Simbol Sekar Padma di lambang Keraton Yogyakarta, merupakan gambaran konkrit dari makna bunga teratai menurut Filosofi Jawa.
Bunga teratai sebagai vegetasi air dipercaya masyarakat Jawa kuno sebagai visualisasi kehidupan yang sementara. Mereka meyakini bunga ini indah, namun hanya bisa hidup sebentar.
Sama seperti manusia yang pada hakikatnya merupakan makhluk yang indah dan serba bisa namun hanya hidup sementara. Sedang regenerasi mereka terus bertumbuh melanjutkan kehidupan leluhur mereka.
Baca Juga: Sejarah Sultan Sugih: Hamengkubuwono VII, Raja Paling Kaya
Selain itu filosofi Jawa terkait bunga teratai juga bermakna sebagai pembawa petunjuk. Bunga indah yang terapung di permukaan air ini menyimbolkan arah kehidupan yang baik.
Hal ini tercermin dari habitat tumbuhan Teratai yang hidup di perairan kotor seperti rawa. Kendati hidup di lingkungan yang kotor, namun bisa melahirkan bunga yang bersih dan indah. Artinya kehidupan itu pilihan, tak selamanya yang kotor itu buruk, dan yang bersih itu bagus.
Karena menyimpan symbol-simbol sarat makna, bunga teratai yang dikenal dengan nama Sekar Padma dijadikan bagian dari lambang Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Makna Simbol Sekar Padma di Lambang Keraton Yogyakarta
Bunga teratai atau dikenal dengan nama Sekar Padma pertama kali menjadi simbol lambang Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan raja Mataram, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII tahun 1921-1939.
Menurut Darto Harnoko dan Fibiona Indira dalam buku berjudul, ”Kagunan Sekar Padma: Kontinuitas dan Perkembangan Kesenian Tradisional di Yogyakarta Awal Abad XX” (2021), Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menggunakan simbol teratai (Sekar Padma) yang berarti ”Kehidupan dunia yang mendasari kehidupan kelak di akhirat”.
Artinya bunga teratai mengajarkan manusia untuk menanam kebaikan selama hidup di dunia. Sebab siapapun mereka yang melakukan kebaikan di dunia, sudah pasti akan dibalas dengan kebaikan dan penuh kenikmatan di akhirat kelak.
Sedangkan menurut para ahli budaya lainnya, Sekar Padma yang mencerminkan kehidupan dunia dan akhirat ini merupakan siasat kasultanan untuk berkontribusi mengajarkan pendidikan religius. Mengimani hari kematian dan pembalasan di akhirat.
Oleh sebab itu sangat penting ditonjolkan dalam berbagai ruang visual. Salah satunya disimpan sebagai bagian dari lambang Keraton Yogyakarta. Tak tanggung-tanggung simbol Sekar Padma zaman HB VIII disimpan di dasar lambang Keraton.
Baca Juga: Sejarah Kantor Pos Indonesia, Administrasi Persuratan Belanda Abad 17
Maknanya adalah melandasi segala perbuatan berdasarkan keimanan religius. Selain itu Sekar Padma yang disimpan di dasar lambang Keraton juga mencerminkan roda pemerintahan yang bersih dari noda-noda kemunafikan hidup.
Selain menjadi bagian lambang keagungan Keraton, Sekar Padma atau bunga teratai juga sering muncul dalam berbagai ruang visual acara berkesenian. Seperti menghiasi ruangan khusus raja dalam menyambut Sekatenan.
Fungsi kehadiran Sekar Padma dalam ruangan ini tidak lain untuk memaknai hakikat kebersihan dan keindahan yang mutlak. Harapannya, manusia mampu melatih diri agar tidak berprasangka buruk dan selalu berpikiran positif kepada siapapun.
Simbol Tarian yang Indah
Selain diserap menjadi bagian lambang Keraton Kasultanan Yogyakarta, Sekar Padma juga identik dengan simbol tarian yang indah.
Koreografer Keraton sering menginstruksikan simbol keindahan tari pada muridnya seperti tingkah laku Sekar Padma (bunga teratai). Vegetasi kuno di dunia ini merupakan cerminan keindahan yang mewakili sifat lemah lembut orang Jawa.
Oleh sebab itu tumbuhan ini harus dicermati oleh setiap penari di Keraton. Sebelum menyuguhkan pertunjukan tari, koreografer akan melatih muridnya itu tentang proses lahir dan berkembangnya bunga teratai.
Dari situlah para murid akan belajar persoalan dasar tari-tarian yang disukai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Tarian yang penuh dengan warna keindahan, sesuai dengan proses tumbuh kembang alami bunga teratai di alam liar.
Karena penuh dengan unsur filosofi Jawa, tarian Sekar Padma yang sering ditampilkan pada era Hamengkubuwono VIII ini pernah jadi bahan penelitian budayawan Belanda, di fakultas Javanologi Leiden Universiteit.
Baca Juga: Sejarah Rijsttafel, Kuliner Hasil Asimilasi Eropa dan Pribumi
Peneliti tersebut penasaran ada apa dibalik makna bunga teratai? Bagaimana bisa kecintaan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII sejauh itu pada bunga teratai? Apakah mungkin jenis bunga ini adalah bagian dari pusaka orang Jawa?
Mencerminkan Kehidupan yang Sesaat
Pertanyaan-pertanyaan peneliti ini terjawab. Salah satu jawaban yang paling berarti bagi mereka tentang makna dibalik Sekar Padma yaitu, bunga teratai yang mencerminkan kehidupan manusia yang singkat.
Masyarakat Jawa percaya dengan mitologi teratai sebagai visualisasi “pengingat ajal”. Artinya apabila ada manusia serakah, tamak, dan kemaki maka bercerminlah pada bunga teratai.
Oleh sebab itu Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menaruh visual bunga ini di symbol-simbol penting kerajaan. Artinya untuk menjaga kerajaan dari perilaku liar manusia yang serakah, tamak, dan kemaki tersebut.
Dengan kata lain, mencegah adanya korupsi, sembarang menguasai, dan terhindar dari pemutaran roda birokrasi yang kotor. Apabila itu terjadi sewaktu-waktu, seluruh petinggi Keraton akan ingat pada simbol bunga teratai.
Sebab ketika mereka mengingat Sekar Padma, maka sentuhan-sentuhan haram yang dapat menjerumuskan dalam sifat keburukan akan terhindar seketika. Karena itulah, bunga teratai menjadi simbol bagi orang Jawa yang penuh dengan unsur religius. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)