Kewajiban neto investasi Internasional RI turun di kuartal ke-3. Investasi internasional RI BI melaporkan jika kewajiban neto menjadi US$ 262. Sontak, hal ini menjadi topik pembahasan dalam dunia investasi.
Kondisi penurunn ini sebesar 20% dari produk domestik bruto (PDB). Berbeda dengan kuartal sebelumnya, kewajiban neto masih berada pada angka US$ 270,5 miliar atau 21,3% dari PDB.
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Tentunya ada beberapa faktor yang mengakibatkan penurunan neto di akhir tahun. Berikut ulasan selengkapnya agar lebih jelas dalam mengetahui alasan penurunan neto investasi akhir tahun.
Baca Juga: Keuntungan Investasi Resort sebagai Instrumen Jangka Panjang
Posisi dan Faktor yang Mempengaruhi Kewajiban Neto Investasi Internasional RI
Bank Indonesia (BI) telah melakukan riset perkembangan PII Indonesia pada kuartal ketiga 2022. Rasio kewajiban neto tetap terjaga meski posisi KFLN menurun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan kewajiban neto tersebut.
Penurunan yang terjadi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya kewajiban neto turun dengan kisaran angka yang cukup serius.
Penurunan Posisi KFLN
Pada akhir triwulan kewajiban neto menurun. Perkembangan tersebut berkontribusi oleh menurunnya posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri dan terjadi di tengah posisi Aset Finansial Luar Negeri yang relatif stabil.
Kewajiban neto investasi Internasional RI berpengaruh terhadap posisi KFLN Indonesia menurun seiring dengan instrumen keuangan domestik yang ikut turun juga. Di tengah surplus aliran masuk investasi berlanjut.
Baca Juga: Instrumen Investasi untuk Ibu Rumah Tangga, Ini Rekomendasinya
Posisi KFLN turun hingga 1,2% dari 705,2 miliar dolar AS. Penurunan ini disebabkan oleh faktor penguat nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah.
Kondisi ini juga berpengaruh terhadap penurunan nilai instrumen keuangan domestik. Sedangkan untuk transaksi KFLN tetap positif.
Hal ini didukung oleh aliran masuknya investasi secara langsung yang mencerminkan optimisme investor terhadap prospek perbaikan ekonomi dan iklim investasi domestik.
Posisi AFLN tercatat sebesar US$434,7 miliar, relatif stabil daripada dengan posisi pada akhir kuartal kedua tahun 2022. Hal ini mendapatkan dukungan dari posisi aset investasi portofolio dan yang lainnya. Sehingga mengalami peningkatan seiring penempatan aset swasta.
BI Melihat Perkembangan Tetap Terjaga
Dari kewajiban neto investasi Internasional RI, Bank Indonesia (BI) masih melihat perkembangan yang bagus. Pada triwulan ketiga tahun ini kewajiban neto tersebut mendukung ketahanan eksternal.
Tercerminnya rasio kewajiban neto ini terhadap PDB terjaga kisaran 20% atau turun bila kita bandingkan dengan rasio triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 21,3%.
Tidak hanya itu saja, ada pula struktur kewajiban investasi yang mendominasi yaitu instrumen jangka panjang 93,9% dalam bentuk investasi langsung.
Baca Juga: Investasi Emas dengan Uang Dingin, Simak Beberapa Sumbernya
BI sendiri telah menyakinkan jika kinerja Indonesia tetap terjaga untuk pemulihan perekonomian pasca dampak pandemi Covid-19. Hal ini juga adanya dukungan sinergi dari kebijakan BI, pemerintah dan otoritas terkait lainnya.
BI tetap akan memantau potensi risiko yang berkaitan dengan kewajiban neto terhadap perekonomian.
Kewajiban neto investasi Internasional RI Posisi Investasi Internasional pada kuartal ketiga menurun. Hal ini karena adanya faktor posisi penurunan Kewajiban Finansial Luar Negeri atau KFLN di akhir tahun 2022. (R10/HR-Online)