Profil Inggit Garnasih adalah istri kedua Presiden Sukarno ketika masih menjadi mahasiswa di Technische Hoge School (THS) atau Institut Teknologi Bandung sekarang.
Di balik statusnya sebagai istri kedua Sukarno, terdapat banyak kisah pelik yang dijalaninya ketika masa penjajahan Belanda.
Inggit lah orang yang senantiasa menguatkan Sukarno ketika melewati masa-masa kritis dan sulit di penjara.
Namun, pernikahan Inggit dan Sukarno haruslah kandas ketika Sukarno kepincut dengan seorang perempuan bernama Fatmawati ketika dirinya diasingkan ke Bengkulu.
Inggit dan Sukarno resmi bercerai pada tahun 1943, beberapa tahun sebelum Kemerdekaan Indonesia.
Profil Inggit Garnasih, Istri Presiden Sukarno yang Setia
Inggit Garnasih lahir tepat pada 17 Februari 1888 di Bandung, Jawa Barat. Ia lahir dari keluarga pasangan Arjipan dan Amsi.
Garnasih merupakan singkatan dari kata Hegar dan Asih. Jika diartikan Hegar berarti segar, sedangkan Asih berarti kasih sayang. Sedangkan untuk kata Inggit berasal dari jumlah uang seringgit.
Anda dapat menemukan kutipan ini dalam buku karya Reni Nuryanti yang berjudul, “Biografi Inggit Garnasih: Perempuan dalam Hidup Sukarno” (2007:39)
Sejak kecil Inggit memang lahir dengan paras yang cantik. Bahkan banyak pemuda yang menaruh rasa pada Inggit.
Inggit pernah dipersunting oleh seorang Patih Kantor Residen Priangan yang bernama Nata Atmaja. Meskipun, pada akhirnya pernikahannya tidak bertahan lama dan berakhir dengan perceraian.
Baca Juga: Kisah Sukarno dengan Gadis Belanda, Cinta Ditolak Berbuah Merdeka
Selepas dari perceraiannya dengan Nata Atmaja, Inggit akhirnya dipersunting oleh Haji Sanusi, seorang pengusaha yang aktif di Syarekat Islam.
Pernikahannya dengan Haji Sanusi sempat menimbulkan permasalahan. Apalagi ketika Haji Sanusi sering tidak berada di rumah.
Menikah dengan Sukarno
Pertemuan awal Inggit dengan Sukarno adalah ketika Inggit menjadi ibu kos dari Sukarno saat berkuliah di Bandung.
Haji Sanusi yang merupakan sahabat HOS Cokroaminoto menitipkan Sukarno untuk tinggal di kos yang dikelola oleh Haji Sanusi.
Saat tinggal di sana sebenarnya Sukarno sudah menikah dengan anak Coktroaminto yang bernama Utari Cokroaminoto.
Namun, pernikahan Sukarno dengan Utari bisa dibilang tidak membawa kebahagiaan kepada Sukarno. Sukarno sudah menganggap Utari seperti adiknya sendiri, ketimbang seorang istri.
Sedangkan Inggit yang sehari-harinya ditinggal Haji Sanusi merasa kesepian dan membutuhkan pendamping yang selalu bersamanya.
Berawal dari pertemuan dan bertukar cerita selama di kos Haji Sanusi inilah benih-benih cinta mulai muncul dari Sukarno dan Inggit.
Menurut Mulyono Artmosiswantoputra dalam “Perempuan-Perempuan Pengukir Sejarah (2018), Inggit sangat sering sekali mendengar curahan hati Sukarno, begitu pun sebaliknya. Hubungan inilah yang akhirnya membuat keduanya semakin dekat.
Padahal waktu itu Sukarno masih berstatus sebagai Siti Utari dan Inggit masih menjadi istri dari Haji Sanusi.
Melihat kebulatan tekad dari Sukarno waktu itu akhirnya Haji Sanusi menceraikan Inggit dan Sukarno menceraikan Siti Utari.
Baca Juga: Kisah Cinta Soekarno dengan Ratna Sari Dewi yang Penuh Romantis
Peran Inggit Garnasih dalam Proses Kemerdekaan Indonesia
Inggit Garnasih dan Sukarno resmi menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit yang berada di Bandung.
Usia Inggit dan Sukarno memang terbilang cukup jauh. Sukarno waktu itu masih berumur 22 tahun, sedangkan Inggit sudah berumur 36 tahun.
Inggit adalah sosok istri yang menemani Sukarno di masa-masa sulitnya ketika masih kuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung).
Saat Sukarno kesulitan untuk membiayai perkuliahannya, Inggit lah yang turut berjuang membantu suaminya itu untuk menamatkan perkuliahannya.
Perjuangan Inggit sebenarnya tidak hanya sampai di situ. Pada 29 Desember tahun 1929 Sukarno dijebloskan di penjara Banceuy.
Selama di penjara inilah Sukarno menulis sebuah pledoi terkenal yang berjudul, “Indonesia Menggugat”.
Di balik pidato hebat ini sebenarnya terdapat peran dari Inggit yang selalu berusaha menyelundupkan buku yang diselipkan di perut Inggit.
Baca Juga: H.O.S Tjokroaminoto, Guru Sukarno dan Tokoh Bangsa Lainnya
Menurut Hero Triarmono dalam buku Kisah Istimewa Bung Karno (2010), bahkan untuk mendukung suaminya ketika di dalam penjara, Inggit pernah jalan kaki pergi-pulang Bandung-Sukamiskin sambil berjualan kecil-kecilan untuk menopang hidupnya.
Inggit adalah orang yang setia mendampingi Sukarno ketika diasingkan ke berbagai tempat di Indonesia, termasuk ketika Sukarno dibuang ke Ende, Flores.
Sukarno Menikah Lagi
Pernikahan Sukarno dan Inggit akhirnya harus kandas ketika Sukarno memutuskan untuk menikah lagi.
Inggit adalah seorang perempuan yang menolak cintanya dimadu dan dibagi dengan perempuan lain.
Pada tahun 1943 Inggit dan Sukarno memutuskan untuk bercerai dan dokumennya ditandatangani oleh: Mohammad Hatta, KH Mas Mansyur, Ki Hajar Dewantara, dan Soekarno.
Sukarno kemudian menikah lagi pada tahun 1944 dengan perempuan yang ditemuinya ketika di Bengkulu, yaitu Fatmawati.
Tepat satu tahun setelahnya Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya dan menjadi bangsa yang merdeka seutuhnya.
Tidak banyak yang mengira bahwa sebenarnya ada peran dari profil perempuan bernama Inggit Garnasih dalam perjuangan Sukarno meraih Kemerdekaan Indonesia.
Namanya tenggelam dan tidak banyak diketahui oleh orang-orang. Padahal bertahun-tahun lamanya Inggit menemani perjuangan Sukarno, sejak Sukarno masih berstatus mahasiswa hingga diasingkan ke berbagai wilayah. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)