Gaya hidup hedonisme adalah suatu pandangan yang mendorong orang untuk mengejar kesenangan semata. Perilaku gemar belanja, membeli mobil mewah, dan makan makanan enak setiap saat merupakan bagian dari kaum hedonis.
Apabila terus berlanjut, budaya ini cenderung membuat orang menjadi lebih egois, boros, dan lalai dalam tanggung jawab.
Kata hedonisme sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti ‘kesenangan’. Orang yang menganut gaya hidup hedonis memiliki tujuan utama yakni bersenang-senang. Kaum hedonis menganggap bahwa kenikmatan dalam bentuk materi itu bisa menghilangkan perasaan sakit.
Baca Juga: 5 Pengeluaran Tak Terduga yang Bikin Gaji Cepat Habis
Sebenarnya hedonisme memiliki sisi positif yaitu mengajak orang untuk tidak terjebak dalam kesedihan berlarut-larut.
Akan tetapi, nilai positifnya yang kecil tidak sebanding dengan dampak buruk bagi keuangan. Berikut ini adalah ciri-ciri perilaku hedonisme dan bagaimana mengatasinya.
Bahaya Gaya Hidup Hedonisme
Beberapa influencer mempertontonkan hasil kerja keras dengan berfoya-foya lewat sosial media. Meski bertujuan untuk memotivasi generasi muda, dampak yang mereka timbulkan berbeda dengan tujuan awal.
Penonton mereka cenderung tergoda untuk menggunakan paylater tanpa pertimbangan matang alih-alih belajar mengelola finansial.
Prioritas Keuangan Tidak Jelas
Gaya hidup hedonisme biasanya bertujuan untuk mengejar kesenangan tanpa memikirkan dampaknya. Saat baru gajian, kaum hedonis akan segera berbelanja secara konsumtif tanpa memilah-milah prioritas.
Alhasil, mereka menimbun barang yang yang tidak terlalu diperlukan di saat kebutuhan utama belum terpenuhi.
Untuk melepaskan diri dari kebiasaan ini, ubah mindset konsumtif menjadi produktif. Misalnya ketika membeli sebuah tas, tidak membeli barang branded pun bukan masalah besar selama fungsinya sama.
Membeli laptop bekas yang masih layak pakai juga jauh lebih baik ketimbang mencicil laptop terbaru demi mengejar gengsi.
Selama keuangan mendukung, sebenarnya boleh-boleh saja membeli barang branded dan laptop terbaru. Namun, poin paling penting adalah membedakan kebutuhan dan keinginan.
Jika memprioritaskan kebutuhan yang paling urgen, kamu tidak akan terjebak dengan gaya hidup hedonisme.
Baca Juga: Minta Tambah Makanan di Pesawat, Apakah Harus Bayar Lagi?
Struktur Keuangan Tidak Sehat
Salah satu dampak gaya hidup hedonisme adalah struktur keuangan yang menjadi tidak sehat. Gara-gara terbiasa belanja konsumtif, pengeluaran jadi lebih besar dari pemasukan. Situasi semacam ini mengingatkan kita pada peribahasa ‘besar pasak daripada tiang’.
Untuk mengatasinya, catat pengeluaran dan pemasukan agar kamu bisa tahu kemana saja uangmu pergi.
Setiap orang tentu memiliki cara masing-masing untuk mencatat pengeluarannya. Ada yang terbiasa mencatat secara manual di buku, ada juga yang lebih mengandalkan aplikasi.
Selain itu, merencanakan pengeluaran adalah hal pertama yang harus kamu lakukan saat baru gajian.
Kementerian Keuangan RI menyarankan alokasi gaji bulanan sebesar 45% kebutuhan pokok, 20% bayar cicilan, 25% ditabung, dan 10% beramal. Pembagian ini tidak selalu sama persis pada setiap orang, namun bisa mengatasi gaya hidup hedonisme.
Dana Darurat Tidak Ada
Kurangnya kesadaran akan masa depan membuat kaum hedonis tidak menyiapkan dana darurat atau investasi. Saat mendapatkan uang, mereka suka menghabiskannya untuk bersenang-senang.
Kebiasaan ini tentu berdampak buruk bagi keuangan karena bisa membuat gaji cepat habis sebelum akhir bulan.
Agar bisa menyiapkan dana darurat, sadari bahwa hidup itu bukan cuma soal kesenangan. Ada hal-hal tak terduga yang bisa membuat gaji cepat habis, seperti kena tilang atau jatuh sakit.
Apabila sudah punya dana darurat, kamu pun bisa menjalani hidup lebih mudah, bahkan di masa-masa sulit.
Baca Juga: Manfaat Solo Traveling, Sesekali Harus Coba
Membatasi pengeluaran saat melakukan self reward juga tak kalah penting. Gaya hidup hedonisme sering mempromosikan liburan ke luar negeri atau menginap di hotel ‘sultan’ sebagai apresiasi untuk diri sendiri. Kenyataannya, self reward tidak harus selalu menghabiskan uang.
Tidak Punya Rencana Jangka Panjang
Kaum hedonis punya sifat kompetitif yang tinggi jika menyangkut soal materi. Mereka memikirkan cara untuk mengalahkan orang lain dalam hal kemewahan. Akibatnya, uang jadi lebih cepat habis saat mencoba mewujudkan ‘kebahagiaan’ versi mereka.
Jika berada di fase ini, kamu masih punya kekuatan untuk melepaskan diri. Mulai susun target dan rencana jangka panjang, dengan begitu kamu bisa lebih fokus pada diri sendiri.
Tidak perlu pusing dengan pencapaian orang lain, karena setiap individu menjalani proses yang berbeda-beda.
Selektif memilih teman juga bisa menghindarkan kamu dari gaya hidup hedonisme. Karakter orang sangat ditentukan oleh lingkaran atau circle sosial. Oleh karena itu, bersosialisasi dengan penganut minimalis bisa membuat orang lebih bersyukur. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)