ke keluarga. Namun mereka tidak utuh kembali dan tak sedikit darinya menanggung beban moral.

Masyarakat mencibirnya dan memperlakukan layaknya seorang pelacur hina bak barang bekas yang tak terpakai lagi.

Terkena Penyakit Seks Menular

Menurut Eka Hindra dan Koichi Kimura dalam buku berjudul “Momoye: Mereka Memanggilku” (2007), ketika perbudakan Jugun Ianfu selesai catatan kesehatan pada perempuan mantan budak asusila Jepang di Indonesia memburuk. Rata-rata dari mereka terkena penyakit seks menular.

Sebagian tidak ada yang tertolong karena penyakit sudah menyebar parah menggerogoti tubuhnya.

Sedangkan sebagian lainnya ada yang mengalami stress berkepanjangan. Psikis mereka terganggu dan membuatnya menjadi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Selain itu mereka hidup penuh dengan penderitaan. Mulai tidak memiliki kondisi yang sehat, memiliki gangguan kesehatan jiwa, dan ada pula yang terkendala ekonomi sehingga mereka hidup berkalang kemiskinan.

Meskipun mantan Jugun Ianfu pulang dan bebas dari genggaman Jepang masih berusia muda, tak banyak perusahaan yang mau menerimanya sebagai pekerja.

Alasan para pengusaha tidak menerimanya jadi pegawai akibat mereka “mantan pelacur”. Jadi selain berdampak pada kesehatan fisik dan jiwa, peristiwa paksa kegiatan haram tersebut menimbulkan stigmatisasi buruk.

Kendati pun demikian ada pula yang masih kuat menerima keadaan. Mereka ada yang hidup sebatang kara, ada pula yang kemudian ikut dan menjalin kasih dengan orang Jepang ke Negeri Sakura.

Bagi mereka peristiwa ini adalah catatan buruk sekaligus pengorbanan untuk kesejahteraan bangsa dan negara.

Melahirkan Anak Keturunan Jepang

Dalam catatan sejarah Indonesia, Jugun Ianfu dan peristiwa perbudakan seks zaman Jepang tahun 1942-1945 telah melahirkan satu etnis campuran dari dua suku yang berbeda.

Para Jugun Ianfu mengandung dan melahirkan anak-anak keturunan orang Jepang. Nampaknya “Gen” orang Jepang begitu kuat, sebab banyak anak-anak yang lahir hasil dari wanita pribumi dengan kondisi fisik seperti orang Jepang.

Baca Juga: Sejarah Pengusaha Kopra di Pangandaran Diculik Jepang, Kuwu Sidamulih Tewas Dipenggal

Matanya sipit, kulitnya putih, dan tumbuh tidak terlalu tinggi. Mereka hidup bersama ibu dan biasanya ada yang ikut membesarkan yaitu ayah tiri.

Tak jarang mereka mengetahui kalau ayah aslinya yaitu ayah tiri darinya. Ibu sang anak tidak ingin ia tahu kalau bapak keturunan asli mereka orang Jepang. Sebab jika rahasia ini terbongkar boleh jadi mereka kecewa dan putus asa.

Tak jarang dari orang Jepang yang masih hidup dan merasa bersalah dengan perbuatan mereka dulu berkunjung kembali ke Indonesia setelah Perang Dunia II selesai.

Mereka mencari wanita yang pernah melayani hasrat seksual di ranjang hiburan malam. Apalagi jika mereka tahu kalau wanita itu sedang mengandung anaknya. Mereka mencari dan ingin bertemu sang anak serta meminta maaf atas kejadian tersebut.

Pramoedya Ananta Toer dalam buku berjudul, “Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer” (2001), menyebut zaman ini sebagai peradaban tak berperikemanusiaan. Wanita jadi budak layaknya Eropa pada Abad Tengah.

Peristiwa memilukan dan tak patut terulang. Jika bisa Pram ingin menghilangkan zaman ini dari roda waktu dunia yang sudah berputar. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya

Tak Sangka! 5 Pemain Timnas Ini Pernah Membela Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya

Siapa yang tak mengetahui klub sepak bola Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya. Kedua klub tersebut termasuk dalam klub besar dalam sejarah sepak bola Indonesia. Persaingan...
Gagal ke Semifinal Piala Asia U-17 2025, Nova Arianto Minta Maaf

Gagal ke Semifinal Piala Asia U-17 2025, Nova Arianto Minta Maaf

Langkah timnas Indonesia untuk melaju ke babak semifinal Piala Asia U-17 2025 harus terhenti. Pasalnya, tim asuhan Nova Arianto ini kalah telak 0-6 dari...
Selama Libur Lebaran 2025, Kunjungan Wisatawan ke Sumedang Meningkat 58 Persen

Selama Libur Lebaran 2025, Kunjungan Wisatawan ke Sumedang Meningkat 58 Persen

harapanrakyat.com,- Selama libur panjang lebaran 2025, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mengalami lonjakan signifikan. Kenaikan tersebut jika membandingkannya dengan tahun sebelumnya.  Baca Juga:...
Petugas gabungan bakal amankan PSU Pilkada Tasikmalaya

Amankan PSU Pilkada Tasikmalaya, 3000 Petugas Gabungan se-Priangan Timur Diterjunkan

harapanrakyat.com,- Sebanyak 3.000 petugas gabungan dari Priangan Timur diterjunkan untuk mengamankan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang akan digelar 19...
Kemenkes Periksa Oknum Dokter yang Diduga Lecehkan Pasien Ibu Hamil di Garut

Kemenkes Periksa Oknum Dokter yang Diduga Lecehkan Pasien Ibu Hamil di Garut

harapanrakyat.com,- Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendatangi Polres Garut, Jawa Barat, Rabu (16/4/2025). Kedatangan tersebut untuk klarifikasi dan pemeriksaan terhadap...
Persib Diakui Sebagai Klub Paling Profesional di Indonesia dari FIFA

Selamat! Persib Diakui Sebagai Klub Paling Profesional di Indonesia dari FIFA

Klub sepak bola lokal Indonesia, Persib Bandung, baru saja mendapat prestasi yang membanggakan. Persib mendapat pengakuan sebagai klub dengan pengelolaan paling profesional di Indonesia.  Baca...