Abdi Dalem Kretek, merupakan petani tembakau di Kudus, Jawa Tengah yang memiliki kisah hidup yang berharga dan menginspirasi generasi muda saat ini.
Sebutan Abdi Dalem Kretek ditujukan kepada seseorang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk “Kretek”, atau daun tembakau yang kemudian dirajang, dijemur, dan dijadikan sebuah rokok.
Para petani tembakau itu tak lepas dari ajaran Jawa. Mereka menamakan ini sebagai filsafati kodratiahnya orang Jawa yang harus dipelajari. Abdi Dalem Kretek percaya bahwa seluruh ajaran Jawa merupakan jembatan kebaikan memperlakukan kehidupan.
Mereka punya adat yang dipegang teguh melalui adagium Narima Ing Pandum (menerima secara ikhlas). Tidak punya ambisi hidup yang memaksa, tidak harus menjadi orang kaya, apalagi memaksakan diri untuk berbuat keserakahan.
Baca Juga: Profil Inggit Garnasih: Setia Temani Sukarno Diasingkan, Dicerai saat Indonesia Merdeka
Seluruh petani tembakau di Kudus, Jawa Tengah ini hanya memiliki pandangan hidup yang sederhana. Bisa bangun sehat, bisa makan dengan enak, dan tidak punya dendam serta memperpanjang silaturahmi yang erat dengan sesama manusia.
Lantas seperti apa awal petani tembakau ini menjalankan ajaran Jawa yang menginspirasi generasi muda?
Kisah Abdi Dalem Kretek, Petani Tembakau di Kudus yang Ikhlas
Awal menjadi petani tembakau yang menginspirasi generasi muda, tercatat oleh S. Margana dkk, dalam bukunya berjudul ”Kretek Indonesia dan Nasionalisme Hingga Warisan Budaya” (2014).
Penulis buku ini menerangkan untuk menjadi petani tembakau yang Adiluhung dan bisa menerima keadaan dengan ikhlas nampaknya mudah sekali didapatkan oleh Abdi Dalem Kretek di Kudus. Ada sosial culture yang melatih mereka menjadi orang yang Njawani sehingga menginspirasi generasi muda.
Menurut penelusuran sejarah yang ada, pertama kali yang perlu dilakukan oleh petani tembakau untuk menjadi calon Abdi Dalem Kretek adalah memiliki jiwa ikhlas yang kuat. Setelah itu mendatangi pabrik rokok Sukun dan meminta rekomendasi kerja.
Baca Juga: Sejarah Kelapa Pendek di Pangandaran, Tumbuhan Langka Ditemukan Pensiunan ABRI
Pabrik Rokok terkenal di kudus yang berdiri sejak tahun 1950 ini menerima seluruh pekerjanya yang berusaha ikhlas. Ya balik lagi pada acuan dasar orang Jawa yang bisa Narima Ing Pandum. Bagi mereka yang bisa menunjukkan sikap ini maka akan langsung diterima tanpa persyaratan yang berbelit.
Belakangan diketahui mengapa pabrik rokok Sukun melakukan ini, ternyata MC. Wartono owner dari Sukun Kretek Group ini merupakan seorang juragan rokok terkenal di Kudus yang sangat kejawen.
Mendiang Wartono melihat banyak peluang untuk mengajarkan kesuksesan pada generasi muda dengan bermodal ikhlas.
Seperti ajaran Jawa yang mengatakan Narima Ing Pandum, apabila generasi muda bisa mengamalkan ajaran ini niscaya kesuksesan hidup akan segera diperolehnya.
Kisah Menginspirasi dari Petani Tembakau di Kudus
Selain menginspirasi menggunakan amalan-amalan Jawa Kuno, MC. Wartono juga turut memberdayakan kehidupan masyarakat desa di dataran tinggi Kudus untuk jadi petani tembakau yang sukses.
MC. Wartono pernah melatih kesabaran para petani tembakau untuk rokoknya dengan mengupah pegawainya itu dengan uang sejumlah Rp. 25. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1950-an. Salah satu pekerja yang masih setia dengan kebijakan tersebut bernama Basri.
Saat itu Basri rela mengencangkan ikat pinggang karena risiko kelaparan bersama keluarganya dengan upah hanya Rp. 25.
Meskipun demikian ia tetap ikhlas dan tidak menyerah, semua diserahkan pada Tuhan sang Penguasa Alam Semesta.
Karena keikhlasan inilah Basri belajar tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Ia terus memiliki rezeki yang datang dari berbagai jalur.
Sedangkan anak dan istrinya bisa hidup berkecukupan karena sikap ikhlas yang berasal dari kesungguhannya bekerja menjadi petani tembakau.
Selain keikhlasan mendapat upah Rp. 25, Basri juga mengungkapkan pernah tidak difasilitasi dengan baik saat bekerja. T
uannya MC. Wartono menyamakan pegawainya seperti Abdi Dalem Kretek yang duduk harus nglesat dan menyembah seluruh atasan layaknya seorang Raja.
Namun karena ia ikhlas merasakan kehidupan itu sebagaimana ajaran filsafat Jawa, maka kehidupan Basri berangsur-angsur membaik.
Upahnya naik dan bisa membantu dana rumah tangga yang lebih dari cukup. Anaknya sekolah hingga perguruan tinggi dan sukses menjadi pegawai negeri.
Pada tahun 2012, Basri berusia hampir 80 tahun dan ia masih dikaruniai kesehatan yang baik dan panjang umur.
Baca Juga: Bos Maspion Alim Markus: Lulusan SMP, Mulai Karir dari Tukang Sapu
Basri percaya seluruh kenikmatan ini merupakan hasil dari penantian sabarnya selama mengabdikan diri menjadi seorang petani tembakau di pabrik rokok terkenal Sukun.
Hidup Sehat Pegawai Kretek Sukun
Selain menghasilkan manusia Jawa yang sabar, MC. Wartono sebagai seorang pendiri pabrik rokok Sukun juga menghasilkan kualitas pegawai-pegawai yang sehat. Sebagai seorang pemimpin industri terbesar di Kudus, ia menginginkan SDM daerahnya sukses.
Bagaimana tidak sehat-sehat secara fisik, para pegawai Kretek Sukun setiap hari berangkat glidig (kerja) sejak pukul 05.30 WIB sampai dengan 11.30 WIB. Para petani tembakau di jam yang masih pagi sekali sudah mengawali kerjaanya.
Ketika sudah pulang mereka tidak langsung mengganti waktu istirahatnya itu dengan tidur di siang hari, sebab para petani wanita biasanya akan membuatkan makan siang untuk suami dan anaknya. Sedangkan para petani pria mencari pekerjaan tambahan.
Belakangan para pegawai Kretek Sukun ini diketahui rutin bangun pada pukul 03.00 WIB setiap hari. Mereka bangun lalu mandi dan beraktivitas layaknya sudah pagi pukul 07.00 WIB. Pada dini hari mereka mbesut (Menyetrika) klobot untuk disiapkan ke pabrik pada jam kerja.
Mereka melakukan ini secara ikhlas. Tak terasa keikhlasan ini membuat mereka hidup sehat dan tidak cepat terkena penyakit. Kenikmatan hidup tersebut menjadi pandangan hidup yang baik dan menginspirasi generasi muda yang terus berkembang hingga saat ini. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)