Bung Karno merupakan salah satu Presiden di Republik Indonesia yang anti terhadap musik-musik Barat. Salah satunya Bung Karno alergi pada Grup Band Legendaris The Beatles. Menurutnya musik tersebut merupakan propaganda neo-kolonialisme.
Apabila suatu bangsa mengikuti trend The Beatles, maka intervensi penjajahan model baru telah berhasil menanamkan kekuasaanya kembali. Oleh sebab itu, Bung Karno kerap mengimbau para pemuda di Indonesia agar tidak terpengaruh oleh budaya Barat termasuk The Beatles.
Sebab berisiko memicu kemunculan kolonialisme model baru, Bung Karno mempercayai musik-musik Barat seperti The Beatles merupakan salah satu faktor yang bisa merusak kepribadian dan Adiluhung kebudayaan bangsa kita.
Baca Juga: Profil Inggit Garnasih: Setia Temani Sukarno Diasingkan, Dicerai saat Indonesia Merdeka
Berbagai catatan sejarah Indonesia mengatakan Ayah dari mantan Presiden Megawati Soekarno Puteri tersebut sangat memusuhi The Beatles.
Bahkan saking bencinya pada grup band asal Liverpool, Bung Karno pernah memberikan ejekan dengan menyebut The Beatles sebagai grup musik Ngak-Ngik-Ngok.
Kisah Bersejarah Bung Karno Alergi The Beatles
Pertama kali Bung Karno membenci The Beatles dapat kita telusuri pada tahun 1960-an. Kala itu Bapak Proklamator Indonesia sering berkunjung ke luar negeri. Dalam kunjungan tersebut ia sempat beberapa kali mendengar musik-musik The Beatles.
Si Bung Besar ini terpesona dengan para penggemar Beatles yang berjubel. Namun Bung Karno juga khawatir pengaruh ini bisa membawa dampak buruk pada bangsanya. Sebab beberapa media Nasional mensinyalir The Beatles kerap menjalankan misi kenegaraan dari kerajaan Inggris.
Artinya kerajaan Inggris telah memanfaatkan The Beatles sebagai grup musik terbesar di Liverpool yang bisa mempengaruhi massa untuk berbuat segala hal.
Motif inilah yang membuat Bung Karno merasa risih. Ia takut pengaruh ini cepat menyebar ke rakyat Indonesia, sementara waktu itu nama Bung Karno sedang “Naik Daun”.
Beberapa pengamat menyebut larangan Beatles masuk ke Indonesia karena Bung Karno tidak ingin ada “Matahari Kembar”. Artinya ia tidak ingin melihat The Beatles sebagai saingannya. Mengingat rakyat Indonesia kala itu sedang mencintai Bung Karno.
Bung Karno pun membuat propaganda hitam untuk memperburuk citra The Beatles di Indonesia. Ya sahabat Bung Hatta ini mengatakan The Beatles sebagai grup musik barat yang identik dengan budaya kolonial.
Hal ini terlihat dari beberapa lirik lagu-lagu The Beatles. Bung Karno menganggap lagu-lagu tersebut tidak mewakili kepribadian bangsa dan budaya Indonesia.
Kendati berhasil mempropagandakan anti Barat, Bung Karno justru dituduh telah mempraktekkan pola-pola terkecil sifat pemimpin yang otoriter.
Baca Juga: Dokter Soeharto: Pendamping Sukarno, Pahlawan Nasional 2022
Bekerjasama dengan Filipina Memusuhi The Beatles
Menurut Walentina Waluyanti De Jonge dalam bukunya yang berjudul ”Tembak Bung Karno, Rugi 30 Sen” (2013), Bung Karno sama-sama anti Barat dan memusuhi The Beatles dengan Ibu Negara Filipina, Imelda Marcos.
Mereka berdua sama-sama menyusun strategi agar karya-karya pencipta lagu legendaris berjudul ”Imagine” tidak masuk dan mempengaruhi rakyat di negaranya masing-masing.
Bung Karno dan Imelda Marcos setuju tidak memberikan jalan panggung untuk The Beatles karena beberapa hal pertimbangan yang otoriter.
Tidak hanya Bung Karno yang mencontohkan sikap otoriternya untuk The Beatles, Imelda Marcos istri dari Presiden negara Filipina pun turut memberikan tekanan bersifat “tangan besi” pada The Beatles.
Kisah bersejarah ini bermula dari kekecewaan Imelda Marcos pada seluruh personil The Beatles, tak terkecuali John Lennon. Mereka menolak undangan khusus Imelda ke Istana Filipina pada tanggal 4 Juli 1966.
Istri sang pemimpin otoriter yang paling menakutkan bagi rakyat Filipina tersinggung. Ia kemudian menyuruh bawahannya untuk mengusir paksa artis kenamaan London.
Saking benci akibat kekecewaan tersebut, Imelda Marcos bahkan menyemprot habis kedutaan besar Inggris di Filipina.
Dengan penuh kemarahan Imelda kemudian menugaskan asisten kenegaraannya untuk mengintimidasi The Beatles.
Pertama mereka membuat seluruh agenda konser The Beatles di Manila, Filipina gagal. Kedua banyak rakyat Filipina yang melempari The Beatles saat sedang berada di mobil dan menuju ke Bandara untuk balik ke Inggris.
Ketiga yang paling parah, promotor konser musik The Beatles tidak membayarnya. Mereka pun pulang dengan tangan kosong dan penuh dengan penderitaan.
Seiring dengan kebencian Imelda Marcos terhadap The Beatles di Filipina, Bung Karno juga pernah memiliki kenangan yang pahit.
Salah satu kenangan pahit itu adalah munculnya idola baru dalam pergaulan pemuda Indonesia dan membuat mereka lupa diri. Mereka tumbuh menjadi pemuda yang tidak punya jiwa nasionalisme, berpenampilan urakan, dan berambut gondrong.
Oleh karena itu Bung Karno pernah memusuhi para pemuda yang parlente ala Beatles. Ia tak segan-segan menegur pemuda dengan gaya Beatles, bahkan jika mereka tetap melawan tentara akan memotong rambut dan celana cutbray khas pemuda-pemuda zaman Beatles dan Elvis Presley tahun 1960-an.
Musik Ngak-Ngik-Ngok yang Merusak Budaya Bangsa
Sejak tahun 1960 pula Bung Karno menolak musik Barat, sejak itu pula ia mulai membuat ejekan pada musik The Beatles dengan menyebut genre musik mereka Ngak-Ngik-Ngok.
Ejekan ini merupakan upaya Bung Karno mengintervensi kebudayaan pemuda di Indonesia agar tidak terpengaruh oleh budaya Barat.
Semua harus terkontrol demi menyelamatkan revolusi Nasional. Bung Karno menilai revolusi di Indonesia belum selesai. Oleh karena itu apabila The Beatles bisa mencampuri budaya mereka, habis sudah harapan bangsa memiliki negara yang maju.
Namun upaya baik ini banyak menimbulkan perdebatan. Terutama pada kalangan pemuda di Jakarta.
Mereka “menyentil” balik Bung Karno dengan pernyataan, “Jika Bung Karno Melarang Musik Barat, Lalu Bagaimana Dengan Wanita Western. Musti Suka Dan Menyenangkan Bukan?”
Baca Juga: Kisah Bung Karno Pernah Satu Kos dengan Pendiri PKI
Pernyataan ini memukul Bung Karno. Mengingat sebelumnya Bung Karno terkenal sebagai pria penyanjung wanita. Bahkan secara jujur pernah mengungkapkan kedekatannya dengan Artis Seksi Marilyn Monroe pada tahun 1956.
Bung Karno yang keras kepala tetap berpegang teguh pada keyakinannya. Musik Barat bisa merusak budaya bangsa.
Lebih parah risikonya bisa memicu perkembangan kolonialisme baru di Indonesia. Hal itu pula yang membuat Bung Karno alergi terhadap The Beatles.
Terlepas dari ejekan para pemuda tersebut, Bung Karno tetap percaya diri dan mengaku sebagai lelaki sejati pecinta wanita. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)