Sejarah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan catatan penting tentang pembangunan Nasional pada era pemerintahan Orde Baru, Presiden Suharto.
Pemerintah Orde Baru menginginkan pembangunan Nasional yang bersifat universal. Mempertontonkan kekayaan budaya bangsa pada dunia, melalui miniatur yang dibangun di tengah keramaian Ibukota Jakarta.
Pencetus mega proyek Taman Mini Indonesia Indah adalah mendiang Ibu Negara, Tien Suharto. Perempuan keturunan ningrat dari Surakarta ini menginginkan nama Indonesia terkenal akan potensi budayanya yang berlimpah ruah.
Baca Juga: Tien Soeharto, Ibu Negara yang Menolak Keras PNS Poligami
Kendati pun cita-cita Ibu Tien mulia, banyak golongan pemuda seperti Mahasiswa yang menentang kebijakan tersebut. Menurut mereka pembangunan Taman Mini Indonesia merupakan itikad buruk Orde Baru dengan cara menghambur-hamburkan uang rakyat.
Menurut catatan sejarah Indonesia, peristiwa yang membahas sejarah TMII diwarnai oleh intrik politik yang kuat. Sementara para pendemo yang berasal dari Mahasiswa ini mundur setelah pemimpin agitasi massanya ditangkap oleh aparat.
Lantas ada apa dibalik sejarah pembangunan Taman Mini Indonesia Indah ini? Berikut akan kami paparkan penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Sejarah Taman Mini Indonesia: Merintis Semangat Cinta Tanah Air
Sejarah Taman Mini Indonesia Indah sebetulnya lahir dari gagasan cinta tanah air ibu Tien Soeharto.
Kala itu Ibu Negara dari pemimpin Indonesia kedua RI ini menginginkan miniatur yang melambangkan kekayaan budaya Indonesia dari berbagai tradisi.
Menurutnya, pembangunan miniatur kebudayaan Indonesia yang dikemas seperti “Museum Terbuka” mampu memberikan semangat cinta tanah air, bagi bangsa Indonesia.
Hal ini karena pembangunan Taman Mini Indonesia Indah diisi dengan bangunan-bangunan rumah adat, dan kaya akan konten sejarah Nusantara.
Oleh sebab itu tujuan utama pembangunan Taman Mini Indonesia Indah untuk merintis semangat cinta tanah air.
Baca Juga: Soeharto dan Hartinah, Kisah Cinta Orang Biasa dan Keturunan Ningrat
Pembangunan Taman Mini Indonesia diharapkan mampu merealisasikan semboyan keramat Pancasila: Bhineka Tunggal Ika. Karena isi dari display museum menyuguhkan adat, tradisi, dan budaya yang berbeda namun menjunjung tinggi persatuan sebagai bangsa Indonesia.
Menurut sejarah pembangunan Taman Mini Indonesia Indah, kompleks museum terbuka yang berisi rumah dan gambaran budaya Nusantara ini berdiri di atas tanah seluas 150 hektar.
Hingga saat ini Taman Mini Indonesia Indah terkenal sebagai warisan sejarah Orde Baru yang banyak ditenggarai oleh intrik politik. Lalu intrik politik seperti apa yang menyelimuti sejarah pembangunan TMII? Simak penjelasan selanjutnya di bawah ini.
Mega Proyek Ibu Tien Suharto Mendapat Penolakan
Kutoyo, Dkk, dalam buku ”Sejarah Taman Mini Indonesia Indah” (1989) menyebut mega proyek Bu Tien Soeharto ini pernah mendapat penolakan.
Alasan penolakan disertai pertentangan ini karena mega proyek pemerintah Orde Baru ini, dianggap terlalu banyak menghabiskan uang rakyat. Karena itu, mega proyek tersebut bukannya mendapatkan dukungan, namun malah ditolak dianggap pemborosan.
Pada tanggal 23 Desember 1971, Mahasiswa dan golongan rakyat yang mengaku sebagai gerakan penghematan dan penyelamat uang rakyat mendemo pemerintah akibat wacana pembangunan Taman Mini Indonesia.
Unjuk rasa pun terjadi di beberapa titik penting ibu kota, Jakarta. Masyarakat mengeluhkan jika pembangunan Taman Mini Indonesia terus dilanjutkan, massa yang berasal dari kalangan Mahasiswa akan semakin membengkak hingga ke pelosok daerah.
Namun penolakan yang disertai demonstrasi ini ditanggapi santai oleh Presiden Suharto. Kendati demo terjadi hampir di seluruh titik penting Jakarta, Pak Harto dan Ibu Tien tetap bersikeras membangun mega proyek tersebut.
Bersikeras Membangun Taman Mini Indonesia
Kutoyo dkk menyebutkan, pembangunan Taman Mini Indonesia Indah terlaksana setelah pemerintah Orde Baru menangkap aktor penting dalam terjadinya demonstrasi.
Saat itu mereka terdiri dari berbagai golongan tak terkecuali Mahasiswa. Salah satu yang tertangkap akibat menolak pembangunan Taman Mini Indonesia adalah Arif Budiman dan Poncke.
Baca Juga: Sejarah Gedung Bappenas, Tempat Mengadili Gembong PKI
Mereka ditangkap oleh aparat karena dianggap menggerakkan massa untuk menolak pembangunan TMII. Arif dan Poncke dijemput paksa pada tanggal 17 Januari 1972.
Setelah penangkapan dilakukan, Presiden Suharto bersikeras membangun Taman Mini Indonesia dengan mengeluarkan dana pemerintah yang banyak.
Kurang lebih dua tahun berjalan, pembangunan Taman Mini Indonesia berhasil berdiri. Pada tanggal 20 April 1975, Presiden Suharto dengan Istrinya, Ibu Tien Suharto meresmikan TMII dengan penuh senyum kegembiraan.
Demi mendapatkan dana yang bisa mengembalikan modal pembangunan, Presiden Suharto melalui Kepres No. 51 Tahun 1977 menyerahkan TMII ke Badan Swasta: Harapan Kita.
Dengan demikian, pihak Swasta akan memberikan dana setiap tahunnya yang diharapkan mampu mengganti modal pembangunan TMII. Hingga hari ini TMII sudah diambil alih oleh pemerintah.
Langkah ini dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi negara, dan melestarikan nilai-nilai kesejarahan Indonesia yang utuh. Oleh sebab itu seluruh warisan pembangunan Orde Baru seperti TMII wajib dijaga dan dirawat agar membawa kebermanfaatan untuk generasi mendatang. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)