Profil Pakubuwono X merupakan pemimpin terlama Kasunanan Surakarta yang terkenal punya jabatan militer bergengsi dan orang pertama di Jawa yang punya mobil mahal.
Pakubuwono X merupakan seorang Raja trah Mataram Islam yang sangat dihormati dan dicintai rakyat sampai akhir hayatnya.
Karena Pakubuwono X merupakan tokoh berpengaruh di Jawa, berbagai peran dan kiprahnya untuk memberikan kebermanfaatan untuk rakyat dinilai berhasil.
Hampir seluruh rakyat Surakarta jatuh hati pada kepemimpinannya, Pakubuwono X begitu dihormati sampai-sampai ia diberikan hak istimewa yaitu memimpin Kasunanan Surakarta paling lama sejak era sejarah Mataram berdiri di tanah Jawa.
Baca Juga: Sejarah Modernisasi Mangkunegaran Abad ke-20, Menantang Adat Menjunjung Pengetahuan Barat
Menurut catatan kolonial, Pakubuwono X telah memerintah Kasunanan Surakarta selama 46 tahun.
Pengalaman Pakubuwono X begitu tinggi dalam mengurus birokrasi. Selain membuat rakyat sejahtera, Belanda juga nyaman tatkala bekerja sama dengannya. Pakubuwono X memerintah dari tahun 1893- 1939.
Karena banyak pengalaman dan membuat sumbangsih yang begitu berharga untuk Belanda, akhirnya Pakubuwono X diberikan banyak penghargaan oleh pemerintah kolonial.
Salah satu gelar bergengsi zaman itu, Pakubuwono X merupakan satu-satunya Raja di Nusantara yang mendapat pangkat militer (titular) Letnan Jenderal. Selain itu konon Pakubuwono X juga merupakan orang pertama di Indonesia yang punya mobil mahal.
Profil Pakubuwono X dan Mobil Mahalnya
Menurut Hermanu Joebagjo dalam Jurnal Sejarah dan Budaya, Vol. 9, No. (2) 2015: pp. 185-187 berjudul,”Politik Simbolis Kasunanan”, Pakubuwono X adalah seorang Putera Mahkota dari Pakubuwono IX dari pasangan Permaisuri Kanjeng Raden Ayu Kustiyah.
Pakubuwono X lahir pada tanggal 29 November 1866 setelah sebelumnya diramal oleh Ranggawarsita sebagai seorang wanita. Namun ramalan itu meleset sebab ayahnya yang ingin Pakubuwono X terlahir laki-laki terus menjalani tirakat kejawen.
Karena kehendak Tuhan, doa-doa Pakubuwono IX pun terkabul. Ia memiliki anak laki-laki yang gagah dari seorang permaisuri tercinta yang kelak bisa menggantikan tahtanya.
Semenjak kecil di bawah pengawasan ibunya yang bergelar GKR. Pakubuwono mendidik anaknya dengan ajaran filsafat Jawa yang kental budaya.
Anak Mahkota bernama asli Gusti Raden Mas Sayyidin Malikul Kusna ini kemudian bertumbuh menjadi dewasa yang paham adat istiadat, sopan santun yang kuat.
Profil Pakubowono X terkenal sederhana meskipun berada dalam lingkungan istana Kasunanan Surakarta yang serba ada.
Ajaran Jawa merupakan salah satu fondasi karakter anak-anak Raja terutama bagi Putra Mahkota yang kelak akan menjadi pengganti tahta ayahnya.
Pakubuwono IX begitu sayang dan cinta pada Raden Mas Sayyidin. Sudah sejak awal masa kehamilan istrinya ia kerap mencita-citakan jikalau anak ini terlahir laki-laki maka ia akan menjadi Putra Mahkota penerus tahta Mataram.
Baca Juga: Pemberontakan Cikande Udik, Petani Banten Merebut Tanah dari Belanda
Niat tersebut pun nyata, Pakubuwono IX riang gembira karena ucapan janjinya dulu akan jatuh pada anak tersebut.
Menurut Kuntowijoyo dalam Jurnal Humaniora FIB UGM, Vol. 15, No. (2) 2003 Pp. 196-200 berjudul, Lari dari Kenyataan: Raja, Priyayi, dan Wong Cilik Biasa di Kasunanan Surakarta 1900-1915”, dengan bangga hati Pakubuwono IX memberikan gelar untuk anak tercintanya itu sebagai calon penerus tahta kerajaan sejak umur 3 tahun.
Sejak saat itu Pakubuwono X yang masih balita ini menyandang gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA), Amangkunagara Sudibya, Rajaputra Narendra ing Mataram VI.
Jadi Letnan Jenderal
Ketika Raden Mas Sayid Putra Mahkota Pakubuwono IX tumbuh dewasa dan dinobatkan menggantikan ayahnya yang telah wafat pada 30 Maret 1893, maka struktur Kasunanan Surakarta berubah. Begitu juga dengan beberapa aturan yang berkaitan dengan kepentingan birokrasi kolonial Belanda.
Akibatnya pejabat-pejabat tinggi Belanda harus membangun kerja sama yang baik dengan raja yang baru.
Belanda menempuh berbagai upaya untuk menciptakan kerjasama yang baik dengan Pakubowono X. Salah satu yang paling menonjol dan menarik dari usaha ini antara lain yaitu pemerintah kolonial memberikan pangkat militer (titular) Letnan Jenderal pada Pakubuwono X.
Jabatan ini pada saat itu teramat bergengsi dan punya hak serta kuasa untuk berbanding setara dengan pejabat kolonial. Namun pemberian jabatan penting secara cuma-cuma ini bukan lah hal yang pertama bagi Pakubuwono X.
Sebab Pakubuwono X ternyata pernah menerima berbagai gelar militer sejak sebelum jadi Raja. Seperti Luitenant-Kolonel (1884-1890), Kolonel (1893-1932), Generaal Majoor Zijne Hoogheid (1893-1923), dan terakhir Luitenant Generaal (1932-1939).
Pakubuwono X menerima gelar tersebut sebagai penghormatan orang-orang Eropa pada pribumi. Namun menurut berbagai pendapat sejarawan hal ini justru membuat Pakubuwono X jadi “boneka Belanda”.
Sebab gelar itu diberikan karena kiprah sang raja yang berpihak pada kebijakan-kebijakan kolonial. Bahkan sejarah kolonial mencatat Pakubuwono X pernah membantu residen dan gubernur untuk memberdayakan pribumi di Surakarta bekerja sesuai aturan yang telah disahkan oleh pemerintah kolonial.
Selain itu, Pakubuwono X juga berubah menjadi sosok yang glamor. Hobi pesta dan mengundang orang-orang Eropa menghadiri acara tedhak lodji yang mewah.
Baca Juga: Indonesia Pernah Ikut Piala Dunia? Begini Sejarahnya
Dari peristiwa ini, ia terpotret jadi Raja yang loyal pada Belanda. Meskipun demikian ia juga pernah menggawangi beberapa organisasi pergerakan nasional di era transisi kepemimpinan Belanda di akhir tahun 1930-an.
Raja yang Kaya Raya
Karena sifat-sifat loyalnya pada Belanda itulah Pakubuwono tumbuh menjadi Raja yang kaya. Seluruh rakyat Kasunanan Surakarta mengenalnya sebagai Sunan Sugih atau Raja Kaya.
Salah satu penampilan hedon-nya pernah terlihat saat Pakubuwono X membeli sebuah mobil dari Eropa. Konon ia merupakan orang pertama di Indonesia yang punya mobil.
Pakubuwono X membeli mobil merk Benz Victoria Phaeton buatan Jerman. Mobil istimewa ini merupakan buatan pengusaha transportasi tersohor di Jerman Karl Benz bersaudara.
Harga mobil Pakubuwono X terbilang mahal saat itu. Kurang lebih Raja berpangkat Letnan Jenderal ini harus merogoh kocek tabungannya senilai 10.000 gulden Belanda, atau kalau kita hitung dengan rupiah sekarang hampir 100 juta harganya.
Mobil mahal milik Pakubuwono X ini dipesan melalui perusahaan transportasi di Surabaya bernama Prottel & Co. Pengantaran mobil mewah tersebut harus inden selama satu tahun setelah pembayaran. Ketika mobil ini datang, rombongan Pakubuwono X menjemputnya di pelabuhan laut Semarang.
Menurut berbagai pendapat pengamat sejarah, pembelian mobil ini merupakan sebuah simbol perlambang modernisasi. Profil Pakubuwono X menunjukkan elit Jawa yang terbuka.
Tidak alergi dengan teknologi apalagi menjadikan benda canggih ini sebagai penghambat kemajuan di tanah Jawa. Seluruh masyarakat di Kasunanan Surakarta heboh melihat mobil baru milik Pakubuwono X.
Bahkan sebagian ada yang mempercayai kendaraan ini kereta setan. Sebab jalannya bisa kencang tanpa kuda yang menariknya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)